Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
20. EXT. GEDUNG - DI ATAS ATAP GEDUNG - MALAM
(Masih flashback / beberapa tahun yang lalu)
Liza dan Dev sedang berada di atap sebuah gedung. Mereka berdiri persis di pinggir balkon. Lampu-lampu kota dan lalu lalang kendaraan terlihat di bawah sana.
DEV
Coba kamu lihat lampu-lampu kota di bawah sana! (menunjuk)
LIZA
(tiba-tiba menangis)
DEV
Ya udah, aku mundur beberapa langkah dari kamu. Aku tetap mantau, tapi kamu jangan lompat. Kamu luapin semuanya, teriak aja sekencang-kencangnya! (seraya mundur beberapa langkah)
LIZA
(menangis, bahunya bergetar)
DEV
Liza Caroline, kamu pasti bisa! (setengah berteriak lalu tersenyum tulus)
LIZA
(menoleh ke belakang, menuju Dev)
DEV
(Menganggukkan kepala, meyakinkan Liza)
LIZA
(dengan mata yang basah, berpaling ke depan, mengambil ancang-ancang untuk berteriak) AAAAAA RRRRRRGGGGGGHHHHHHHH!!!!!!!
FADE IN / FADE OUT.
21. EXT. GEDUNG PENCAKAR LANGIT - ATAP GEDUNG - SORE
(Beberapa tahun lalu).
Tampak langit senja. Suasana kota Jakarta dan gedung-gedung lainnya terlihat dari tempat Liza dan Dev bersandar. Rambut Liza bergerak dihembus angin. Dev memegang botol minum air mineral, sedangkan Liza sedang menikmati es krim coklat kesukaannya.
DEV
Sekarang udah enakan?
LIZA
Soal apa?
DEV
Yang bikin kamu sakit hati hehe
LIZA
Yang mana ya? Udah lupa tuh! (pura-pura lupa dengan gaya centilnya)
DEV
Lupa atau pura-pura lupa. Ayo!!! (Dev mengalihkan pandangannya ke langit sore yang mulai menua)
LIZA
Dev?
DEV
Iya, Za?
LIZA
Makasih ya, Dev.
DEV
Untuk?
LIZA
Untuk tetap stay di sini, di masa rapuh-rapuhnya aku. (wajah Liza terlihat bersungguh-sungguh)
DEV
Za, kamu tahu tidak, kalau dalam hidup ini aku tidak terlalu banyak berkeinginan?
LIZA
(mengerutkan alisnya) Oh ya, kenapa emangnya?
DEV
Aku cuma ingin punya pekerjaan, punya rumah, istri dan anak. Lalu membahagiakan mereka sampai aku mati nanti.
LIZA
(tersenyum tulus) Pekerjaan dan rumah sudah tercapai kan, sebentar lagi terwujud kok, percaya deh.
DEV
Kalau kamu mau bantu aku mewujudkannya ya aku bakalan senang banget sih. (melirik Liza malu-malu)
LIZA
(menahan tawa, terlihat senyum terkulum di wajahnya) Dev…
DEV
Iya?
LIZA
Kamu bilang apa barusan?
DEV
Barusan aku bilang aku pengen memetik salah satu bintang di langit sana. (menunjuk langit)
LIZA
Mana? Nggak keliatan tuh bintangnya!
DEV
Sebentar lagi kelihatan kok. Bintangnya bernama Liza.
LIZA
Haha Dev…
DEV
Iya aku tahu, aku nggak sesempurna Azka.
LIZA
Hust!! Dev kamu apaan sih! Emang aku ngeliat orang harus sama kayak dia apa. (sedikit kesal)
DEV
Nggak ada yang bisa aku janjikan sih selain menyayangi kamu, Za.
LIZA
Jadi aku ditembak nih?
DEV
Oh nggak kok, nggak. Lagi nggak bawa senjata ini.
LIZA
Nggak lucu! Hahaha
DEV
Aku nggak nembak kamu. Aku ngelamar kamu.
LIZA
Oh…… Jadi aku dilamar nih? (tersenyum jahil, mendekati wajah Dev) Kalau aku nggak mau, gimana?(setengah berbisik)
DEV
(tersenyum malu) Kamu nggak pernah bisa ketemu aku lagi. Bakalan hilang dari peredaraan akunya haha…
Dev tertawa lepas, sementara mata Liza tak berpindah dari wajah Dev. Liza menyandarkan dagunya di bahu Dev. Mereka bersandar di pagar / balkon atap gedung tersebut. Langit sore semakin menjingga. Dev seketika berhenti dari tawanya. Cukup lama mereka terdiam.
LIZA
Kenapa harus aku, Dev?
DEV
Aku juga tidak tahu, Za. Aku mau kamu. Aku nggak bisa bilang apa-apa kecuali kamu izinkan aku membuktikan rasa sayang itu lewat tindakan.
LIZA
Dev…
DEV
2 tahun lagi cicilan rumahku lunas. Aku juga punya tabungan, alhamdulillah cukuplah untuk melamar kamu. Kecuali kamu meminta mahar berlian dan istana ya aku akan mundur hehe…
LIZA
(matanya berair, tertawa menahan tangis.) Dev, kamu apaan sih! Kesel aku dengarnya. (memeluk Dev)
DEV
(membalas pelukan Liza) Jadi gimana? Diterima nggak akunya? Kalau diterima cincinnya nyusul yah hehe… terus maaf ngelamarnya harus di atas atap gedung gini. (membelai pelan kepala Liza)
Liza mempererat pelukan dan kepalanya mengangguk cepat.
DEV
(berteriak keras) Alhamdulillah, horeee AAARRGGHHHH aku diterima!!!!!!
LIZA
(menangis dan tertawa bersamaan) Dev kamu apaan sih!!!
DEV
(berhenti sejenak menatap wajah Liza dan tersenyum) Itu sunset-nya! (menunjuk matahari yang akan tenggelam di langit barat)
Mereka menikmati matahari tenggelam.
DISOLVE TO.
22. INT. RUMAH LIZA DAN DEV - PAGI
Dev mengajak Liza mampir ke rumahnya. Di ruang tamu, Liza duduk di sofa sementara Dev membuatkan minuman untuknya.
LIZA
Jadi kamu tinggal sendiri di sini? (matanya menyapu semua sudut ruangan dan dinding)
DEV
Iya. Dari awal-awal saat rumah ini masih kosong, yang ada cuma kasur di kamar atas sama beberapa barang di dapur. You know lah, gaya anak-anak kost gitu. Hehe (sambil memasukkan es batu ke dalam gelas)
LIZA
Waw, hebat ya.
DEV
Hebat apanya, ini tuh kecil, Za. Kamu nggak keberatan nanti kita tinggal di sini?
LIZA
Sekali lagi kamu tanya begitu aku pulang ya. (sengaja menyipitkan matanya)
DEV
(mengedipkan mata lalu tersenyum, sambil memeras buah jeruk) Kamu pulang aku kejar.
LIZA
(Tersenyum) Dev membawa dua gelas es jeruk, menaruhnya di atas meja sofa.
DEV
Silahkan, enak loh ini! Hehe
LIZA
(mengambil gelas tersebut) Terima kasih. (menyeruput beberapa saat) Segar banget. (sambil meletakkan gelas itu kembali)
DEV
Za?
LIZA
Iya, Dev?
DEV
Temani aku, ya?
LIZA
Iya, sayang, aku temani kamu sampai tua.
DEV
Kok cuma sampai tua? Pengennya sampai mati.
LIZA
Haha, iya sampai mati.
FADE IN / FADE OUT.
23.INT. SEBUAH GEDUNG - PAGI
(Masih flashback / beberapa tahun yang lalu)
Di hari pernikahan Liza dan Dev, terlihat tamu undangan sedang lalu lalang. Ada yang asik mengobrol satu sama lain, sebagian sedang menikmati hidangan, beberapa orang saling berfoto ria, menyalami pengantin, dll.
Melanie dan Tia menghampiri Liza, mereka mengajaknya berfoto bertiga.
Mereka bertiga mulai asik foto bersama, sementara Dev mengobrol dengan beberapa teman sekantornya tak jauh dari pelaminan. Hari pernikahan mereka berjalan lancar dengan sederhana dan bahagia.
FADE OUT.
24. INT. RUMAH LIZA DAN DEV - KAMAR - MALAM
(Masih flashback / beberapa tahun yang lalu)
Liza sedang menyusun beberapa barang di atas lemari, kemudian membongkar tasnya yang berisi alat-alat kecantikan. Ia menata semuanya di atas meja rias di sudut dinding. Sementara Dev bolak-balik memindahkan beberapa buku ke luar kamar.
Liza berdiri sambil mengerutkan alisnya, menatap dinding kamar, ia terlihat sedang mematut-matut sesuatu.
LIZA
Dev, sayang, kayaknya cermin besarnya taruh di sini aja deh. (menunjuk dinding sebelah kanan ranjang)
DEV
Loh, bukannya sudah ada cermin rias sama cermin lemari ya? Cermin besarnya kutaruh di kamar mandi tuh.
LIZA
(setengah melotot) Hah, kamar mandi? Hahaha (tertawa lepas)
DEV
(kebingungan karena Liza tertawa) Why?
LIZA
Buat apa kamu taruh cermin di kamar mandi? (sambil menyudahi tawanya)
DEV
Untuk mandi sambil bercermin. Udah ah, kamu kenapa sih, gampang soal cermin mah. By the way, ini aku yang masukin ke lemari? (menunjuk beberapa pakaian dalam Liza di atas kasur)
LIZA
(tersenyum jahil ke arah Dev) Ya iyalah, siapa lagi? Emang kenapa?
DEV
(tersenyum canggung dan malu-malu) Harus aku banget ya?
LIZA
Hahaha… (sambil menutup mulut dengan tangannya)
DEV
(mengambil pelan pakaian dalam tersebut, masih terlihat canggung)
LIZA
Kita ini sudah suami istri loh ya, masa begitu aja masih malu kamunya. (tertawa kecil)
DEV
Oh, ngeremehin aku? (tersenyum jahil) Okay, you will see!
Dev mengambil cepat pakaian tersebut dan memasukkannya ke dalam lemari. Tatap matanya tajam melihat Liza saat menutup pintu lemari. Ia melangkah pelan, tersenyum tampan. Semakin Dev mendekat langkah kaki Liza semakin mundur hingga menyentuh dinding. Kini Dev mengurung Liza dengan kedua tangannya menyentuh dinding. Wajah mereka sangat dekat.
DEV
Bilang apa tadi, aku malu-malu? Mmmh? (suara lembut)
LIZA
(terus menatap mata Dev) Dev…
DEV
Kamu salah, sayang. Kamu yang bakalan malu-malu sama aku setelah ini. (tersenyum)
LIZA
……
DEV
Boleh aku minta bibirnya? (lembut, mendekat)
LIZA
Dev, stop!
DEV
(gerakannya terhenti, diam menunggu kelanjutan Liza)
LIZA
Aku gugup. (suara manja setengah menangis dan memohon)
DEV
(makin tersenyum bahagia) Sayang, aku cinta kamu.
LIZA
Aku gugup.
DEV
Ya sudah, kamu mau apa supaya gugupnya hilang? Mmmh?
LIZA
(berpikir beberapa saat) Ajak aku berdansa, mau?
DEV
Astaga, aku nggak bisa.
LIZA
Nanti aku ajarin ya? Mau ya, please?!
DEV
Gimana caranya?
Liza meraih kedua tangan Dev, mengarahkan ke pinggangnya. Dua tangan Liza kemudian mengalungi leher Dev.
LIZA
Nanti kamu ikuti arah langkah kaki ku. Oh iya, tunggu sebentar!
Liza menyalakan speaker di atas meja, memutar lagu Mariah Carey berjudul My All.
LIZA
Lagu kesukaanku, kamu juga hafal kan lagunya.
DEV
Hehee….
LIZA
(bernyanyi mengikuti lirik lagu) I’m thinking of you’, in my sleepless solitude tonight. If it’s wrong to love you then my heart just won’t let me be right. Kita nyanyi sama-sama di reff ya!
DEV
Astaga sayang. (Dev tersenyum)
Mereka berdua berdansa sambil menyanyikan lagu tersebut sampai selesai. Kemudian Dev mematikan speaker, memeluk Liza dan mendorongnya ke ranjang.
FADE IN / FADE OUT.
25. INT. VILLA - KAMAR - PAGI
(Masih flashback / beberapa tahun yang lalu)
Liza membuka pintu balkon kamar atas sebuah Vila di Kota Batu, Jawa Timur. Dari balkon kamar, pemandangan seisi kota Batu terlihat indah. Liza merapatkan jacket rajutnya ke tubuh. Menyeruput pelan cangkir teh di tangannya. Liza terlihat menikmati pemandangan paginya.
Sementara itu, Dev di atas ranjang masih tidur pulas tanpa baju. Selimut putih menutupi sebagian tubuhnya. Ia berpaling ke samping kanan, matanya terbuka perlahan dan tangannya mencari-cari sesuatu. Dev menyadarkan dirinya. Pandangan matanya melihat ke sekeliling kamar dan berhenti pada pintu balkon yang terbuka. Liza terlihat sedang menikmati tehnya di sana. Dev bangkit, hanya mengenakan celana pendek. Ia merangkul pelan Liza dari belakang.
DEV
Curang kamu ya, menikmati teh sendirian.
LIZA
(terkekeh kecil) Kamu kelihatan lelah banget sayang, nggak tega bangunin.
Liza berpaling, mendekatkan cangkir tehnya ke bibir Dev.
LIZA
Cobain deh.
Dev meminumnya beberapa saat.
LIZA
Gimana, hangat kan?
DEV
Iya. Tapi lebih hangatan kamu. (merangkul Liza)
LIZA
Kamu kuat banget sih tanpa baju begini, dingin banget padahal.
DEV
Kan ada kamu, ngapain takut kedinginan.
LIZA
(tertawa kecil)
DEV
Gimana kamu, masih sakit nggak sayang?
LIZA
Masih… Kamu tuh yang bikin sakit… (manja)
DEV
Sebentar aja kok itu, paling nanti kalau sudah terbiasa nggak akan sakit lagi.
LIZA
Masa? Masih terasa kok sakitnya padahal sudah beberapa kali kan? (menengok Dev ke atas, karena tubuh Dev yang lebih tinggi )
DEV
(menunduk melihat wajah Liza) Kalau gitu, ayo lagi, biar terbiasa.
LIZA
Nggak mau. Blee… (manja)
DEV
Aku paksa… (tertawa)
LIZA
Aku teriak.
DEV
Biarin, kamu kan istriku.
Dev menggendong Liza, membawanya masuk. Liza tertawa lepas sepanjang Dev menggendong dan mencium-cium lehernya.
CUT TO.
26. EXT. PINGGIRAN KOTA BATU - PINGGIRAN BUKIT - MALAM
Liza dan Dev sedang duduk di pinggiran bukit. Dari tempat mereka lampu-lampu kota Batu terlihat mengelilingi gunung di kejauhan. Beberapa orang tak jauh dari mereka juga tengah menikmati momen masing-masing.
Dev menikmati sate kelincinya, sementara Liza sedang asik memfoto Dev dengan kamera. Mereka duduk beralaskan tikar.
DEV
Apa sih, dari tadi ganggu banget, orang suaminya lagi makan juga. (sambil terus mengunyah, pura-pura cemberut)
LIZA
Kamu lucu tau pas lagi makan gitu.
DEV
Ntar aku bales, pas kamu lagi mandi. Aku Fotoin diam-diam.
LIZA
Haha emang bisa?!
DEV
Ya bisa lah! By the way, kenapa kamu pengen bulan madu ke sini?
LIZA
Ya karna aku pengen.
DEV
Aku kan pengen bawa kamu ke Lombok. Kangen pantai tau.
LIZA
Bertahap dong sayang, satu-satu. Lagian kita ni bulan madu bukan touring.
DEV
Hehe siap my wife!!
LIZA
Sebenarnya aku ke mana aja sih mau.
DEV
Tapi?
LIZA
Tapi harus sama kamu.
DEV
(tersenyum, meletakkan piring satenya yang sudah habis) Sini dekat sini coba, peluk aku!(merentangkan kedua tangannya)
LIZA
Suami dong yang ngedeketin istrinya sini!
DEV
(tertawa)
Dev mendekat, mencium pipi Liza. Liza membalas.
LIZA
Dev, kisah cinta kita biasa banget ya. Nggak kayak Jack dan Rose di film Titanic. Hehe
DEV
Kita kan Dev dan Liza bukan Jack dan Rose. Emang kamu pengen aku mati seperti Jack ya? (cemberut)
LIZA
Ya nggak gitu, maksudku biasa aja.
DEV
Luar biasa kok ini, sayang. Nggak semua wanita loh kayak kamu, bisa menerima laki-laki seperti aku. Udah hidupnya pas-pasan, romantis nggak, tampan nggak, mana- (terpotong karena jari tangan Liza menyentuh bibir Dev)
LIZA
Kamu hebat kok. Aku suka.
DEV
Kita lebih hebat dari Jack dan Rose, buktinya kita berdua bisa sampai menikah. Coba mereka, nggak sempat nikah.
LIZA
Hahaha… (memeluk Dev)
Mereka berbaring, di atas terlihat bintang-bintang bersinar terang.
DEV
Sayang, janji ya, kita akan selalu jujur. Nggak ada yang boleh ditutup-tutupi, apapun itu.
LIZA
Janji, sayang.
FLASHBACK CUT TO.