Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
36. INT – RESTORAN PUJI - RUANG KERJA PUJI - SIANG
Puji menunjuk sofa di dekat jendela, menyilakan Bimo duduk. Bimo pun menurut tanpa kata. Bimo mengamati ruangan sekilas, sudah lama sekali dia tidak masuk ke ruang kerja Puji itu.
Puji duduk sisi sofa berseberangan dari Bimo. Mereka saling pandang, tetapi tetap diam.
CUT TO:
37. INT – RUMAH PUJI – KAMAR PUJI – MALAM (FLASHBACK)
Kita melihat Puji masuk ke rumah, melewati ruang tamu. Bimo duduk di kursi meja makan, satu tangannya memegang gagang mug berisi kopi.
Puji mengerucutkan bibir. Dia Berjalan lebih dekat ke meja makan. Satu tangan Puji bertumpu pada meja, menahan sebagian berat badannya.
Bimo hampir berdiri. Dia membuka mulut, tetapi Puji telanjur berbalik lalu menuju kamar. Bimo duduk lagi. Dia menyandarkan punggung di sandaran sambil memijit pelipisnya dengan satu tangan.
DISSOLVE TO:
38. INT – RESTORAN PUJI – RUANG KERJA PUJI – SORE
Tampak Puji masuk ke ruang kerjanya. Bimo ada di meja kerja Puji. Namun, Puji justru tersenyum, tidak terkejut dengan keberadaan Bimo.
Puji meletakkan tas berisi laptop di meja tamu sudut dekat jendela. Lalu Puji duduk, melepas sepatunya dan membiarkan kakinya menyentuh lantai yang dingin. Lalu Puji meraih sandal tipis di lemari penyimpanan sepatu.
Bimo tidak membalas senyum Puji. Dia membiarkan Puji dengan apa yang dilakukannya. Bimo menekuri kertas-kertas di meja, lalu sesekali memperhatikan komputer di depannya.
Puji berdiri, lalu mendekati Bimo. Puji mendengkus sebal ketika tahu apa yang ada di depan Bimo. Puji berbalik, lalu mengambil air untuk minum dari dispenser.
Kita melihat Puji minum, pandangannya tertuju pada jendela. Setelah minum sekali lagi, Puji berbalik dan menghampiri Bimo lagi.
Bimo menumpuk kedua tangannya di atas meja. Akan tetapi, tangannya masih memegang pena dan menggerak-gerakkannya.
Puji mengangkat kedua tangan di udara. Dia menjauh dari Bimo, lalu menjatuhkan tubuhnya di sofa.
Puji meraih tas laptopnya, menyampirkannya di pundak kiri. Puji meletakkan sepatu dan kaus kakinya di rak. Puji berdiri, lalu berpaling menuju pintu keluar ruang kerjanya. Dia tetap mengenakan sandal tipis rumahan.
Puji berhenti tiba-tiba, tapi masih memunggungi Bimo.
Puji langsung pergi tanpa menunggu tanggapan Bimo.
BACK TO:
39. INT – RUMAH NANA – KAMAR NANA – SIANG
Tampak Nana tengah membereskan buku-buku di raknya. Dia mengusap-usap beberapa judul buku tebal yang dipakainya belajar untuk seleksi beasiswa. Nana juga meraih brosur yang dia simpan, brosur yang menarik dia dan Vino untuk ikut seleksi bersama.
Nana membuka-buka brosur itu, lalu tersenyum kecil. Perlahan ekspresi Nana berubah sendu. Matanya memerah, lalu air matanya menetes. Nana menelan ludah. Dia kemudian buru-buru mengembalikan brosur itu, lalu memasukkan buku-buku miliknya ke lemari.
Nana terpaku sesaat sebelum menutup lemari. Dia mengusap kedua pipinya, sambil memandangi buku-buku yang disingkirkannya dari meja belajar. Air matanya makin deras, lalu Nana menutup pintu lemari dengan keras.
Setelah pintu tertutup, Nana berbalik berlari ke tempat tidur. Dia masih menangis, sesenggukan.
DISSOLVE TO:
40. INT – RUMAH NANA – RUANG NONTON TV – SORE
Kita melihat Nana tengah melamun sambil memegangi mug berisi teh. Pandangannya mengawang ke luar jendela, cuaca di luar mendung. Cahaya matahari sore jatuh di wajah Nana, silau, tetapi dia tidak berpaling.
Bimo tengah mengerjakan sesuatu di laptopnya. Dia duduk menyamping di belakang Nana.
Terdengar suara ponsel Nana berdering di atas meja lampu. Akan tetapi, Nana membiarkan ponselnya terus berdering sampai bergeser-geser sedikit karena getaran.
Bimo memandang Nana dengan alis bertaut.
Vino menunjuk layar ponsel yang bertuliskan panggilan dari pak guru pembimbing. Lalu Vino memperhatikan ekspresi Nana lekat-lekat.
Nana bangun lalu menaruh nug di dekat ponsel. Dia mengambil ponselnya, lalu pergi menjauhi Vino. Dia naik ke lantai dua. Vino memandangi punggung Nana yang semakin jauh. Nana menghindari Vino, karena matanya memerah mau menangis.
DISSOLVE TO: