Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Maaf, Sungguh Aku Tak Bermaksud Jatuh Cinta Padamu
Suka
Favorit
Bagikan
11. Seharusnya Bukan Keputusanmu

25.INT.RUMAH RANDU-MALAM

Daun sedang duduk di sofa ruang keluarga. Ia membaca novel. Tapi tidak juga beranjak ke halaman berikutnya. Matanya sesekali melihat jam dinding. Jam dinding menunjukan pukul 10 malam. Lantas ia melihat ponsel. Menghela kecewa karena tidak ada telpon atau pesan dari Randu. Daun tergerak akan menghubungi Randu, tapi urung. Ia kembali berusaha konsentrasi membaca novel. Gagal. Ia memilih menonton acara TV meski dengan pandangan kosong. Ekspresi wajahnya mencemaskan dan memikirkan sesuatu.

SFX : Bunyi bel pintu rumah.

Daun terlonjak. Ia bergegas. Setelah melihat ke lubang intip di pintu, ia baru membuka pintu rumah. Randu masuk dengan wajah lelah. Matanya agak merah. 

RANDU
Assalamualaikum....


Randu menggerakkan tangan kanannya ke Daun.


DAUN
Walaikumsalam.....


Daun meletakkan punggung tangan kanan Randu ke keningnya. Randu lantas mencium kening Daun. Ia juga menyerahkan bungkusan ke Daun.


RANDU
Aku belikan martabak asin.
DAUN
Makasih, Mas.


TIME CUT :

Randu selesai mandi. Ia menuju sofa ruang keluarga. Daun membawakan sepiring martabak asin, dan segelas air putih untuk Randu. Randu dan Daun duduk di sofa. Daun mengangkat piring martabak untuk Randu, tapi Randu justru menaruhnya kembali ke meja.

RANDU
Nanti aja dulu....


Randu menarik Daun ke dalam pelukannya. Randu menenggelamkan hidungnya di lekuk leher Daun. Randu memejamkan mata. Ia menghela napas.

DAUN
Capek banget, yo Mas?
RANDU
Iyo, uyuh banar.


Jemari Daun yang mengelus mesra lengan Randu.

 

DAUN
(tersenyum geli)
Hualah, Kangmas pakai ngikut-ngikut pakai bahasa Banjar...
RANDU
Tapi bener tho artinya, cuapek banget. Exhausted?
DAUN
He-eh. Leres, Kangmas.
DAUN
Mas, sudah makan malam kan?


Randu menjawab dengan anggukan, dengan hidungnya yang masih di lekuk leher Daun.


DAUN
Bareng anak-anak?


Randu kembali menjawab dengan anggukan. Sesaat kemudian Randu bangkit. Ia ganti membawa wajah Daun meringkuk di lekuk lehernya. Randu mencium puncak kepala Daun sekilas. Daun memejamkan mata. Jemarinya kembali mengelus mesra lengan Randu.

RANDU
Sayang, maaf ya we-time kita jadi batal hari ini.
DAUN
Ndak batal Kangmas, cuma kena delay. Hmmm....


Daun beranjak dari pelukan Randu, ia menghitung dengan mengurutkan jari ....


DAUN
3,4,5,6,7,8,9,10---kena delay 8 jam. Eh...entar kalau dihitung dari Mas ke Polres, 11,12,1,2,3,4,5,6,7,8,9,10--

CUT TO


26.EXT.RANDU TEA, BAR-PAGI

Randu dan Parjono memegang erat Lelaki Mabuk yang terus meronta dan mengeluarkan kata-kata kasar.


RANDU
(pada Daun)
Sayang, telpon Polisi!

Daun mengangguk.


TIME CUT :

Mobil polisi datang. Tiga orang polisi menuju restoran. Randu menyambut mereka, menjelaskan situasi sekilas. Lelaki Mabuk dalam keadaan terikat duduk di teras Randu, Tea Bar.


LELAKI MABUK
Tangkap mereka semua, Pak! Mereka mukulin saya, Pak!


Polisi #1 menghela napas mendapat laporan Lelaki Mabuk. Ia memberi isyarat pada Randu akan mengamankan Lelaki Mabuk. Polisi #2 dan Polisi #3 membawa Lelaki Mabuk menuju mobil polisi.


LELAKI MABUK
(berteriak-teriak kalap)
Pak, kok saya yang ditangkap?! Tangkap mereka, Pak! Tangkap mereka!


TIME CUT :

Randu, Ery, Suropati, dan Parjono di dalam mobil Randu, mereka mengikuti mobil polisi.


BACK TO

25.INT. RUMAH RANDU - MALAM

DAUN
Jadi 12 jam Mas sama anak-anak di Polres. Walah ya kok lamaaa juga ya?
RANDU
(cemberut)
Ya, lama lha wong nunggu sampai orang itu nyadar, sampai ndak mabok, sampai lurus pikirannya.
DAUN
Tapi urusannya sudah beres tho, Mas? Ndak kedowo-dowo. Damai?
RANDU
Alhamdulilah damai. Cuma ganti rugi sepuluh ribu plus sebungkus martabak asin. 


Daun menatap Randu, dahinya berkerut.


DAUN
Maksudnya? Orang itu ndak akan nuntut Ery, damai dengan sepuluh ribu? Serius? 


Randu mengangguk, ia mengambil sepotong martabak, menyuapkan pada Daun. Daun memakan segigit. Randu melanjutkan segigit. Randu kembali menyuapkan ke Daun, lalu menghabiskan sisanya. Randu Mengambil gelas air putih.


RANDU
(setelah minum air putih)
Awalnya orang itu ngeyel minta 10 juta buat ongkos pengobatan kena bogem Ery.
RANDU (CONT'D)
(sambil menyodorkan gelas air putih ke Daun)
Aku bilang. Oke aku kasih sekarang. Tapi dia juga harus kasih ke aku 15 juta karena hancurin pot kita. Aku bilang pot itu impor dari Italia--
RANDU (CONT'D)
Aku bakal nuntut dia karena melakukan penyerangan ke Suropati, juga pasal penghinaan. Semua ketangkap di CCTV. Sementara yang dilakukan Ery adalah melepaskan dia mencengkeram Suropati meski harus pakai bogem, kan dia mabok.
DAUN
(menghabiskan air putih dari Randu)
Terus kok bisa jadi 10 ribu?
RANDU
Dia masih merayau ngalor-ngidul. Baru pas maboknya hilang, orang itu mewek eh malah curhat sama kita dan Pak Polisi.
RANDU (CONT'D)
Katanya istrinya selingkuh sama supirnya, terus jebol tabungannya. Terus kabur. Makanya saking setresnya, pengen buat hati dan pikirannya ndak sumpek, dia coba mabok. Itu pertama kali dia minum. Lha pilihan ngawur tho. Namanya tabungan dijebol, dibawa lari lha mestinya lapor ke polisi. Ngakunya dia pengacara, pikirannya kok iso cupet ngono.
RANDU (CONT'D)
Dia manut kubayar 10 ribu, harga obat luka 5 ml plus plester ya memang cuma segitu. Begitu dia setuju, Parjoko aku suruh beli. Nota-nya aku kasih ke orang itu sekalian.
RANDU (CONT'D)
Lha wong pipinya cuma lecet, paling 2 hari sudah sembuh. Supaya agak terhibur aku kasih bonus martabak asin. Martabak depan Polres itu kan terkenal enak.
RANDU (CONT'D)
Keder waktu aku bilang suruh ganti pot kita 15 juta, bla-bla, ada bukti CCTV, dia bilang duitnya di tabungan tinggal 3 juta. Mobil yang dia pakai itu masih kredit, mau disita soalnya sudah nunggak 2 bulan. Yowis aku bilang dia ndak usah ganti kerusakan di Randu, Tea Bar asal gak nuntut Ery.


Daun senyum tergeli-geli. Diciumnya pipinya Randu mesra.


DAUN
Wah...suamiku ternyata pintar juga ngibulnya. Pot kita itu kan buatan Bantul harganya ndak sampe' sejuta.
RANDU
Iku jenenge bohong putih. Nyatane de-e percoyo tho.
RANDU
Wong pinter nek mabok, yo ilang pinter-re.


Randu dan Daun tertawa.


RANDU
Eh, iyo, Sayang tadi juga ketemu adiknya Suropati. Baru mutasi dari Tegal, dua hari lalu.
DAUN
Adik? Ya ndak mungkin Mas, Suropati kan dibesarkan di Rumah Asih. 
RANDU
Rumah Asih?
DAUN
Iya Rumah Asih itu panti asuhan untuk bayi-bayi yang dibuang, yang mendirikan Bu Asih dan suaminya. Sorry aku belum cerita ya, maaf ya. 
RANDU
Tapi tadi si Mas Polisi ngenalin diri sebagai adiknya Suropati, sama-sama tinggi, wajahnya ya rodo’ memper.
DAUN
Namanya siapa?
RANDU
Emmh...jenenge Bisma.

CUT TO


27.INT.KANTOR POLRES-MALAM

Randu dan Ery sedang menunggu berkas damai yang harus ditanda-tangani. Seorang polisi muda berpakaian dinas masuk ke dalam ruangan : BISMA, 32 tahun. Bisma memperkenalkan diri pada Randu dan Ery, sambil menunjuk Suropati yang sedang menunggu di luar ruangan bersama Parjono.

BACK TO

25.INT.RUMAH RANDU - MALAM

DAUN
Oh...ya iyo, adiknya di Rumah Asih. Bisma juga dibesarkan di sana. Soal rodo’ memper, kan katanya kembaran kita di dunia ada 7.
RANDU
Kamu sudah pernah ketemu Bisma? Kok tahu kalau Bisma juga besar di Rumah Asih?
DAUN
Belum, tapi si Karna pernah cerita sedikit soal Bisma. Karna juga dibesarkan di Rumah Asih.
DAUN
Suropati kerja di Daku Petani referensi dari Karna. Awalnya aku nawarin posisi accounting itu ke Karna tapi dia nolak, lebih suka jadi orang lapangan, terus ya begitu akhirnya untuk Suropati. 
DAUN 
Meski Suropati lulusan akuntasi dari Universitas negri dan punya predikat cumlaude, gara-gara ndak bisa ngomong jadi ndak diterima kerja di perusahaan. Sudah 10 tahun lowang lawung. Selama ini cuma kerja lepas aja. Service elektronik. Perawat manula. Bantu masak di katering-nya Bu Asih.


Daun menghela napas. Ia tercenung.


RANDU
Kenapa tho, kok kamu jadi sedih?
DAUN
(pada diri sendiri, berguman)
O...akhirnya Bisma itu jadi polisi.
DAUN (CONT'D)
Suropati seharusnya bisa jadi seperti Bisma atau setidaknya seperti Karna. Dia juga ndak bakal dihina seperti hari ini, Mas.


Daun menatap Randu. Bola mata mereka bertemu. Randu meremas tangan Daun.


RANDU
Sayang, ndak ada orang yang bisa milih. Takdirnya Suropati lahir tuna wicara. Ya dia pasti juga pengen seperti orang normal. Bukan salah Suropati, yang salah orang yang menghina Suropati.
DAUN
Mas....Suropati itu bisa ngomong waktu kecil, tapi terus mutusin nggak ngomong, eh ndak tahu kenapa, di umur 23 suaranya bener-bener ndak bisa keluar.


Randu mengeryitkan dahi.


RANDU
Lha iya tho? Aku pikir dia memang ndak bisa ngomong dari bayi, atau sakit panas waktu kecil terus... memangnya ada kejadian apa, kok sampai ndak mau ngomong? Kena bully? Atau....
RANDU (CONT'D)
(suara berbisik)
Korban pelecehan seksual?
DAUN
Ndak kena bully, juga ndak yang satu itu--tapi--

Pandangan Daun menerawang jauh....

CUT TO  

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar