Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Muda Membara
Suka
Favorit
Bagikan
2. Scene 7-15

7. INT. RUANG KELAS — PAGI

Kita melihat papan kecil yang bertuliskan 11 IPS. Di dalam kelas itu para siswa membuka buku Bahasa Indonesia. Ajeng duduk di depan membuka absen. Ia memanggil anak satu per satu sambil mencontrengnya. Para siswa bergilir menjawab hadir.

Ajeng
Rani… Nyoman… Bayu… Kian.

Ajeng menengok dari buku absennya dan menurunkan kacamatanya.

Ajeng (CONT’D)
Kian…

Semua siswa saling menoleh.

Ajeng (CONT’D)
Kemana Kian? (berteriak) Kian

 

CUT TO:


8. EXT. BELAKANG KELAS XI IPA 1/RUANG KELAS XI IPA 1 — SIANG

Kian memegang lehernya sambil bergetar seperti kedinginan dan berjalan lagi mendekati belakang kelas XI IPA 1.

Kian naik ke atas kursi yang sudah rusak. Kian menaikkan alisnya saat Kevin melihatnya. Kevin menggelengkan kepalanya dan mendongakkan kepalanya ke arah Guru Matematika yang sedang menulis di papan. Kian memaksanya untuk keluar namun Kevin tetap menolak. Diana yang sedang menulis kemudian mengikuti pandangan Kevin dan melihat Kian. Kian menyadari jika Diana melihatnya. Grogi karena bertatapan dengan Diana, Kian kehilangan keseimbangannya dan jatuh.

Guru matematika melihat ke sumber suara. Kian yang sedang kesakitan menyadari jika ia telah menarik perhatian.

Guru matematika terlihat bingung dan hampir menghampirinya.

Kevin
Pak Made penjaga sekolah pelihara anjing sekarang pak. Itu pasti anjingnya.
Guru Matematika
Oh ya?

Guru matematika sedikit ragu namun akhirnya mempercayai ucapan Kevin dan menulis lagi di papan. Kevin terlihat khawatir ia menoleh ke jendela kelasnya.

Kevin
Pak saya permisi dulu ya kebelet
Guru matematika
Iya iya silahkan.

9. EXT. BELAKANG SEKOLAH — SIANG

Kevin berlari menghampiri Kian yang duduk bersandar pada tembok sambil memegangi pergelangan kakinya.

Kevin
Lu gapapa?
Kian
Sa…sakit ayang

Kian berupa-pura menangis sambil memeluk Kevin.

Kevin
Najis lu asu.

Kevin mentoyor kepala Kian sambil kegelian.

Kian
Bantu gue…
Kevin
Kemana?
Kian
Ruang osis ayok cepetan

Kevin membantu Kian berdiri.

10. INT. RUANG OSIS — PAGI

RAMA (17 tahun) mondar mandir di depan lemari penyimpanan osis. Ia kemudian bernapas lega saat melihat Kevin dan Kian. Namun berubah menjadi khawatir karena Kian berjalan dibantu oleh Kevin.

Rama
Lu kenapa?
Kevin
Jatuh
Rama
(terkejut) Jatuh?
Kian
(nyengir) jatuh cinta.

Kevin dan Rama bergilir mentoyor kepala Kian. Rama melihat jam tangannya seperti tidak ingin menunggu lagi.

Rama
Kita tunjukin sekarang aja ya ke Kevin.

Rama dan Kian tersenyum sementara Kevin kebingungan.

Rama memasukkan kunci dan membuka lemari penyimpanan osis.

Rama
Tara…
Kian
Jeng jeng jeng.

Kita melihat stabilizer, tiga kamera baru, satu laptop dan mic. Barang-barang itu membuat Kevin terpukau.

Rama
Kian yang beli semuanya. Jadi kita bisa mulai syuting.
Kevin
Liat ini gue ngerasa bentar lagi bakalan punya studio macem Ghibli.

Kevin dan Rama memeluk Kian.

Kian
(excited) Kita bisa bikin film pendek terus film pendek kita booming dilirik produser terus gue bisa jadi sutradara saat umur gue 21 tahun nanti.

Mereka bertiga bersemangat. Namun Rama tiba-tiba terdiam.

Rama
Tapi gimana caranya? Gimana caranya film pendek lo dilirik produser?
Kian
Ikut, lomba-lomba dan festival gitu lah.
Rama
Dih lu tau sendiri sekolah kita gak bakalan ikut lomba-lomba yang berbau seni. Olimpiade mulu olimpiade mulu. Bentar lagi kita disuru battle sama Jerome Polin.
Kian
Iya juga…

Kian dan Rama lemas seketika, namun Kevin tersenyum.

Kevin
Itu sebabnya kita temenan. Soalnya yang punya otak cuman gue. Lu bedua bagian kayanya.

11. INT. RUANG OSIS /MOMENTS LATER — PAGI

Kian dan Rama duduk mendengarkan Kevin yang berdiri.

Kevin
Jadi kan banyak tu para produser yang main ke Bali. Nah, kita cegat mereka terus kita tunjukin film pendek kita gimana?
Rama
Kayaknya lu bakal diteriakin begal deh. Gue rasa itu gak bakalan efektif.
Kevin
Gak gitu, (Ke Kian) siapa yang punya cafe-café hits di canggu?
Kian
Bapak gue.
Kevin
Siapa yang punya rent car yang sering disewa sama artis-artis?
Kian
Bapak gue.
Kevin
Tepuk tangan untuk Andi bapak Kian dan bapak Yayasan sekolah kita.

Kevin dan Rama memberikan tepuk tangan. Kian terlihat bingung namun ia akhirnya ikut bertepuk tangan.

Kian (CONT’D)
Jadi kita bisa gunain privilege itu buat narik para produser. Contoh kita ketemu Produser di café hits, kita bisa sok kenal sok deket nawarin rent carnya Kian atau ngasi special service ke produser itu.
Kian
Emang mereka mau?
Kevin
Untuk itu kita serahkkan ke Rama.
Rama
Kenapa jadi gue?

Kevin menunjuk ke atas.

Kevin
Siapa di sini yang jadi ketua osis.
Rama
Gue.
Kevin
Siapa di sini yang paling akrab sama para Yayasan dan owner-owner coffee shop.
Rama
(bingung)Gue…
Kevin
Itu dia lo tu gampang deket sama orang karena public speaking lu bagus. Jadi kita bakalan bisa tuh deketin para produser.

Kevin duduk mendekati mereka bertiga.

Kevin (CONT’D)
Kita gampang kalau mau manfaatin kesempatan tinggal di Bali karena banyak orang yang ke Bali. Sekarang tergantung kita mau atau gak ngambil kesempatan itu?

Kevin duduk mendekati mereka bertiga. Kian mengangguk mantap.

Kian
Gak ada salahnya mencoba.
Kevin
Bagus. Oke sekarang tinggal pikirin film apa yang mau dibuat. Yang biasa-biasa aja yang penting mewakili semua orang.

Tiba-tiba saat itu Andi Bersama Ajeng dan Malik masuk ke ruang osis. Kepala sekolah juga ikut masuk. Mereka bertiga terkejut lalu berdiri. Kian bergegas menutup lemari penyimpanan osis.

Kepala Sekolah
Pak mungkin mereka lagi diskusi, Saya minta Rama buat yakinin Kian supaya mau ikut Jegeg Bagus.
Andi
Cukup. Saya selalu penasaran kemana uang saya.

Andi mengisyaratkan Malik menggeledah lemari. Mereka bertiga berusaha bertahan namun akhirnya kalah juga. Andi melihat peralatan Kian di sana.

Kian
Pa itu kan uang aku.
Andi
Uang kamu dari papa juga. Mulai sekarang gak ada film-filman. Kamu harus fokus masuk UI.

Andi mengisyaratkan Malik untuk menyita semua barang-barang mereka. Mereka bertiga berdiri lemas.

Andi (CONT’D)
Papa udah daftarin kamu les. Mulai sekarang kalo kamu ketahuan bikin film film lagi semua barang-barang di kamar kamu bakalan papa buang termasuk ini.

Kian terkejut. Ia kesal sekaligus sedih namun tidak bisa melakukan apapun.


CUT TO:

12. INT. KAMAR KIAN — SIANG

Kian membuka kamarnya dan melihat orang-orang mencabut kabel LCD dan proyektornya. Mereka juga mengambil laptop Kian. Tiba-tiba Andi muncul di belakang Kian. Ia meletakkan map di dekat meja Kian berdiri.

Detail: Permohonan Kebutuhan Penerima Beasiswa.

Andi menepuk Pundak Kian.

Andi
Cuma boleh nonton sabtu doang.

Kian menghela nafasnya tidak percaya. Tidak tega melihat anaknya yang bersedih Andi memberikan Kian Ipad.

Andi (CONT’D)
Nih Ipad kidz, kalo bosen nonton cocomelon aja.

Andi meninggalkan Kian dan berjalan keluar. Kian menghela nafasnya lemas. Ia bersandar pada meja dan tidak sengaja melihat map itu. Kita melihat pulpen.

Saat para tukang lewat membawa barang-barang Kian, Kian meletakkan map itu di atasnya.

Kian
Kasih papa, ketinggalan tadi.

Detail: Kian memegang pulpen di tangannya.

13. INT. KAMAR KIAN /MOMENTS LATER — SORE

Kian duduk sambil mendengarkan penjelasan guru les. Ia berpangku tangan. Ia mengarsir kertas bukunya. Ia menguap terus menerus.

Kian merebahkan dirinya di atas Kasur. Ia menulis ide cerita namun mencoretnya lagi. Lalu menulis ide cerita dan mencoretnya lagi. Ia menghela nafasnya.

14. INT. KELAS IPS — PAGI

Semua siswa terlihat mengambil buku di tasnya. Kian membuka buku catatan kecil dan menulis premis setelah itu ia bengong karena tidak mendapatkan ide. Ia mencoretnya lagi. Kian melihat sekelilingnya. Ia berdiri dan berjalan keluar. Namun ia melangkah mundur . Ajeng berjalan di depannya membawa penggaris. Kian kembali ke tempat duduk dan mendengarkan pelajaran.

15. INT. RUANG TAMU RUMAH KIAN — SIANG                 

Kian mendengarkan guru les yang sedang memaparkan materi. Ia kemudian menjawab latihan soal. Ketika istirahat guru lesnya minum secangkir kopi dan kue.

Kian memanfaatkan momen itu untuk menulis ide skrip. Ia menulis “premis” di buku catatannya. Namun tangan guru les itu menutupinya. Kian mendongak dan melihat guru les yang menggelengkan kepalanya. Kian hanya bisa menghela nafas lemas.



Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar