Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
6. INT. RUMAH KELUARGA LIZA - MALAM
(Masih beberapa tahun yang lalu).
Liza sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk sehabis dari kamar mandi. HP-nya berdering, pesan masuk.
“Hi, Za.”
Sebuah pesan dari nomor tidak dikenal. Liza senyum-senyum membacanya.
LIZA
Pasti ini dari Dev.
Liza membalas pesan itu.
LIZA
Siapa ya??????
DEV
Akuuuuuuu
LIZA
Akuuuuuuu yang mana ya?
DEV
Akuuuuuuu yang mau ketemu kamu. Sekarang.
LIZA
Baru pulang kerja. Capek. Sorry ya, nggak bisa.
Beberapa saat kemudian panggilan masuk dari Dev.
LIZA
Halo?
DEV
Hai, Za! Gimana caranya biar bisa ketemu kamu terus?
LIZA
Gombalannya picisan, Dev! (senyum terkulum)
DEV
Oh, okay. Sedewasa ini kamu masih bilang ini picisan?
LIZA
I guess, hahaha.
DEV
You will see, Za.
LIZA
Dan itu adalah?
DEV
Kenalan lebih dalam lagi, yuk! Masih banyak sejarah hidupmu yang aku belum tahu.
LIZA
Dev, kenapa aku harus mau?
DEV
Karena kita sudah dipertemukan.
LIZA
Haha…
DEV
Dan akan jadi legenda.
Jarum jam di dinding berjalan menuju pukul 23.45 WIB, percakapan berjam-jam itu terasa singkat.
FADE IN.
7. INT. BIOSKOP - DI LUAR STUDIO - SORE
(Masih flashback beberapa tahun yang lalu).
Mereka bertiga baru saja keluar dari salah satu studio bioskop, sepanjang berjalan di koridor mereka bercakap-cakap.
TIA
Dih, filmnya bagus banget ya! Pesannya bagus, pemainnya bagus, sutradaranya juga, semua deh pokoknya! (dengan gaya sedikit lebay)
MELANIE
Ah, nggak juga ah! Bagus versi lo doang kali tuh! Haha.
TIA
Jadi film barusan jelek menurut lo?
MELANIE
Menurut Gue biasa aja sih. Dari segi ide cerita juga biasa, pasaran, cuma yang bikin baguskan pengemasan filmnya.
TIA
Ya sama aja Lo bilang bagus kali, gimana sih!
MELANIE
Beda sayang, ada film yang sebenarnya dari beberapa sisi tuh biasa aja cuma ada beberapa hal yang menutupi itu, jadi terlihat bagus. Beda sama yang bagus dari semua sudutnya.
TIA
Gila, kayak ngerti film aja lu, sutradara juga bukan!
MELANIE
Eh, buat ngerti film ya nggak harus jadi sutradara dulu kali. Ya Gue sih sebagai penikmat film juga tau ya film yang bagus tuh gimana.
TIA
Gimana emang?
MELANIE
Ya yang kayak yang tadi Gue bilang, bagus dari semua aspeknya. Ide cerita, kekuatan karakter tokohnya, para pemerannya, sutradara dan timnya,dan masih banyak yang lainnya. Tapi Gue nggak bilang film barusan jelek ya, Gue tahu kok bikin film mah nggak mudah. Butuh banyak waktu dan biaya. Makanya Gue selalu menghargai karya orang kok.
LIZA
Udah ah udah!! “sesuai selera aja” lah ya. Kan tiap orang punya seleranya sendiri kan?! Iya nggak sih. Yang penting mah, hargai karya orang dengan tidak menonton film bajakan aja sih kalau menurut Gue. (sedikit kesel)
MELANIE
Nah tuh, benar! Lo sih, ribet! (mendorong bahu Tia)
TIA
Ih, apaan sih?!! (manyun) Kalau bahas soal film mah nggak ada habisnya Lo. Intinya tuh gini aja, terserah lo deh.
MELANIE
Ya gini nih, kalau semua rakyat negara ini kayak Lo, rusak negeri kita.
TIA
Eh enak aja, banyak yang nggak kayak Gue aja emang udah rusak kali. Haha.
LIZA
Udah ah, berisik Lo semua. Yang lagi rusak tuh hati Gue nih!
MELANIE, TIA
Hah? Serius? (terkejut dan melotot, langkah mereka terhenti)
LIZA
Ya nggak rusak-rusak amat juga sih. (terus berjalan)
TIA
Lo putus sama Azka? (kembali melangkah mengejar Liza)
MELANIE
Azka nyakitin Lo, Za? Bilang kenapa? Biar Gue kasih pelajaran tuh cowok. (menarik bahu Liza)
LIZA
Bukan soal Azka. Gue sama dia baik-baik aja. Tapi yang lagi nggak baik tuh hati Gue. Kenapa ya?
TIA
Ya mana kita tahu kenapa, Lo aja belum cerita ada apa?
MELANIE
Kita cerita di mobil aja yuk, biar lebih enak.
CUT TO.
8. INT. MOBIL - JALAN RAYA - SORE
Mobil berjalan santai di jalan raya, Melanie menyetir mobil tersebut, Liza duduk di sebelahnya dan Tia di belakang.
MELANIE
Hah? Cowok mana, Za? (sedikit melotot)
TIA
Kalian udah ngapain aja sih, sampai-sampai cowok itu mengganggu pikiran Lo?
MELANIE
Sespesial apa sih dia, Za? Hubungan kamu yang sudah berjalan 2 tahun sama Azka gimana dong?
Tia
Lo kok gitu sih, Za? Nggak adil dong buat Azka.
LIZA
Duh, kalian coba kalau nanya satu-satu. Gue kan baru bilang ada cowok yang ngedeketin Gue yang bikin Gue nyaman sama dia.
MELANIE
Lo udah kasih tahu Azka?
LIZA
Ya nggak lah. Lagian Gue nggak ada hubungan apa-apa kok sama cowok itu. Kita cuma ketemu biasa sih, kayak teman-teman biasa aja.
TIA
Tapi yang jadi masalah yang lo bilang mengganggu pikiran lo itu sih, menurut Gue. Kenapa? Ya takutnya lo suka sama dia. Tanpa Lo sadari lo nyakitin Azka.
LIZA
Gue nih cuma belum punya bukti aja sih soal Azka. Ada yang bilang dia main belakang. Tapi Gue belum tau kebenarannya.
MELANIE
Hah? Azka selingkuh maksud Lo?
TIA
Emang selama ini Azka ada tanda-tanda nyelingkuhin lo nggak, Za?
LIZA
Ya mana ada orang selingkuh ngasih tanda-tanda.
TIA
Za, jangan bilang lo nyari-nyari kesalahan Azka karena lo udah ngerasa nyaman sama cowok baru itu. (ekspresi menyelidik)
LIZA
Kok, lo gitu sih, Tia? Nyesel deh Gue cerita. (pura-pura ngambek)
TIA
Mantan Gue kan dulu gitu… (manyun)
MELANIE
Ya tapi kan Liza bukan mantan Lo, Tia.
TIA
Ya sorry sih, gue cuma nggak mau Liza kayak gitu.
LIZA
Iya, bawel. Gue nggak akan gitu kok. Udah ah. Intinya gini, gue lagi bingung aja sama perasaan gue sendiri. Gue masih nyari tahu tentang Azka.
TIA
2 tahun lo sama Azka, semoga nggak ada apa-apa lah ya.
MELANIE
Mau sepuluh tahun bersama juga kalau main belakang mah tetap aja tai. Ni ya, awas aja kalau Azka benar nyelingkuhin Lo,kasih tahu Gue! (marah)
LIZA, TIA
(saling pandang sesaat) Hahahahaha….
MELANIE
Apaan sih lu berdua?
Melanie sengaja menaikkan kecepatan mobil.
LIZA, TIA
AAAAAA!!! Jangan ngebut!!!!!
MELANIE
Hahaha…. (menyalakan musik di mobil)
FLASHBACK CUT TO.
9. BEGIN MONTAGE - VARIOUS LOCATIONS
CUT TO.
10. INT. RUMAH LIZA DAN DEV - KAMAR - SENJA MENJELANG MALAM
Liza membuka pintu kamar, ia terlihat sedikit kaget melihat Dev tidur tanpa baju, mengenakan celana pendek hitam.
LIZA
Untung kamu lagi tiduran begini, Dev. Kalau nggak, aku omelin. Dapur berantakan. (tersenyum geli, duduk di sisi ranjang)
Sayang? Bangun! Sudah sore.
DEV
… (mengorok)
LIZA
AAAAAAA Toloooongggggg!!!!!
DEV
(terkejut bukan main) Apa??? Ada apa????
LIZA
Hahahahaa
DEV
(menghela nafas lega) Liza…… Duh, bikin kesal terus ah!
LIZA
Kamu tu yang bikin kesal. Udah sore! (sedikit tersinggung)
DEV
Lagi nggak mau berantem, pengennya mesra.
Liza beranjak dari duduknya. Namun Dev menarik lengannya cepat. Kini Liza dalam pelukannya.
DEV
Pengen mesra pokoknya. (tersenyum)
LIZA
Dev, aku mau mandi. (menahan senyumnya)
DEV
Nanti sekalian aja habis kita mesra ya. (mencium bibir Liza)
LIZA
(berusaha melepas namun Dev semakin mendekapnya) Dev...
DEV
Kita bikin anak (tertawa kecil)
CUT TO.
11. INT. RUMAH LIZA DAN DEV - DAPUR - MALAM
Di meja makan, mereka sedang menikmati makan malam.
DEV
Aku minta maaf ya, soal kemarin malam.
LIZA
Bukan salah kamu juga sih.
DEV
Terus salah siapa?
LIZA
Ya nggak ada yang salah. Sama-sama benar kok. (tersenyum)
DEV
Aku cuma bahas soal kapan kamu mau hamil, kamunya malah langsung nggak mood sama aku.
LIZA
Ya gimana nggak gitu, kalau setiap kali kita bahas soal hamil pasti ujung-ujungnya berantem. Dan memang benar. Berantem. (mulai serius)
DEV
Ya karena itu satu-satunya masalah yang belum selesai kita sepakati.
LIZA
Dev, kita sudah sepakat kan dari dulu?
DEV
Itu kan dulu, sayang. Sudah 3 tahun lebih, apa nggak bisa kita bikin kesepakatan baru?
LIZA
Bukan karena Mama kamu nuntut pengen nimang cucu terus kan ini??
DEV
Astaga sayang… Sekalipun Mamah nggak nuntut, tujuan pernikahan kan emang untuk punya anak kan? (menahan nada suaranya)
LIZA
Tapi bukan satu-satunya tujuan loh.
DEV
Ya tapi nggak salah kan? Kita sama-sama sehat juga kan, kenapa ditunda terus? Karir kamu juga udah sesukses ini. Emang jadi designer nggak boleh hamil apa?
LIZA
Selain karir kan juga soal kesiapan mental. Aku belum siap. Jujur. (melepaskan sendok dan garpunya, menatap serius wajah Dev)
DEV
Selama ini kamu emang nggak pernah siap sih.
LIZA
Kamu nggak boleh egois dong, punya anak itu soal kesiapan kita berdua. Bukan karena permintaan Mama kamu ataupun orang lain. Aku sudah sering bilang.
DEV
Iya, iya. Tapi kapan kamu siapnya??
LIZA
Aku nggak tahu. Bisa aja datang dengan sendirinya. Bisa aja besok tiba-tiba siap.
DEV
Za? Kita nggak akan selamanya berdua kan? Kita bakalan punya anak kan?
LIZA
Kamu tujuan menikahi aku untuk apa sih?
DEV
Ya untuk bahagia sama-sama kamu terus lah.
LIZA
Sekarang bahagia nggak?
DEV
Jelas bahagia.
LIZA
Kalau tanpa anak bisa bahagia, kenapa nuntut harus cepat? Nikmati aja dulu kebersamaan kita. (bangkit dari kursi)
DEV
Yang kaya gini nih aku nggak ngerti pikiran kamu.
LIZA
(hendak berjalan meninggalkan meja makan, berpaling ke arah Dev)
Dev, kita ini baru aja habis bercinta, baru aja habis baikan lagi setelah kemarin malam berantem. Rusak lagi kan kemesraannya gara-gara bahas soal itu terus.
DEV
Salah terus aku ya.
LIZA
…… (pergi ke kamar)
Dev menggenggam kedua telapak tangan, dihempaskannya ke meja makan. Dia terlihat menahan amarahnya.
FLASHBACK.