Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Pamit
Suka
Favorit
Bagikan
7. The broken Glass #Scenes 46 - 56

46. INT. MOBIL - JALAN - PAGI

Sambil menyetir mobil, Liza berbicara di telepon.

LIZA

Oke, jadi gitu aja ya. Ini saya sudah di jalan menuju kantor. Thanks, Doris.

Meletakkan telepon. Beberapa saat kemudian Liza tersadar akan sesuatu. Ia terlihat bimbang. Kemudian Ia mengambil kembali HP nya, menelepon Dev. Namun tak ada jawaban.

LIZA

Mungkin kamu sedang di jalan juga.

Menghentikan panggilannya.

CUT TO.

47 INT. KANTOR - SIANG

Liza melirik jam kecil di atas mejanya, lalu membuka HP. Ia terlihat menelpon seseorang tapi terdengar kalimat: Nomor yang anda tuju sedang berada di panggilan lain.

Liza mencoba menelpon berkali-kali, namun masih sama. Ia kemudian meletakkan HP-nya di atas meja dengan raut wajah kesal.

CUT TO.

48. INT. KANTOR - KANTIN - SIANG

Dev, Tiwi, dan Fadli terlihat santai mengobrol setelah menghabiskan makan siang.

TIWI

Haha, trus gue langsung samperin lah dia.

FADLI

Lu kayak orang nggak ada takutnya gitu ya?! (membuang abu rokoknya ke asbak di atas meja)

DEV

Ada-ada lu, Tiw. Haha

TIWI

Masa perempuan harus ngalah terus sama laki-laki? Ya nggak dong ah!

HP Dev bergetar di saku celananya, panggilan masuk dari Riya berdering. Dev mengangkat.

DEV

Iya, halo?

RIYA SEPTIA

Mas, maaf mengganggu. Kamu nanti sore sibuk?

DEV

Sepulang dari kantor sih nggak. Kenapa?

RIYA SEPTIA

Ada yang mau ku kasih tahu, tapi nanti saja kalau kamu mampir kemari.

DEV

Oke, siap.

RIYA SEPTIA

Assalamualaikum, Mas.

DEV

Waalaikumsalam.

TIWI

Istri lu?

DEV

Bukan. Riya. Masing ingat?

TIWI

Riya? Ya ingatlah. Kok jadi lua contact sama Riya sih? Lu sama istri lu udah baikan kan?

DEV

Udahlah, lagi males bahas soal itu.

FADLI

Iya nih, biarin Dev tenang dulu, jangan dibikin tambah runyam.

TIWI

Ye, siapa yang bikin tambah runyam?! Ya cowok tuh emang gitu, suka lari dari masalah bukannya diselesain.

FADLI

Ampun dah, mulai lagi dia.

DEV

Oke,oke, Bu tenang Bu ya. Tarik nafas.

TIWI

Apaan sih lo berdua? Hahaha…

Tatapan wajah Tiwi terlihat seperti orang yang sedang menaruh curiga kepada Dev.

Cut To.

49. INT. KANTOR LIZA - RUANGAN - SIANG

Liza dan timnya terlihat sangat sibuk menjalani rapat terkait project film yang bekerjasama dengan mereka. Meeting selama tiga jam itu berjalan lancar dan serius sampai selesai.

Liza memasuki ruangan kerjanya sesudah meeting. Ia terlihat membereskan meja kerjanya bersiap pulang.

CUT TO.

50. INT. RUMAH LIZA DAN DEV - SENJA MENJELANG MALAM

Sambil menutup pintu mobil yang baru saja memasuki pekarangan rumahnya, Liza berbicara di telepon dengan Ibunya.

LIZA

Iya, Ma. Makasih banyak ya, Mama hati-hati di rumah. Jangan terlalu sibuk. I love you, muach.

Liza mendapati pintu rumah masih terkunci, ia mengambil kunci dari dalam tasnya.

CUT TO.

51. INT. RUMAH RIA SEPTIA - SENJA MENJELANG MALAM

Dev sedang menggendong Rafa yang sudah hampir terlelap. Riya masuk ke kamar anaknya.

RIYA SEPTIA

Sudah tidur, Mas?

DEV

Iya, enak banget tidurnya. Hehe

RIYA SEPTIA

Ya sudah, taruh di ranjangnya aja Mas.

DEV

Kenapa dia jadi punya kamar sendiri sekarang. Masa ditinggal sendiri?

RIYA SEPTIA

Kamar sudah lama, Mas. Kalau siang biasanya dia aku tidurin di sini, cuma untuk malam ini karena ada Mas Dev jadi nggak papa dia disini dulu sementara.

DEV

(Sedikit kaget) Mmh? Maksudnya?

RIYA SEPTIA

Sini aku taruh (mengambil Rafa dari tangan Dev, memindahkannya ke ranjang bayi)

DEV

Tadi siang pas telepon,katanya kamu mau bilang sesuatu?

RIYA SEPTIA

Iya. Mas? (Mendekati Dev)

DEV

Iya?

RIYA SEPTIA

Aku cuma mau bilang aku kangen kamu. (tersenyum)

DEV

(canggung) Hehe, i-iya, cuma mau bilang itu?

RIYA SEPTIA

Mau kamu menginap disini malam ini ya? (memeluk Dev)

DEV

Ria, ini-

RIYA SEPTIA

Apa kamu selama ini belum menyadarinya mas kalau aku suka kamu?

DEV

(tak berkutik)

RIYA SEPTIA

Kamu nggak usah takut, sini kita minum biar pikiran kamu tenang.

DEV

(menuruti tarikan tangan Ria)

CUT TO.

52. INT. RUMAH RIYA SEPTIA - KAMAR - MALAM

Ria menuangkan sebuah minuman beralkohol ke dalam gelas di kamarnya.

RIYA SEPTIA

Ini, Mas.

DEV

(sedikit ragu) Aku sudah lama nggak minum ini.

RIYA SEPTIA

Biar pikiran kamu nggak kusut tuh. (tertawa kecil) Aku juga minum.

DEV

Makasih. (meminum)

RIYA SEPTIA

Mari kita habiskan haha 

DEV

(tersenyum)

RIYA SEPTIA

Aku kangen kamu loh hehe… (pengaruh alkohol sudah bereaksi)

DEV

Kamu nggak tahu gimana kangennya aku sama kamu. (tersenyum, pengaruh alkohol bereaksi)

RIYA SEPTIA

Sini, Mas, peluk aku!

DEV

Kamu marah sama aku, kamu juga bohong sama aku.

RIYA SEPTIA

Bohong apa haha nggak pernah bohong aku tuh.

DEV

Kamu bohongin aku, padahal kamu satu-satunya wanita yang kusayang,Za.

RIYA SEPTIA

Apaan sih, Za Za.

DEV

Iya, Za. Kamu Liza… Liza Caroline. (Merangkul Ria)

RIYA SEPTIA

Mas…

DEV

Apa sayang? Kangen aku? Mhh?

Mereka berciuman dan bersenggama di dalam pengaruh alkohol.

CUT TO.

53. INT. RUMAH LIZA DAN DEV - MALAM

Di dapur Liza sedang terlihat kesal memegang HP nya. Makan malam yang disiapkan diatas meja sudah dingin.

LIZA

Dari tadi nggak diangkat. Kemana sih kamu? (kesal)

Liza mencari akun sosial media teman sekantor Dev, Ia menghubunginya lewat sana. Beberapa saat panggilan diangkat.

TIWI

Halo?

LIZA

Halo, Mbak Tiwi, ini aku Liza.

TIWI

Oh, Liza nya Deva?

LIZA

Iya hehe…

TIWI

Oh iya, kenapa, Za?

LIZA

Mbak masih di kantor ya, kalian ada lembur?

TIWI

Nggak ada lembur sih departemen kami hari ini, malahan tadi pulang sore semua. Ada apa memangnya?

LIZA

Oh… gitu ya… Nggak papa sih, Mbak. Tadi aku kira Mas Dev lembur, soalnya telponku nggak diangkat-angkat.

TIWI

(agak ragu) Dev ya… 

LIZA

Iya, Mbak tahu Mas Dev lagi di mana?

TIWI

Za, sorry, aku sebagai sesama perempuan nggak mau nyembunyiin ini semua dari kamu. Aku pernah ngerasain.

LIZA

Maksudnya?

CUT TO.

54. INT. RUMAH RIA SEPTIA - MALAM

Pukul 23.30 WIB.

Pintu rumah Ria diketuk keras, Ia terbangun. Ria terlihat berat membuka matanya, sementara Dev masih terlelap tanpa baju. Ria keluar kamar, mampir sebentar ke kamar anaknya di sebelah. Terlihat bayinya tidur pulas. Ia bergegas membuka pintu depan.

RIYA SEPTIA

(sambil membuka pintu) Siapa ya, malam-malam begini? (sedikit terkejut saat pintu terbuka) Tiwi? (kemudian menoleh ke Liza di samping Tiwi)

TIWI

Dev mana?

RIYA SEPTIA

Ini... (kebingungan dan gugup)

Tiwi menerobos masuk tanpa menunggu jawaban Ria sementara Liza menyusul.

RIYA SEPTIA

Eh jangan sembarang masuk rumah orang dong?!

TIWI

(mengacungkan jari telunjuknya) Diam Lo!

RIYA SEPTIA

Saya bisa saja melapor kalian berdua ke polisi.

Liza terlihat bingung dengan perasaannya sendiri sedari tadi, Ia tak banyak bicara.

TIWI

Dev ada di sini kan, ngaku deh lo!

Sementara di kamar Dev tersadar karena mendengar suara keributan mereka. Dalam keadaan setengah sadar ia berdiri dengan mengenakan celana panjangnya tanpa baju, berjalan ke luar kamar mencari sumber suara.

RIYA SEPTIA

Tapi nggak kayak gini caranya main masuk aja ke rumah saya.

TIWI

Makanya lu kalau ditanya cepat jawab bego!

Dev keluar dari kamar dengan raut wajah bingung.

LIZA

Dev. (tertegun tak percaya)

Gerakan mereka semua terhenti. Tak ada yang berbicara. Hening sesaat.

Bahu Liza melemas turun, ia berlutut di lantai. Dev semakin kebingungan.

DEV

Ini ada apa? (ling lung / kebingungan)

Tiwi menatap tajam ke arah Dev dan Ria bergantian.

RIYA SEPTIA

Ini semua bisa dijelaskan.

Dev mendekati Liza, ikut menunduk.

DEV

Liza…

LIZA

(menangis)

DEV

(melihat Ria dan Tiwi bergantian, lalu melihat tubuhnya yang tanpa baju) Astaga… (matanya memerah seketika)

LIZA

(menangis tertunduk)

DEV

(terduduk) Apa yang sudah aku lakukan?

Disaat semua masih syok, suara tangisan Rafa terdengar dari kamar. Riya bergegas menemuinya.

LIZA

(menatap Dev) Jadi karena itu kamu datang ke sini? (air matanya berjatuhan)

DEV

(Menatap Liza nanar, menangis)

LIZA

Sekarang aku tanya, seandainya kamu melihat aku ada di rumah laki-laki lain tanpa baju keluar dari kamarnya, apa yang bakalan kamu lakuin? (Liza bangkit berdiri) Ayo, Mbak, kita pulang. Nggak ada gunanya disini.

TIWI

Nggak bisa, Za, kita harus melaporkan mereka ke polisi.

LIZA

(berjalan keluar rumah tanpa mempedulikan omongan Tiwi)

TIWI

(menatap Dev tajam) Gila, Dev. Gue nggak nyangka punya teman kelakuan sama kayak mantan suami Gue. Ini yang lo bilang laki-laki nggak sama? Haha… (beralih melihat Ria yang sedang menggendong anaknya) Dan lo, gue tau lo naksir Dev dari dulu sebelum lo resign dari kantor! Miskin banget jadi perempuan sampai-sampai nyari yang bujangan aja nggak bisa. (berbalik badan dan pergi)

CUT TO.

55. INT. MOBIL - JALAN - MALAM

Sepanjang perjalanan dalam mobil Liza menangis, sementara Tiwi memilih diam.

CUT TO.

56. INT. RUMAH LIZA DAN DEV - RUANG KELUARGA DAN KAMAR - TENGAH MALAM

Dev bergegas membuka kunci pintu rumah. Nafasnya tersengal, mata memerah sedari tadi. Saat memasuki rumah Dev memanggil-manggil Liza.

DEV

Liza! Sayang! (berjalan cepat)

Liza sedang duduk di sofa dengan kedua tangan memegang kepalanya, sementara sikunya bersandar di lutut. Rambutnya terlihat berantakan.

Dev terhenti sejenak saat menyadari keberadaan Liza di ruang keluarga. Hening beberapa saat. Hanya suara tangis Liza yang terdengar.

DEV

Iya aku salah. Iya aku jahat. Aku bodoh!!! 

LIZA

…… 

DEV

Semua yang tadi kamu lihat nggak seperti yang kamu bayangkan, sayang.

LIZA

Jangan panggil aku “sayang”!! (tatapan tajam)

DEV

Za, beri kesempatan untuk menjelaskan!

LIZA

(berdiri) Untuk apa? Hah? Untuk apa menjelaskan sesuatu yang sudah jelas. Kalian tidur satu kamar… Kamu nggak ada bedanya sama Azka. Bajingan!!! Suami macam apa kamu menginap di rumah perempuan lain tanpa aku tahu. Receh kamu Dev!!! RECEH!!!

DEV

Lalu aku harus bagaimana? Kamu mau apa?

LIZA

Aku mau apa? Kamu yang mau apa? (berteriak menunjuk wajah Dev)

DEV

Aku selalu salah di mata kamu selama ini ya, aku nggak pernah benar. Iya kan? (tak kalah nyaring)

LIZA

Cukup kamu menyakiti aku, Dev. Renungkan lagi apa kita berdua masih layak berada disini.

DEV

Layak. Dan akan selalu layak.

LIZA

(menggelengkan kepala) Layak ngewe sama perempuan lain, begitu kan, bangsad? (mendorong dada Dev) Apa mau kamu?? Kamu mau bunuh aku bunuh sekalian, kalau sudah nggak sayang bilang!! 

DEV

Za, aku dijebak. Aku mabuk.

LIZA

Iya, aku juga mau mabuk sama laki-laki lain.

DEV

Apa maksud kamu? Kamu mau balas aku?

LIZA

Jika dengan cara itu bisa membuat kamu mengerti bagaimana rasanya sakit, kenapa nggak?

DEV

Nggak!!! Nggak akan!! Kamu punya aku!! Awas aja kalau kamu balas aku!! (berteriak)

LIZA

(menangis)

DEV berusaha merangkul namun Liza menolak.

LIZA

Aku selalu berusaha memberikan yang terbaik buat kamu. Untuk apa kita punya hubungan kalau nggak ada kata saling di dalamnya? (sambil menangis)

CUT TO.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar