Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Pamit
Suka
Favorit
Bagikan
3. The Third Person #Scenes 12 - 19

12. INT. RUMAH LIZA - MALAM

( Beberapa tahun yang lalu).

Liza dan Azka bicara di telepon.

LIZA

Iya udah, kamu siap-siap gih sana! Ntar kalau udah nyampe Semarang kabarin ya, hati-hati. Iya... Oke... Too...

Liza terlihat menimbang-nimbang sesuatu seusai menutup telponnya.

CUT TO.

13. EXT. JALAN RAYA - MALAM

Dev membonceng Liza di sepeda motornya. Mereka mengelilingi beberapa daerah di pusat kota Jakarta. Sambil membicarakan banyak hal.

DEV

Emang nggak pernah naik motor sebelumnya?

LIZA

Pernah sih, cuma nggak sering. Nggak biasa.

DEV

Kamu sih naik turun mobil terus. Sesekali coba pake motor kerjanya.

LIZA

Kan sudah sekarang sama kamu naik motornya.

DEV

By the way, Kenapa pengen jadi perancang busana?

LIZA

Nggak tahu sih. Hanya karena aku pengen merancang gaun pernikahan buat orang-orang. Bikin gaun seindah mungkin di hari bahagia mereka.

DEV

Pernikahan kamu nanti gaunnya dirancang sendiri dong jadinya hehe…

LIZA

Kamu yang ngerancang haha

DEV

Waduh! Nggak ngerti. Lapar nggak? Makan yuk! Aku lapar.

LIZA

Boleh! Kamu yang pilih tempat.

DEV

Hmm, kamu pasti belum pernah makan di tempat ini sebelumnya.

Mereka pergi mencari tempat makan.

CUT TO.

14. EXT. WARUNG SATU PINGGIR JALAN - MALAM

Mereka berhenti di sebuah warung sate kaki lima pinggiran jalan raya. Selain sate, ada beberapa jualan makanan lainnya. Cukup ramai. Asap sate yang masih dipanggang mengepul.

Dev dan Liza melepaskan helm masing-masing.

DEV

Belum pernah, kan?

LIZA

Belum. (tersenyum senang)

Mereka memilih duduk di sebuah meja pojokan. Salah seorang pelayan / penjual sate menghampiri.

PELAYAN

Pesan apa, Mas, Mbak?

DEV

Saya sate kambing 10 tusuk plus lontongnya ya, Mas. Kamu apa?

LIZA

Sama, Mas, tapi saya sate ayam aja ya.

PELAYAN

Minumnya apa?

DEV

Es teh.

LIZA

Sama.

PELAYAN

Ditunggu ya pesanannya. (berlalu pergi)

LIZA

Jadi kamu sering ke sini?

DEV

Lumayan, disini sate favoritku. Nggak tahu ya, aku lebih senang makan di warung-warung kaki lima begini. Lebih murah jelas iya. Selain itu kayak enak aja.

LIZA

Kok kamu nggak malu?

DEV

Eh? Malu kenapa?

LIZA

(tertawa lucu) Nggak kok, kamu hebat.

DEV

Hebat apanya? Cuma seorang pekerja kantoran biasa. Kamu lagi yang hebat.

LIZA

Bukan itu, Dev. Hebat aja karena kamu orang pertama yang mengajak aku ke tempat seperti ini?

DEV

Tempat makan murah maksudnya? (terkekeh kecil)

LIZA

Iya. Setiap laki-laki yang ngajak aku makan pasti selalu ke tempat mewah, restoran lah atau apa. Ini beda banget sih! Makanya tadi aku tanya kamu nggak malu apa, sorry ya, karena banyak laki-laki yang sok ngajak perempuan ke tempat mewah, padahal di luar kemampuannya.

DEV

Haha… tapi nggak semua kan?

LIZA

Iya, baru ini nemu. Kamu.

DEV

Ya kan memang begini akunya. Pengen sih ngajak dinner kayak orang-orang biar romantis gitu, yang di meja ada lilin, bunga, dan berbagai macam menu makanan. Tapi uangku nggak cukup. Banyak yang mesti dibayar atuh… (ekspresi cemberut) Hahaha..

LIZA

Haha… Dev, nggak semua perempuan juga ingin begitu. Benar deh, ini beda banget. Makasih ya!

DEV

You’re welcome.

Pelayan datang membawa pesanan mereka.

PELAYAN

Ini Sate Kambing, ini yang Ayamnya. 2 es teh. Selamat makan.

DEV, LIZA

Makasih, Mas.

Mereka menikmati makan malam sambil terus bercerita banyak hal. Mereka kadang terlihat tertawa lepas, senyum-senyum, penasaran hingga ekspresi bingung. (diiringi backsound)

DEV

Iya, benar loh! Sampai akhirnya aku bilang ke Mamah: Mah, Deva pengen merantau ke Jakarta. Mamah langsung marah, dia kira aku pengen jadi artis. Padahal niat ya cuma untuk mencari kerja- (terpotong karena pandangan Liza yang terkejut akan sesuatu di belakang Dev)

Dev mengikuti pandangan Liza. Ia melihat sosok Azka yang membungkus makanan tak jauh dari tempat mereka. Liza malah menarik lengannya.

LIZA

Dev, ayo ayo please cepat kita pergi sekarang. Ikuti mobil itu!

DEV

Oke, oke, sebentar kita bayar dulu. (buru-buru membayar)

Liza sudah terlebih dulu memasang helm. Disusul Dev yang langsung menyalakan motor. Mereka mengikuti mobil Azka.

LIZA

Pokoknya kamu jangan tanya apa-apa dulu. Ikutin ja mobil itu!

DEV

Iya iya. (menambah kecepatan motor)

CUT TO.

15. EXT. SEBUAH JALAN - MALAM

Mobil Azka masuk menuju parkiran sebuah hotel. Liza dan Dev berhenti di luar (pinggir jalan). Terlihat Azka masuk membawa beberapa bungkusan. Azka memasuki pintu lift.

CUT TO.

16. INT. HOTEL - MALAM

Liza mendekati seorang Resepsionis. Mereka terlihat sedang berbicara, lalu Rsepsionis tersebut mengambil telepon. Beberapa lama kemudian, Resepsionis tersebut memberitahukan nomor kamar. Liza dan Dev naik ke lantai 11.

Setelah menemukan nomor kamar yang dituju. Liza melihat Dev beberapa saat, mata Liza terlihat berkaca-kaca. Dev terdiam masih tampak kebingungan. Liza mengetuk kamar tersebut.

Beberapa saat pintu dibuka, seorang perempuan berambut pirang keluar.

PEREMPUAN

Iya, ada apa?

Hening sejenak. Dev melirik Liza yang terpaku menatap perempuan di hadapan mereka itu.

LIZA

Ada Mas Azka? Saya sepupunya.(Liza terlihat sangat mengontrol suaranya)

PEREMPUAN

(sedikit panik) Oh, sebentar ya. (menoleh ke dalam) Sayang, ada sepupu kamu!

AZKA

(menjawab dari dalam) Sepupu yang mana?

Liza mendorong perempuan di hadapannya itu sampai terjatuh ke lantai. Ia menerobos masuk ke dalam. Dev terkejut dan mengikuti Liza.

PEREMPUAN

Awwww Ahhhhh!!!!! (sambil berusaha bangkit)

Azka yang tampak sedang melepas celana panjangnya (saat Liza dan Dev menerobos masuk), buru-buru meraih selimut menutupi setengah badannya.

LIZA

Ini yang katanya Papah kamu ngajak kalian ke Semarang? Siapa perempuan itu? Kalian ngapain di sini? Bangsat!!! (berteriak marah)

AZKA

Nggak gitu, Bee. (tergagap)

LIZA

Nggak gitu gimana? Kalau pengen nggak sama-sama lagi nggak usah sok manis sama aku! Nggak ada lagi kita. Jangan pernah temui aku lagi! (berteriak sambil menangis)

Liza menarik tangan Dev. Dev menurut, tidak tahu harus berbuat apa. Saat melewati perempuan yang sudah bangkit berdiri itu Liza berhenti sebentar.

LIZA

Kamu perempuan kan? Coba jadi perempuan berkelas yang bahagia tanpa merenggut kebahagiaan orang lain!

Mereka berlalu pergi. Sepanjang jalan keluar hotel Liza tak hentinya menangis. Sementara Dev yang masih bingung memilih diam tak berani bicara apa-apa.

DEV

Aku antar pulang ya, biar kamu istirahat, supaya tenang.

FLASHBACK CUT TO.

 

17. INT. RUMAH LIZA DAN DEV - KAMAR - MALAM

Pukul 01.30 WIB

Dev mematikan TV di ruang tamu, dia menaiki tangga menuju lantai dua. Membuka pintu kamar pelan. Cahaya redup lampu tidur menerangi seisi kamar. Liza sudah tertidur pulas. Dev menutup pintu kembali. Ia berbaring pelan di samping Liza dan mengecup keningnya. Lalu menarik selimut hingga menutupi bahu mereka. Ia memejamkan mata. Hanya suara detak jarum yang terdengar.

DISSOLVE TO.

18. INT. RUMAH LIZA DAN DEV - KAMAR - PAGI

Dev membuka matanya. Cahaya pagi merambat dari jendela kamar yang tertutupi gorden. AC sudah dalam keadaan mati. Dev menoleh ke samping, tidak ada Liza disana.

Dev bangkit, menuju kamar mandi. Beberapa lama setelah mandi, Dev mengenakan pakaiannya. HP-nya di atas meja berdering, panggilan masuk.

DEV

Iya, Ma? Oh iya, Iya, Ma. Nanti Dev jemput Mama ya. Hati-hati, Ma. Waalaikumsalam.(mematikan telepon kemudian)

CUT TO.

19. INT. RUMAH LIZA DAN DEV - DAPUR - PAGI

Dev berjalan menuju dapur, mengambil gelas, menuangkan air putih. Liza terlihat sedang sibuk menyiapkan nasi goreng untuk sarapan mereka. Dev menarik kursi meja makan, lalu duduk di sana, minum air putih. Meletakkan gelas diatas meja. Dev melihat Liza yang sedang menuangkan nasi goreng ke dalam piring. Dev tersenyum menatapnya.

DEV

Harum banget pagi-pagi! (berusaha seceria mungkin)

LIZA

(kepalanya berpaling, kesal) Jangan ngeledek ya, aku belum sempat mandi. Iya tahu, aku bau, nggak harum.

DEV

Loh, siapa yang bilang kamu? Nasi gorengnya yang harum maksudku.

LIZA

Emang. Dan aku nggak harum. Lebih mentingin sarapan suami sih daripada mandi pagi-pagi. (makin terlihat kesal, sambil meletakkan 2 piring nasi goreng di atas meja makan)

DEV

(senyum jahil, pandangannya tak lepas dari Liza) Berarti secinta itu dong sama suaminya hehe…

Sementara Liza menyiapkan sarapan mereka, Dev membuka sosial medianya, salah seorang teman kantornya memposting foto anak bayinya yang sedang bicara bahasa bayi. Dev antusias, tertawa melihatnya.

DEV

Duh duh duh… lucunya anak si Riyan! Hahaha… (fokus ke layar HP)

LIZA

(Liza melirik Dev. Kesal.) Aku mau mandi dulu. (berlalu pergi)

DEV

Jadi gitu sekarang? Suaminya nggak ditemenin sarapan lagi? (Dev menoleh)

LIZA

(Langkahnya terhenti, diam beberapa saat menghela nafas) Dev…

DEV

Aku tahu kamu masih marah.

LIZA

Kamu sarapan sendiri aja dulu ya, aku beneran mau mandi. (melangkah pergi ke lantai atas)

DEV

(menatap sayu ke arah Liza yang menaiki tangga)

FLASHBACK.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar