Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
69. BEGIN MONTAGE - VARIOUS LOCATIONS
(Semua adegan di scene ini diiringi backsound / soundtrack)
END MONTAGE.
FADE IN.
70. INT. RUMAH MELANIE - SIANG
Liza dan melani sedang duduk berdua di sofa.
MELANIE
Yakini lagi hati Lo, Za.
LIZA
(menahan tangis) Dia udah siapin pengajuan gugatan cerai.
MELANIE
Terus apa yang bakal lo lakuin sekarang?
LIZA
Gue kalah, Mel. (menangis)
MELANIE
Lo belum kalah. Siapa bilang lo kalah? (menyentuh pundak Liza)
LIZA
Cinta ternyata nggak bisa menyatukan kami. (tersenyum dalam tangisannya)
MELANIE
Kalian saling cinta, gue yakin. Cuma udah telanjur kecewa dan sama-sama keras aja sih.
LIZA
Justru itu, cinta aja capek menghadapi kamu berdua. (tertawa hambar)
MELANIE
Dev berpaling sekarang? (prihatin)
LIZA
Riya, anaknya, mampu membuat Dev lebih bahagia daripada sama gue. Iya gue salah, makanya gue ikutin apapun keputusan Dev.
MELANIE
Yakin?
LIZA
(menatap Melanie) Gue cinta sama Dev… (tersenyum) Kalau dia bahagia sama Riya gue nggak papa… (nada pasrah)
Melanie memeluk Liza.
MELANIE
Ya udah, apapun keputusan Lo gue dukung. Pamit sama Dev, sampaikan hal terakhir yang mesti lo sampaikan. Dia berhak tau walau cuma sekali. (tersenyum bangga meski air mata ikut terjatuh)
LIZA
Gue nggak bisa, Mel. Nggak tau gimana caranya buat pamit. (bersandar di bahu Melanie)
MELANIE
Tenang, Za. Lo pasti bisa. Ntar kita atur ya…
Mereka berpelukan, menangis bersama.
FADE IN.
71. INT. RUMAH LIZA DAN DEV - RUANG KELUARGA - SIANG
Beberapa kardus dan tas sedang disusun di tengah ruangan. Seorang lelaki yang membantu Liza mengangkat barang-barang tersebut ke dalam mobilnya terlihat sibuk mondar-mandir. Dev datang.
Liza menyadari kehadiran Dev, ia tersenyum.
LIZA
Dev, semua barang-barangku sudah ku kemas.
DEV
Iya. Bawa aja semua yang kamu beli pake uang kamu.
Liza membuka tasnya, mengambil sesuatu dan meletakkannya di atas meja.
LIZA
Ini kartu ATM tabungan kamu.
DEV
…… (mengangguk seraya duduk di sofa)
LIZA
Sudah ada kabar kapan sidangnya?
DEV
…… (menggeleng)
Liza duduk di sofa. Mereka berhadapan. Hening. Terlihat sibuk dengan pikiran masing-masing.
DEV
Maafin aku ya…
LIZA
……
(berusaha keras mengatur mimik wajahnya untuk tetap terlihat ceria) Ya sudahlah, toh kita sama-sama salah juga.
DEV
……
LIZA
Ya… begitulah… (tersenyum)
DEV
Terima kasih ya.
LIZA
Aku ada hadiah buat kamu.
DEV
Za… Nggak usah, kita kan- (terpotong)
LIZA
Hust!!! (menempelkan jari ke mulutnya) Sebentar… (mengambil sesuatu dari tasnya)
DEV
… (menunggu)
LIZA
Nah, ini. (meletakkan kotak kado kecil berwarna biru muda)
DEV
(tersenyum) Kayak orang lagi ulang tahun aja! (mengambil kotak tersebut)
LIZA
Nggak harus nunggu ulang tahun dulu buat ngasih hadiah ke orang lain kan? (terkekeh kecil) Tapi jangan dibuka sekarang! Nanti aja kalau aku udah nggak ada.
DEV
(mengerutkan alisnya, menatap kotak kado dan Liza bergantian) Gitu ya…
LIZA
Sampai jumpa, Dev. (berdiri)
DEV
Kamu pamit?
LIZA
Mmm… (berpikir sesaat) Pa… mit. Hehe…
DEV
Hati-hati...
Liza melangkah pergi meninggalkan rumah tersebut dengan bersusah payah menahan air matanya. Saat sudah masuk mobil, tangisannya pecah. Ia menampar-nampar setiran mobilnya. Melihat pintu rumah yang masih terbuka.
Ia menyalakan mobil. Pergi dengan tangisannya.
FADE IN.
72. INT. RUMAH DEV - MALAM - MONTAGE
- Hujan turun deras malam itu.
- Pekarangan rumah Dev tampak sepi.
- Bunga-bunga mawar dalam pot terlihat basah diguyur hujan.
- Dapur lengang, jam di dinding berdetak.
- Dev terlihat sedang duduk di sofa ruang tengah rumahnya, dengan hanya lampu di ruangan itu yang bernyala.
END MONTAGE.
73. INT. RUMAH DEV - MALAM
Ia membuka kotak kado pemberian Liza. Sebuah amplop putih dan foto yang diambil menggunakan kamera analog di dalamnya.
Dev memperhatikan foto tersebut, terlihat dirinya sedang tertidur pulas tanpa baju berselimut putih di ranjang yang serba putih. Dev membalikkan foto tersebut, terdapat tulisan tangan Liza di belakangnya.
LIZA
Hi, my lovely husband. :)
Barangkali kamu udah lupa sama foto ini. Atau malah nggak pernah menyadarinya. Ini aku foto tengah malam, saat bulan madu kita. Waktu itu aku kebelet pipis, terus saat balik dari toilet aku liat pose tidurmu lucu banget. Aku abadikan deh.
Dev, you are love.
Dev termenung setelah membacanya. Matanya memerah dan mulai basah. Ia kemudian membuka amplop putih.
Sebuah surat 2 lembar. Dev membaca lembar pertama.
(saat Dev membaca surat tersebut, montage dari masa lalu / beberapa scenes timbul beriringan dengan suara Liza diiringi backsound / musik)
LIZA (V.O)
Dev…
Dari pertama kali kamu menyapaku di kedai kopi, aku tahu rasa nyaman telah berpihak padaku. Nggak terasa ya, secepat itu waktu berlalu, tak kalah cepat dengan kebersamaan kita yang harus berakhir.
Sebelum aku melanjutkan kisah hidupku tanpa kamu lagi, aku ingin menyampaikan rasa cinta ini untuk yang terakhir kali dan untuk selamanya.
Dev, aku nggak akan bilang i love you, atau menuliskan puisi. Tidak. Sebab ada yang jauh lebih berharga dibanding itu semua. Yaitu caraku membuktikan rasa cinta ke kamu selama pernikahan kita.
Dev, maaf jika ketidak-jujuranku telah melukaimu. Maaf aku ingkar janji untuk selalu jujur. Aku tidak pernah mandul, Dev. Aku sehat.
Kamu masih ingat, saat beberapa kali kita kontrol ke Dokter?
Aku memohon Dokter Yohsi agar jangan sampai kamu tahu bahwa yang mandul adalah kamu, Dev. Aku tidak ingin kamu terluka mengetahui kenyataan itu, sebab kamu sangat ingin kita memiliki bayi. Aku selalu menyembunyikan tangisku saat kamu membeli sepasang baju bayi perempuan dan laki-laki yang kamu simpan rapi di kamar bawah.
Aku selalu berusaha kuat saat aku menunda hamil ketika kamu memohon-mohon agar kita cepat memiliki anak. Aku harus tega dengan diriku sendiri, aku harus kejam, aku harus membohongimu.
Aku berjanji dengan diriku sendiri aku akan membuatmu sembuh.
Setiap hari aku selalu mengatur pola makanmu, sayang, aku mengatur kebutuhan gizimu. Dari suplemen, lauk pauk, sayur mayur dan makanan lainnya di dapur yang kubeli, itu semua adalah hasil konsultasiku kepada Dokter Yohsi. Hampir setiap hari aku menghubunginya untuk memastikan kebutuhan gizimu terpenuhi setiap harinya.
Dev, suatu ketika ada yang retak di hatiku saat tahu kamu dekat dengan perempuan yang memiliki anak itu. Aku terpaksa mengaku bahwa yang mandul, sebab aku tidak tahu lagi bagaimana mengontrol lukaku. Biarlah, biarlah kamu yang kecewa padaku.
Aku selalu percaya suatu saat kamu pasti sembuh. Aku tak ingin membiarkanmu tak bahagia. Tapi ternyata, kekecewaan telah mematahkan hati kita. Faktanya aku semakin terluka saat mengetahui kamu semakin dekat dengan perempuan itu. Upaya untuk saling mempertahankan hanyalah sia-sia. Mungkin perpisahan adalah penyesalan terbaik untuk kita berdua.
Deva Adikara, tugasku mencintaimu telah kulakukan. Pada akhirnya, kamu berhak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Jangan tanya kenapa, semua jawabannya hanyalah: Cinta.
Dengan atau tanpamu aku hidup, kamu akan tetap menjadi suami terbaikku.
Jaga dirimu baik-baik ya, bunga mawar jangan lupa disiram.
Aku pamit, love.
Dev tak mempedulikan air matanya yang jatuh, ia buru-buru melihat lembaran kedua. Surat keterangan hasil pemeriksaan dari Dokter Yohsi. Bahunya bergetar. Surat itu terlepas dari tangannya. Dev bergegas menuju kamar, ia membuka lemari baju. Tak ada lagi pakaian Liza di sana. Ia mendekati meja rias Liza selama ini, tak terlihat lagi alat-alat kecantikannya di sana. Dev tampak seperti orang ling-lung. Ia bergegas membuka kamar mandi, matanya tertuju ke tumpukan sabun-sabun dan alat mandi lainnya. Tak ada lagi barang-barang milik Liza di sana.
DEV
(suaranya bergetar dalam tangis) Liza… Sayang… Pulang… (meratap)
Dev kemudian bergegas turun ke lantai satu, mengambil HP nya di atas meja sofa ruang keluarga. Menelpon namun panggilannya tak terhubung.
FADE IN.