Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Maaf, Sungguh Aku Tak Bermaksud Jatuh Cinta Padamu
Suka
Favorit
Bagikan
15. Surender

36.INT. KAMAR TIDUR YONI - MALAM

Yoni lelap dengan memeluk Anjani dari belakang. Mata Anjani terbuka sebentar tapi ia lalu kembali lelap.

SFX : Deru AC, detik dari jam dinding.


SEORANG PEREMPUAN (V.O)
(sinis)
Kenapa kamu selalu bikin susah? 


Yoni yang matanya terpenjam bergerak gelisah.


SEORANG PEREMPUAN (V.O)
(sinis)
Bikin susah ibumu karena lahir sebagai perempuan, bukan laki-laki seperti ingin ayahmu.


Yoni yang kembali bergerak gelisah, mata masih terpejam.


SEORANG PEREMPUAN (V.O)
(sinis)
Bikin marah ayahmu, kuliah di jurusan yang dia benci.
SEORANG PEREMPUAN (V.O) (CONT'D)
(sinis)
Bikin susah keluargamu karena memilih menikah dengan lelaki jahat. Kamu pikir kamu malaikat, kamu itu srigala berbulu domba!


Air mata mengalir di pipi Yoni. Napas menderu.

SEORANG PEREMPUAN (V.O)
(sinis)
Kelak gadis kecil ini juga akan membencimu. Kamu itu hanya tante kenapa berlagak seolah ibu?!


Mata Yoni terbuka, menatap nanar rambut Anjani. Air mata semakin deras mengalir di pipinya. 



37.EXT/INT. RUMAH YONI -PAGI

SFX : Bel Pintu. 

Jam dinding menunjukkan angka 10. Anjani yang sedang menonton film kartun berlari dari sofa dengan bersemangat. Memotong jalan Yoni yang akan bergerak akan membuka pintu.


ANJANI
Mama...aku aja yang buka pintunya....


Pintu dibuka. Muncul Suropati dengan plastik belanjaan. Anjani langsung melonjak senang. BINTARTI, 65 tahun yang sedang menari di sudut ruang, menoleh. Ia tertegun sejenak kemudian langsung menuju ke arah Suropati, ia bergelanyut manja di lengan Suropati seolah anak kecil hingga Anjani terdorong menjauh. 


ANJANI
U-uh...Simbah. Ini kan Om-nya Anjani. Mama....
YONI
(tersenyum)
Anjani, Mbah Bintarti kan lagi jadi anak kecil. Anjani ngalah, ya.


Anjani mengangguk cemberut. Cemara yang baru keluar dari kamar. Ada binar cinta di bola mata Cemara untuk Suropati yang sedang berjalan ke dapur.

TIME CUT :

Suropati sudah berada di dapur. Dikerumin 3 perempuan : Anjani, Cemara, dan Bintarti. Di depannya ada sekilo udang cerbung. Suropati dengan gerak tangan bahasa isyarat (pada Anjani) : Tuan putri mau dibikini apa?


ANJANI
(tersenyum lebar)
Udang Furai.


Suropati dengan gerak tangan bahasa isyarat (pada Bintarti) : Ibu mau dibikini apa? Bintarti bingung menatap Suropati.

ANJANI
(pada Bintarti)
Simbah mau dibikini apa?
BINTARTI
(cemberut)
Namaku Anjani. Bukan Simbah!
ANJANI
(geleng-geleng kepala)
Ya, ampun Simbah please deh. Aku yang Anjani, Mbah.
BINTARTI
(ngamuk, menarik-narik rambutnya)
Aku Anjani! Aku Anjani! Aku Anjani!


Cemara bergerak menenangkan Bintarti begitu pun Suropati. Yoni yang sedang mengulen bahan roti sobek, langsung menuju Bintarti memegang wajahnya dengan kedua tangan. Menatap langsung ke bola mata Bintarti.


YONI
(pada Bintarti)
Iya, Anjani mau dibikini apa sama Om Suro?
BINTARTI
(bola mata bersinar,berpikir serius) Emmm......Emmm....Emmmmm....
ANJANI
(masih kesal)
Ah...Simbah kelamaan mikirnya...!


Yoni menoleh pada Anjani memberi isyarat supaya Anjani memaklumi keadaan Bintarti. Anjani mendengus kesal tapi mematuhi.

YONI 
(menjawab untuk Bintarti) (pada Suropati) Perkedel Udang, Om.


Bintarti mengangguk-angguk setuju. Suropati tersenyum mengangguk. Suropati dengan gerak tangan bahasa isyarat (pada Cemara) : Kakak Cemara mau dibikinin apa? Cemara dengan gerak tangan bahasa isyarat, sikap malu-malu : Udang balon, A’. Suropati dengan gerak tangan bahasa isyarat (pada Yoni), tatapan mesra : Mama, mau dibikini apa? Wajah Yoni bersemu merah. 

YONI
(pada Suropati)
Emang Aa’ sudah lupa kesukaan aku?


Suropati ekspresi jahil, pura-pura mikir, pura-pura lupa. Yoni mendelik pura-pura kesal. Tapi lalu mereka yang saling tatap, saling paham.

JEDA.

Anjani memperhatikan Suropati dan Yoni dengan senyum lebar. Cemara merasa jengah, memaksa sebuah senyuman. Bintarti berjalan menuju kursi goyang, sibuk dengan pikirannya sendiri sambil menepuk-nepuk pipinya.


BINTARTI
(berguman berulang kali)
Perkedel udang, perkedel udang, perkedel udang .... 


SFX : suara ponsel YONI.

Layar ponsel Yoni berpedar. Terlihat wajah dan nama Yasmin. Yoni menuju meja makan tempat ponselnya berada. Yoni membawa ponselnya menuju halaman belakang. Suropati mengamati sekilas Yoni dengan tatapan sejuta rasa, lalu sibuk memenuhi pesanan olahan udang dari empat perempuan.


38.INT. DAPUR RUMAH YONI - SIANG

Jam dinding menunjukan angka : 12.15 Empat piring olahan udang sudah siap : Udang furai, udang balon, perkedel udang, dan tjap tjai udang. Suropati meletakkan di meja makan. 

SFX : Suara timer oven. 

Suropati mengeluarkan roti sobek dari oven.

TIME CUT :

Semua siap di meja makan kecuali Yoni. Bintarti sudah asyik menikmati perkedel udang. Suropati dengan gerak tangan bahasa isyarat (pada Anjani dan Cemara) : Kalian makan saja dulu. Cemara dan Anjani mengangguk. Suropati mengambil dua piring kosong, menaruh di bawah piring tjap-tjai udang, lantas menambahkan dua sendok makan, menaruh 4 potong roti sobek di atasnya. Mengambil dua botol air mineral. Meletakkan di nampan. Suropati menuju halaman belakang dengan membawa nampan.



39.EXT.HALAMAN BELAKANG RUMAH YONI- SIANG

Suropati melihat Yoni yang sedang duduk merenung di gazebo.


YONI
(memaksakan senyuman di wajahnya yang kalut) Sudah selesai masaknya, A’?


Suropati mengangguk. Menaruh nampan di kursi gazebo. Suropati dengan gerak tangan bahasa isyarat : Mereka sudah pada makan. Kita makan di sini aja. Suropati menaruh piring tjap-tjai di kursi gazebo, membagi masing-masing dua potong roti sobek di piring kosong, meletakan sendok.


YONI
Ups sorry jadi Aa’ yang ngurusin roti sobek. Padahal aku pengen bikinin buat Aa’....


Suropati dengan gerak tangan bahasa isyarat : Wis, ndak po-po. Ayo kita makan.


TIME CUT :

Suropati dan Yoni sudah selesai makan. Yoni meletakan botol air mineral yang baru saja diminumnya, wajahnya terlihat kalut. Ia tercenung. Suropati menyentuh bahu Yoni. Yoni menatap Suropati. Suropati dengan gerak tangan bahasa isyarat : Ada masalah apa? Ayo cerita, jangan dipendam sendiri.

Yoni bola matanya berkaca-kaca.

YONI
A’....apa aku masih boleh nyender di bahu Aa’? Sebentar aja. Lima belas menit.


Suropati dengan gerak tangan bahasa isyarat (mencoba bercanda) : Seharian juga boleh. Yoni menanggapi candaan Suropati dengan senyum tipis. Yoni bersandar di pundak kanan Suropati. Suropati dan Yoni : Menatap jemuran sprei yang melambai di tiup angin.

CUT TO


40.EXT.HALAMAN BELAKANG RUMAH YONI- PAGI

Yoni menuju gazebo, duduk, lantas mengangkat telpon dari Yasmin.


YASMIN (O.S.)
(marah)
Yoni, bisa-bisanya kamu ngembalikan hadiah tas dari Mas Santoso!
YASMIN (O.S.)
(marah)
Apa kamu ndak tahu, itu tas harga 27 juta. Mas Santoso bela-belain pesan dari Inggris! Tas bermerk.
YONI
(menghela napas)
Makanya aku kembalikan, Mbak. Aku bukan siapa-siapanya Mas Santoso, aku ndak bisa terima tas semahal itu.
YONI
Mbak kan tahu aku ndak hobby tas bermerk. Mau dipakai kemana coba?
YASMIN (O.S.)
(mendengus kesal)
Mas Santoso bener, kamu itu memang harus diluruskan. Kebanyakan bergaul dengan orang-orang di Rumah Asih bikin kamu melenceng.
(beat)
YASMIN (O.S)
Apa kamu lupa, strata kita sama orang-orang di Rumah Asih itu beda? Tingkat pergaulan kita itu beda? Bergaul sama mereka boleh saja, tapi ingat strata kita!
YONI
(tegas)
Mbak,cukup jangan menghina keluargaku di Rumah Asih! Aku sudah putuskan ndak lanjutkan taaruf dengan Mas Santoso.
YASMIN
(memotong pembicaran, marah)
Yang keluargamu itu kami bukan orang-orang di Rumah Asih!
YONI
(mengabaikan perkataan Yasmin)
Kemarin waktu ngembaliin tas aku sudah bilang. Rupanya dia belum paham. Jadi tolong Mbak Yasmin bilangin lagi ke Mas Santoso aku ndak akan lanjutkan taaruf.
(beat)
YONI
Ndak ada yang salah dengan Mas Santoso. Tapi hatiku nggak memilih dia.
(beat)
YONI
Jadi, maaf Mas Santoso cari perempuan lain saja. Seperti yang Mas Santoso pikir aku ini kan perempuan ndak lurus, jadi dia sebaiknya memilih perempuan yang lurus! Perempuan yang sesuai strata pergaulan dan gaya hidupnya.
YASMIN (O.S)
(emosi tinggi)
Jangan bilang kamu bakal balik sama si Lingga. Jadi dia sudah nongol! Jangan harap kami bakal setuju!
YONI
(menahan kesal)
Sudah dulu ya, Mbak. Assalamualikum!


Yoni memutus sambungan telpon, di sela-sela itu terdengar Yasmin berteriak-teriak.

SFX : Ponsel YONI kembali berdering. 

Tampilan layar ponsel Yoni adalah wajah dan nama Yasmin. Yoni mengabaikan telpon dari Yasmin lalu memilih mode sedang di pesawat terbang pada ponselnya. Membuka spotify, lantas memilih salah satu playlist lagu favoritnya.


BACK TO

39.EXT.HALAMAN BELAKANG RUMAH YONI - SIANG

Langit dengan mendung yang menggantung. Kibasan angin pada sprei di jemuran semakin kencang. Yoni masih bersandar di bahu kanan Suropati.

YONI
A', ada yang belum pernah aku kasih tahu ke Aa' kalau Mama selalu menyalahkan dirinya kenapa hari itu membawaku ke Rumah Asih....


CUT TO


41.INT. RUMAH ASIH- SIANG

YONI, 8 tahun dan tiga anak-anak teman sosialita Yasti (ibunya) merayakan ulang tahun di Rumah Asih.

BACK TO

39.EXT.HALAMAN BELAKANG RUMAH YONI -SIANG

Wajah Yoni terlihat kalut dan ada raut kejengkelan di wajah cermin segenap beban yang tersimpan di benaknya.

YONI
(menghela napas)
Aku ndak pernah menghakimi Mas Santoso atas kegemarannya beli barang-barang bermerk. Atas sikapnya yang menilai orang dengan merk apa yang mereka pakai.


Suropati meremas hangat jemari kiri Yoni, mencium sekilas dahi Yoni.


YONI
(kesal)
Aku memahami semua orang boleh memilih gaya hidupnya. Bisa-bisanya dia pikir aku ndak lurus. Jengkelin banget, kan A’?


Suropati tersenyum miris, mengangguk mengiyakan.


YONI 
(suara bergetar)
Hanya karena aku Yoni Amara anak dari pejabat, beribu dan berkakak sosialita, berstrata priyayi ini memilih hal yang berbeda dengan yang lingkungan kami lakukan.


Bola mata Suropati meredup, ia tercenung ketika Yoni mengucapkan anak pejabat dan priyayi.


YONI
(kesal)
Bisa-bisanya Mas Santoso pikir aku perlu diluruskan karena aku pakai tas harga 500 ribu. Ndak merk maided. Ndak punya tas lebih dari lima. Bagaimana mungkin aku bisa bahagia dengan laki-laki yang ndak memahami gaya hidupku ?! Bagaiamana mungkin aku menikah dengan laki-laki yang memaksakan gaya hidupnya padaku ?!


TIME CUT :

Suropati dan YONI saling berhadapan. Suropati dengan gerak tangan bahasa isyarat : Jadi apa kamu akan kembali pada Pak Lingga kalau dia kembali? Yoni menatap Suropati dalam. Yoni menggeleng.


YONI
Tiga tanda aku ndak boleh sama Mas Lingga hadir. Anjani ternyata anaknya tapi Mas Lingga ndak ingat siapa ibu Anjani.
(beat)
Kakak sepupuku yang mati bunuh diri, ia hamil, ternyata mantan kekasihnya saat SMU, dan Mas Lingga mencampakkannya.
(beat)
Lantas Mas yang menghilang saat akad nikah kami.
YONI
(tercenung)
Untuk soal itu Mbak Yasmin benar, aku memutuskan tetap menikah dengan Mas Lingga saat tahu Anjani anaknya dan Mas penyebab bunuh diri kakak sepupuku karena aku maksain diri jadi malaikat padahal aku manusia. Merasa tidak nyaman jika orang bilang ternyata aku ndak bisa memaafkan kesalahan masa lalu.
(beat)
YONI
(tertawa sinis untuk diri sendiri)
Aa’ tahu ndak sih sejujurnya aku lega ketika Mas Lingga menghilang saat akad nikah. Aku ndak harus nikah dengannya dan tetap bisa jadi malaikat karena semua orang akan lihat aku sebagai korban.
(beat)
YONI
(bola mata berkaca-kaca)
Aku jahat ya, A’. Aku bukan malaikat bahkan bukan manusia, aku itu srigala berbulu domba.


Suropati menggeleng. Dengan gerak tangan bahasa isyarat : Kamu memang bukan malaikat tapi bukan pula srigala berbulu domba. Kamu itu manusia. Apa yang kamu lakukan dan rasakan manusiawi. Tangan kiri Suropati menggenggam jemari kanan Yoni. Suropati dengan gerak tangan bahasa isyarat (tangan kanan) : Jadi apa rencananmu ke depan?


YONI
(lirih)
Aku akan kembali bersama laki-laki yang dari awal memiliki hatiku, A’. Aku membutuhkan dia.
(beat)
YONI
Kurasa aku memilih Mas Lingga karena aku frustasi ndak bisa memiliki dia. Atau mungkin karena Mas Lingga bisa memenuhi kebutuhannku yang haus petualangan ... entahlah
(beat)
YONI
Aku itu sesungguhnya orang kesepian dan orang kesepian itu sering berlaku ngawur. Gampang terperdaya hal-hal yang membius sukma rasa diinginkan dan menginginkan.


Suropati menelengkan kepala. Dahinya berkerut. 

YONI 
(bola mata berkaca-kaca)
Kurasa Aa’ tahu siapa laki-laki itu. Hanya...entahlah aku ini apa pantas untuknya. Aku sudah jadi penjahat dari kecil. Aa’ pasti ingat aku punya dosa masa lalu yang tak termaafkan.

CUT TO


42.INT-RUMAH ASIH-SORE

Yoni (8 tahun) menyobek-nyobek lukisan berwajah Yasti milik Kunti (8 tahun). Yoni lantas menjambak dan meneriaki Kunti. Kunti hanya diam dan menangis tertahan. Suropati (13 tahun) mencoba melerai tapi terjengkang oleh dorongan Yoni. Yoni yang akhirnya berhasil dilerai dari Kunti kemudian dimarahi oleh Yasti di antara tatapan sedih Ibu Asih dan tatapan sinis anak-anak di Rumah Asih serta kasak kusuk anak-anak dan teman-teman sosialita Yasti.


BACK TO

39.EXT.HALAMAN BELAKANG RUMAH YONI - SIANG

Suropati dan Yoni saling bertatapan. Lama. Saling meneliti. Saling menelisik jiwa. Bibir Suropati membuka. Seolah akan mengatakan sesuatu. Tapi yang terdengar sunyi. Suropati dan Yoni masih saling bertatap. Tangan kanan Suropati meraih pipi Yoni. Wajah Suropati mendekat. Suropati merunduk. Yoni memejamkan mata,menengadah. Tiba-tiba kilat berpedar mengisi langit

SFX : Bunyi petir menghantam ujung pohon asam membuyarkan segalanya.

Suropati dan Yoni : menatap ranting pohon yang jatuh karena petir. Hujan mulai bergerak turun. Yoni dan Suropati kembali saling menatap sepakat bergegas lari mengambil jemuran. Kilat kembali berpedar di langit. 

SFX : Bunyi petir kembali terdengar.

Hujan turun semakin rapat. Kilat berpedar. Suropati menjatuhkan jemuran yang ada di tangannya. Suropati meraih tubuh Yoni masuk dalam dekapannya. Hujan yang telah menjadi deras membasahi tubuh Suropati dan Yoni tapi mereka berdua tak peduli. Mereka berpelukan semakin erat. Untuk kesekian kalinya kilat kembali berpedar di langit.

SFX : Bunyi petir.

Hujan semakin deras menghujam bumi. Dalam dekapan Suropati air mata bahagia mengalir di pipi Yoni bercampur deras hujan. Yoni lantas tengadah. Suropati merunduk. Wajah Suropati semakin mendekat. Terus mendekat. Yoni memejamkan mata. Jemari Yoni meremas lengan Suropati. Dari sisi berlawanan jemuran sprei yang belum diangkat terlihat kaki Yoni dan Suropati yang saling merapat. 

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar