Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
1. EXT - TERAS RUMAH – RUMAH PUJI – PAGI
NANA (18) berdiri berhadapan dengan DIKA (18). Tangan mereka saling saling menggandeng, bertautan. Mata Nana memerah menahan tangis. Begitu pula Dika.
Nana mengangguk, perlahan melepas pegangan tangannya lalu pergi menyusul Puji yang duduk dengan ekspresi tidak sabar di kabin penumpang mobil. Ketika Nana masuk, Puji memandang putrinya sekilas, tetapi tidak mengatakan apa pun.
Nana murung, terus menatap keluar jendela. Dika berdiri di depan gerbang rumah Nana, melepas kepergian sang sahabat. Ketika mobil Nana sudah jauh, Dika mengusap air mata yang mengalir.
Nana menunduk setelah mobil berbelok, dan Dika tak terlihat lagi. Nana pun mengusap air matanya.
CUT TO:
2. EXT - KANTIN – SEKOLAH NANA - SIANG (FLASHBACK)
Kita melihat Dika meletakkan es di depan Nana. Nana mendongak sedikit, lalu tersenyum pada Dika.
Suara Nana menjadi lirih karena sedih. Dia lalu menunduk, mengaduk-aduk esnya, tapi tidak berminat untuk minum.
DISSOLVE TO:
3. INT - RUANG TAMU - RUMAH NANA – SORE
Terlihat Nana masuk gerbang sambil bergumam menyanyikan lirik lagu. Dia berhenti di tengah halaman depan, matanya menyipit. Nana mendengar suara Bimo dan Puji dari dalam rumah. Setelah menyadari ada pertengkaran, Nana berlari masuk. Pintu depan rumahnya dibiarkan terbuka.
Bimo berjalan menghampiri Nana. Dia mencekal pergelangan tangan Nana, agar Nana tidak menuruti perintah mamanya. Bimo mengenggam tangan Nana kuat-kuat.
Bimo spontan melepas tangan Nana. Lalu berbalik menanntang Puji.
Bimo menampar Puji keras sampai Puji terhuyung-huyung. Bimo lalu berjalan mendekati Puji. Nana panik, dia berlari mendekati Bimo lalu mencekal tangan kanan papanya.
Nana tidak siap menghadapi kemarahan dan kekuatan papanya. Dia terhuyung ke belakang, hampir menabrak sandaran sofa. Nana tidak peduli dengan dirinya. Dia takut Bimo akan melakukan kekerasan yang lebih buruk pada mamanya. Nana buru-buru mendekati Bimo lagi.
Nana jatuh, tersungkur. Wajahnya terbentur tepian kayu dudukan sofa, kulit yang membungkus tulang pipinya robek kecil sampai pendarahan.
BACK TO:
4. INT – RUANG BESAR - TEMPAT PENDAFTARAN ULANG SELEKSI BEASISWA - SIANG (PRESENT)
Terlihat Dika berjalan pelan dan lesu menuju ruangan. Pak guru melihatnya dengan alis bertaut keheranan.
Dika terdiam, menunduk, tidak tahu harus mengatakan apa pada gurunya.
Dika berjalan masuk ruangan, lalu duduk di bangku kosong dekat jendela. Dua teman lain yang ada di ruangan itu lebih dulu, menatap Dika lekat-lekat. Dua teman Dika saling pandang, penasaran apa yang terjadi, tetapi tidak berani bertanya pada Dika.
Pak guru masuk, lalu meminta perhatian siswa yang ikut pembekalan.
DISSOLVE TO:
5. INT - DALAM MOBIL MENUJU PANGADILAN NEGERI AGAMA – SIANG
Nana terus memandang keluar jendela, tetapi tatapan matanya kosong. Puji melirik Nana sekilas, lalu mematikan layar ponselnya.
Puji hendak menyentuh pipi Nana yang terbalut perban. Nana berjingkat sedikit, lalu membiarkan Puji mengusap-usap lukanya.
Puji menarik napas dalam, mengembuskan dengan kasar. Dia tahu dan hafal sikap Nana, anak itu memang cenderung tertutup dan jarang mengatakan apa yang dipikirkannya.
Baguslah kalau begitu, lagi pula kamu enggak perlu khawatir soal kuliah. Mama punya kenalan dan relasi yang bisa membantu kamu untuk daftar di universitas lain yang lebih bagus dan bergengsi. Kampus yang punya concern di perminyakan bukan cuma satu. Kalau perlu, kamu nanti bisa daftar ke kampus luar negeri.
Mama akan menanggung semua biaya kuliah kamu nanti.
Nana mengangguk patuh, tetapi Puji tidak melihatnya. Nana berpaling lagi ke luar jendela, lalu menghapus sudut matanya yang berair.
CUT TO: