Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Pamit
Suka
Favorit
Bagikan
11. Farewell #Scenes 69 - 73

69. BEGIN MONTAGE - VARIOUS LOCATIONS

(Semua adegan di scene ini diiringi backsound / soundtrack)

  1. RUMAH RIYA - Dev menggendong Rafa, bermain bersama.
  2. RUMAH DEV DAN LIZA - Liza membuka lemari di kamar, mengambil surat keterangan dari Dokter. Menatapnya.
  3. RUMAH RIYA - Dev membantu Riya memasak.
  4. KANTOR LIZA - Liza terlihat sibuk bersama Doris melihat baju-baju hasil produksi mereka untuk film.
  5. RUMAH LIZA DAN DEV - Dev pulang ke rumah, ia termenung melihat sekeliling kamar, menutup pigura yang berisi fotonya dan Liza.
  6. SEBUAH LOKASI - Liza dan timnya terlihat sibuk di lokasi shooting.
  7. SEBUAH LOKASI - Liza dan Doris membantu beberapa pemeran film menggantikan baju mereka.
  8. KANTOR DEV - Dev berpapasan di kantor dengan Tiwi, namun mereka tak saling menyapa lagi. Dev lebih banyak diam di kantornya.
  9. SEBUAH LOKASI - Liza menelpon ibunya saat masih di lokasi shooting.
  10. RUMAH LIZA DAN DEV - Dev membuka surat-surat pernikahan mereka. Pesan masuk dari Riya, video Rafa yang sedang berjoget. Dev tertawa menontonnya.
  11. SEBUAH LOKASI - Suasana di lokasi shooting. Liza yang termenung saat semua orang sedang bekerja, namun buru-buru menepis lamunannya saat Doris memanggilnya.
  12. MATAHARI TERBIT DAN TERBENAM, LANGIT MALAM - Waktu berjalan. Semua menjadi asing. Dev dan Liza sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

END MONTAGE.

FADE IN.

70. INT. RUMAH MELANIE - SIANG

Liza dan melani sedang duduk berdua di sofa.

MELANIE

Yakini lagi hati Lo, Za.

LIZA

(menahan tangis) Dia udah siapin pengajuan gugatan cerai.

MELANIE

Terus apa yang bakal lo lakuin sekarang?

LIZA

Gue kalah, Mel. (menangis)

MELANIE

Lo belum kalah. Siapa bilang lo kalah? (menyentuh pundak Liza)

LIZA

Cinta ternyata nggak bisa menyatukan kami. (tersenyum dalam tangisannya)

MELANIE

Kalian saling cinta, gue yakin. Cuma udah telanjur kecewa dan sama-sama keras aja sih.

LIZA

Justru itu, cinta aja capek menghadapi kamu berdua. (tertawa hambar)

MELANIE

Dev berpaling sekarang? (prihatin)

LIZA

Riya, anaknya, mampu membuat Dev lebih bahagia daripada sama gue. Iya gue salah, makanya gue ikutin apapun keputusan Dev.

MELANIE

Yakin?

LIZA

(menatap Melanie) Gue cinta sama Dev… (tersenyum) Kalau dia bahagia sama Riya gue nggak papa… (nada pasrah)

Melanie memeluk Liza.

MELANIE

Ya udah, apapun keputusan Lo gue dukung. Pamit sama Dev, sampaikan hal terakhir yang mesti lo sampaikan. Dia berhak tau walau cuma sekali. (tersenyum bangga meski air mata ikut terjatuh)

LIZA

Gue nggak bisa, Mel. Nggak tau gimana caranya buat pamit. (bersandar di bahu Melanie)

MELANIE

Tenang, Za. Lo pasti bisa. Ntar kita atur ya… 

Mereka berpelukan, menangis bersama.

FADE IN.

71. INT. RUMAH LIZA DAN DEV - RUANG KELUARGA - SIANG

Beberapa kardus dan tas sedang disusun di tengah ruangan. Seorang lelaki yang membantu Liza mengangkat barang-barang tersebut ke dalam mobilnya terlihat sibuk mondar-mandir. Dev datang.

Liza menyadari kehadiran Dev, ia tersenyum.

LIZA

Dev, semua barang-barangku sudah ku kemas.

DEV

Iya. Bawa aja semua yang kamu beli pake uang kamu.

Liza membuka tasnya, mengambil sesuatu dan meletakkannya di atas meja.

LIZA

Ini kartu ATM tabungan kamu.

DEV

…… (mengangguk seraya duduk di sofa)

LIZA

Sudah ada kabar kapan sidangnya?

DEV

…… (menggeleng)

Liza duduk di sofa. Mereka berhadapan. Hening. Terlihat sibuk dengan pikiran masing-masing.

DEV

Maafin aku ya… 

LIZA

……

(berusaha keras mengatur mimik wajahnya untuk tetap terlihat ceria) Ya sudahlah, toh kita sama-sama salah juga.

DEV

…… 

LIZA

Ya… begitulah… (tersenyum)

DEV

Terima kasih ya.

LIZA

Aku ada hadiah buat kamu.

DEV

Za… Nggak usah, kita kan- (terpotong)

LIZA

Hust!!! (menempelkan jari ke mulutnya) Sebentar… (mengambil sesuatu dari tasnya)

DEV

… (menunggu)

LIZA

Nah, ini. (meletakkan kotak kado kecil berwarna biru muda)

DEV

(tersenyum) Kayak orang lagi ulang tahun aja! (mengambil kotak tersebut)

LIZA

Nggak harus nunggu ulang tahun dulu buat ngasih hadiah ke orang lain kan? (terkekeh kecil) Tapi jangan dibuka sekarang! Nanti aja kalau aku udah nggak ada.

DEV

(mengerutkan alisnya, menatap kotak kado dan Liza bergantian) Gitu ya…

LIZA

Sampai jumpa, Dev. (berdiri)

DEV

Kamu pamit?

LIZA

Mmm… (berpikir sesaat) Pa… mit. Hehe…

DEV

Hati-hati...

Liza melangkah pergi meninggalkan rumah tersebut dengan bersusah payah menahan air matanya. Saat sudah masuk mobil, tangisannya pecah. Ia menampar-nampar setiran mobilnya. Melihat pintu rumah yang masih terbuka.

Ia menyalakan mobil. Pergi dengan tangisannya.

FADE IN.

 

72. INT. RUMAH DEV - MALAM - MONTAGE

- Hujan turun deras malam itu.

- Pekarangan rumah Dev tampak sepi.

- Bunga-bunga mawar dalam pot terlihat basah diguyur hujan.

- Dapur lengang, jam di dinding berdetak.

- Dev terlihat sedang duduk di sofa ruang tengah rumahnya, dengan hanya lampu di ruangan itu yang bernyala.

END MONTAGE.

73. INT. RUMAH DEV - MALAM

Ia membuka kotak kado pemberian Liza. Sebuah amplop putih dan foto yang diambil menggunakan kamera analog di dalamnya.

Dev memperhatikan foto tersebut, terlihat dirinya sedang tertidur pulas tanpa baju berselimut putih di ranjang yang serba putih. Dev membalikkan foto tersebut, terdapat tulisan tangan Liza di belakangnya.

LIZA

Hi, my lovely husband. :)

Barangkali kamu udah lupa sama foto ini. Atau malah nggak pernah menyadarinya. Ini aku foto tengah malam, saat bulan madu kita. Waktu itu aku kebelet pipis, terus saat balik dari toilet aku liat pose tidurmu lucu banget. Aku abadikan deh.

Dev, you are love.

Dev termenung setelah membacanya. Matanya memerah dan mulai basah. Ia kemudian membuka amplop putih.

Sebuah surat 2 lembar. Dev membaca lembar pertama.

(saat Dev membaca surat tersebut, montage dari masa lalu / beberapa scenes timbul beriringan dengan suara Liza diiringi backsound / musik)

LIZA (V.O)

Dev…

Dari pertama kali kamu menyapaku di kedai kopi, aku tahu rasa nyaman telah berpihak padaku. Nggak terasa ya, secepat itu waktu berlalu, tak kalah cepat dengan kebersamaan kita yang harus berakhir.

Sebelum aku melanjutkan kisah hidupku tanpa kamu lagi, aku ingin menyampaikan rasa cinta ini untuk yang terakhir kali dan untuk selamanya.

Dev, aku nggak akan bilang i love you, atau menuliskan puisi. Tidak. Sebab ada yang jauh lebih berharga dibanding itu semua. Yaitu caraku membuktikan rasa cinta ke kamu selama pernikahan kita.

Dev, maaf jika ketidak-jujuranku telah melukaimu. Maaf aku ingkar janji untuk selalu jujur. Aku tidak pernah mandul, Dev. Aku sehat.

Kamu masih ingat, saat beberapa kali kita kontrol ke Dokter?

Aku memohon Dokter Yohsi agar jangan sampai kamu tahu bahwa yang mandul adalah kamu, Dev. Aku tidak ingin kamu terluka mengetahui kenyataan itu, sebab kamu sangat ingin kita memiliki bayi. Aku selalu menyembunyikan tangisku saat kamu membeli sepasang baju bayi perempuan dan laki-laki yang kamu simpan rapi di kamar bawah. 

Aku selalu berusaha kuat saat aku menunda hamil ketika kamu memohon-mohon agar kita cepat memiliki anak. Aku harus tega dengan diriku sendiri, aku harus kejam, aku harus membohongimu.

Aku berjanji dengan diriku sendiri aku akan membuatmu sembuh.

Setiap hari aku selalu mengatur pola makanmu, sayang, aku mengatur kebutuhan gizimu. Dari suplemen, lauk pauk, sayur mayur dan makanan lainnya di dapur yang kubeli, itu semua adalah hasil konsultasiku kepada Dokter Yohsi. Hampir setiap hari aku menghubunginya untuk memastikan kebutuhan gizimu terpenuhi setiap harinya.

Dev, suatu ketika ada yang retak di hatiku saat tahu kamu dekat dengan perempuan yang memiliki anak itu. Aku terpaksa mengaku bahwa yang mandul, sebab aku tidak tahu lagi bagaimana mengontrol lukaku. Biarlah, biarlah kamu yang kecewa padaku. 

Aku selalu percaya suatu saat kamu pasti sembuh. Aku tak ingin membiarkanmu tak bahagia. Tapi ternyata, kekecewaan telah mematahkan hati kita. Faktanya aku semakin terluka saat mengetahui kamu semakin dekat dengan perempuan itu. Upaya untuk saling mempertahankan hanyalah sia-sia. Mungkin perpisahan adalah penyesalan terbaik untuk kita berdua.

Deva Adikara, tugasku mencintaimu telah kulakukan. Pada akhirnya, kamu berhak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Jangan tanya kenapa, semua jawabannya hanyalah: Cinta.

Dengan atau tanpamu aku hidup, kamu akan tetap menjadi suami terbaikku.

Jaga dirimu baik-baik ya, bunga mawar jangan lupa disiram.

Aku pamit, love.

Dev tak mempedulikan air matanya yang jatuh, ia buru-buru melihat lembaran kedua. Surat keterangan hasil pemeriksaan dari Dokter Yohsi. Bahunya bergetar. Surat itu terlepas dari tangannya. Dev bergegas menuju kamar, ia membuka lemari baju. Tak ada lagi pakaian Liza di sana. Ia mendekati meja rias Liza selama ini, tak terlihat lagi alat-alat kecantikannya di sana. Dev tampak seperti orang ling-lung. Ia bergegas membuka kamar mandi, matanya tertuju ke tumpukan sabun-sabun dan alat mandi lainnya. Tak ada lagi barang-barang milik Liza di sana.

DEV

(suaranya bergetar dalam tangis) Liza… Sayang… Pulang… (meratap)

Dev kemudian bergegas turun ke lantai satu, mengambil HP nya di atas meja sofa ruang keluarga. Menelpon namun panggilannya tak terhubung.

FADE IN.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar