Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Maaf, Sungguh Aku Tak Bermaksud Jatuh Cinta Padamu
Suka
Favorit
Bagikan
12. Arca

28.INT.RANDU TEA BAR LANTAI 2- KAMAR SUROPATI- MALAM

Suropati sedang duduk di tempat tidur. Ekspresi wajahnya terluka. 

CUT TO

24.EXT.RANDU, TEA BAR - PAGI

Ketika Lelaki Mabuk menghina Suropati

BACK TO

28.INT.RANDU TEA BAR LANTAI 2 -KAMAR SUROPATI-MALAM

Suropati meraih ponsel-nya. Membuka laman IG-nya. Terlihat laman IG Suropati : jurnal_arca. Postingan pertama dari 88 postingan : foto batang pohon belimbing wuluh yang wujudnya serupa arca wajah laki-laki yang merenung. Terlihat caption dari foto, Suropati membacanya ....


SUROPATI (V.O)
Arca, begitu orang menyebutku karena aku memutuskan tak lagi bersuara.
SUROPATI (V.O) CONT'D
Tapi hatiku bukan batu, karena ia mendendangkan lagu cinta untukmu.
SUROPATI (V.O) CONT'D
Hanya saja kini hatiku terpaksa beku, karena kamu memilihnya bukan aku.
SUROPATI (V.O) CONT'D
Kenapa kamu memilih dia? Lelaki yang gemar menyentuh banyak perempuan.
SUROPATI (V.O) CONT'D
Kenapa kamu tidak memilih aku? Lelaki yang hanya akan menyentuhmu.


Suropati menaruh ponselnya di tempat tidur, posisi layar masih di halaman caption arca wajah laki-laki. Suropati beranjak ke depan jendela. Membukanya. Suropati menatap bulan sabit.

 

SUROPATI (V.O.)
Yoni ... bisakah kamu melihatku sebagai seorang laki-laki?
SUROPATI (V.O.) (CONT'D)
Bukan seorang kakak, bukan seorang sahabat?
SUROPATI (V.O.) (CONT'D)
Apa aku harus seperti dia, hingga kamu mau memilihkku? Tampan, mapan, penakluk perempuan?


Pandangan Suropati menerawang jauh pada langit malam yang hanya ada bulan sabit tanpa kelip bintang.

CUT TO


29.EXT.LEMBANG-PAGI

SUPER : DUA PULUH TIGA TAHUN YANG LALU

Pemandangan hijau perkebunan dan rumah-rumah penduduk dalam suasana langit pagi yang mendung. Jalan desa yang basah oleh genangan hujan. Bulir bening air hujan yang luruh dari ujung daun membuncah ke genangan di tanah.

SUROPATI, 10 tahun, KARNA, 9 tahun, dan KUNTI, 5 tahun berjalan sambil bergandengan tangan, mereka akan berangkat sekolah. Kunti yang berpakaian anak TK berada di antara mereka berdua. BISMA, 9 tahun berjalan jauh di belakang mereka (sekitar 10 meter) dengan wajah cemberut, langkah malas. Raut wajah Suropati, Karna, dan Kunti sumringah, senyum lebar menghias bibir.


SUROPATI, KARNA, KUNTI
(bernyanyi)
Ada kodok, rekotok-rekotok- di pinggir kali-rekotok-mencari makan-rekotok- setiap hari (dst....)


Suropati, Karna, Kunti sambil bernyanyi riang, mereka meloncat lincah menghindari kubangan. Bisma yang menatap kegembiraan mereka sambil bersungut-sungut. Mereka berempat terus berjalan hingga di depan kuburan desa.

SFX : Tangisan pilu seorang anak kecil dari kuburan.

Suropati, Karna, dan Kunti serempak berhenti bernyanyi. Karna menghentikan langkah. Menahan tangan Kunti. Berlanjut Kunti menghentikan langkah. Menahan tangan Suropati. Mereka saling bertatapan. Ekspresi wajah mereka takut.


KUNTI
(pada Suropati)
A’ ada anak jin.
KARNA
(pada Suropati)
Iya, A’ kok dia belum pulang? Ini kan sudah pagi?
Suropati
Sst....jangan keras-keras. Ayo kita jalan pelan-pelan, jangan sampai dia tahu terus ngikut....


Suropati, Karna, dan Kunti yang terjengkit terkejut. Bisma yang ternyata mendorong mereka. Bisma menyeringai geli.


BISMA
Kenapa sih? Itu bukan anak jin, kaleee... Itu suara si Badu?
SUROPATI, KARNA, KUNTI
(menatap Bisma cemas)
Ssst....
BISMA
Sudah dibilang itu Badu, bukan anak jin, eh ngeyel....
BISMA
Ayo...kita buktikan....!


Bisma berjalan dengan yakin masuk ke area kuburan desa. Suropati, Karna, dan Kunti mengikuti dengan ragu dan takut-takut.

TIME CUT :

Di bawah pohon asam yang besar kita melihat punggung seorang anak laki-laki bertubuh besar. BADU, 15 tahun sedang berjongkok di depan sebuah kardus. Ia menangis tersedu-sedu.


KUNTI
(pada Bisma)
Kok, Aa’ bisa tahu Badu ternyata yang menangis?
BISMA
Setiap pagi Badu ke sini. Tuh yang di sebelah sana ....


Bisma menunjuk sebuah kuburan berupa gundukan dengan nisan kayu tanpa nama, ada taburan bunga segar beraneka ragam di atasnya.


BISMA (CONT'D)
Itu kuburan saudara kembarnya. Dia kasih bunga setiap hari.
KARNA
(pada Bisma)
Kok kita gak tahu, kan tiap pagi lewat sini? Kita juga baru tahu kalau Badu punya kembaran.
BISMA
Itu karena kalian terlalu senang. Jalan sambil ketawa-tawa, nyanyi-nyanyi, gak perhatikan sekeliling. 
BISMA (CONT'D)
(sombong)
Aku ini detektif kecil, jadi kalau aku jalan lambat-lambat bukan malas, aku sedang amati sekeliling. Siapa tahu ada yang hal yang mencurigakan. Siapa tahu ada kasus yang harus diungkap.


Karna menatap sebal pada Bisma.

KARNA
Alaaah....lagakmu, pengen jadi Detektif Conan, kitu? gak pantes atuh. Conan mah pintar, lha kamu rangking terakhir.
SUROPATI
Hus...sudah jangan ribut, yuk kita antar Badu pulang.
SUROPATI
(pada Bisma)
Pak Rahmat tahu, Badu tiap pagi ke sini?


Bisma mengangkat bahu.

BISMA
(pada Suropati)
Soal itu aku gak tahu A’. Pak Rahmat kan sudah dari sebelum subuh ke tempat jagal sapi, terus ke pasar, sore baru pulang. 
BISMA (CONT'D)
Lagian biasanya Badu gak pernah nangis. Paling habis taruh bunga, dia nyapu-nyapu kuburan ini.
BISMA (CONT'D)
Habis itu dia ngapain lagi aku mah gak tahu, A' kan kita ke sekolah.


Bola mata Karna yang membulat bercahaya.


KARNA
(pada Bisma, setengah menyindir)
Ini bisa jadi kasus pertamamu ‘detektif Conan’. Ada anak nangis, ada kardus...hmmm....


Bola mata Bisma yang berkilat, menanggapi serius kata-kata Karna.


BISMA
(pada Karna)
Betul, ini bisa jadi kasus pertamaku. Oke, kamu resmi jadi asisten detektif

Karna sontak cemberut


KARNA
Eh...enak aja jadi asisten! Aku tuh yang punya ide! Kamu yang jadi asisten!


Karna dan Bisma berdebat tak mau kalah. Saling dorong. Saling melotot. Kunti yang menyeruak di antara mereka.


KUNTI
Ih...A’Bisma, A’ Karna kenapa sih selalu berantem. Tuh...liat Aa’ Suro sudah ke tempat Badu....


Suropati menyentuh pundak Badu. Badu, anak umur 15 tahun tetapi ia bersorot mata, berpikiran, dan berprilaku bocah 6 tahun (Badu adalah seorang tuna grahita). Tubuhnya yang tinggi besar langsung memeluk Suropati yang kerempeng dengan tingginya hanya sebahunya.

BADU
(sambil menunjuk-nunjuk kardus) A’...kasihan dia A’. Kasihan dia....


Suropati selayaknya seorang anak sulung menenangkan Badu. Ia lalu melangkah untuk melihat isi kardus. Sorot mata Suropati yang tertegun menatap isi kardus, lalu ia bergerak menyingkir duduk di sebuah makam yang tak jauh dari sana. Ia menutup wajah dengan dua tangannya. Ia terinsak pelan. Kunti bergerak melihat isi kardus. Ia pun tertegun. Lalu lari dan muntah-muntah di balik pohon asam. Bisma dan Karna heran menatap prilaku Suropati dan Kunti. Mereka menuju ke kardus. Tapi masih saling berdebat.


KARNA
Aku duluan mau lihat...
 BISMA
Aku duluan!


Karna dan Bisma beradu pandang. Saling dorong. Hingga akhirnya....


SUROPATI
(suara serak)
sudah jangan bertengkar, kalian lihat aja sama-sama.


Bisma dan Karna membuka kardus bersama-sama. Mereka berdua tertegun. Sorot mata Karna berisi amarah. Ia lari lantas memukul-mukul batang pohon asam dengan penuh emosi. Bisma yang melangkah gontai. Seperti Suropati ia menutup wajahnya dengan kedua tangan. Ia terinsak di sebelah Suropati. 


BACK TO

25.INT.RUMAH RANDU - MALAM

Daun mengusap air mata yang luruh di pipinya. Randu menatap Daun bingung, ia lalu bergerak menarik Daun ke pelukkannya.

RANDU
(berbisik)
Memangnya di dalam kardus itu isinya apa?


Daun masih terinsak di pelukan Randu.


RANDU
Sayang...sudah tho ojo nangis. Opo tho isi ne?
DAUN
(suara serak)
Bayi.


Randu melepaskan pelukkannya lalu menatap Daun.


RANDU
Bayi manusia?
DAUN
Iya bayi manusia. Bayi itu sudah meninggal, dia dikerubung semut merah....


TIME CUT :

DAUN
Semenjak saat itu Bisma yang malas belajar jadi rajin. Saat bayi, Bisma ditinggalkan di masjid. Karna, dia sendiri bilang sejak saat itu ia jadi anak pemarah yang sering bikin ulah. Karna saat bayi ditemukan di bak sampah.


INSERT : Sosok Karna, 32 tahun berpostur tinggi besar, wajah sangar, dan tubuhnya bertato.


DAUN (CONT'D)
Kunti trauma setiap lihat semut merah. Di umur 15 tahun, Kunti meninggal kena maag akut. Kunti saat bayi ditemukan pemulung tersangkut sampah di kali besar.
DAUN (CONT'D)
Dan Suropati memutuskan ndak lagi bicara. Kata Karna, Suropati itu anak laki-laki yang ceriwis dan banyak tanya terutama pada orang dewasa. Ia selalu berusaha jadi sulung yang melindungi adik-adiknya, jadi ia merasa harus banyak tahu.
DAUN (CONT'D)
Peristiwa menemukan bayi dalam kardus itu membuat Suropati sangat terluka sekaligus bersyukur, ia yang juga dibuang diselamatkan Pak Hadi dan Bu Asih. Tidak bernasib seperti bayi malang itu.
DAUN (CONT'D)
Wujud terima kasihnya dengan diam, ngomong kalau amat sangat penting, selebihnya pakai notes dan pulpen. Karena dia menyadari sikap ceriwisnya malah bikin mumet Bu Asih, apalagi Pak Hadi meninggal sebulan sebelum penemuan bayi itu, jadi ia memilih menjadi sulung yang membantu dalam senyap.
DAUN (CONT'D)
Saat itu lebih 40 anak yang dibesarkan di Rumah Asih, rata-rata ya di bawah 5 tahun, yang besar cuma Suropati, Karna, Bisma, Kunti, mereka itu pun di bawah 11 tahun. Kebayang kan Mas, betapa hebohnya Rumah Asih? Lha kita dititipin si duo Racha dan Raya, tiap Monita ke luar kota aja sudah sepaneng dengan kehebohan mereka. Suropati itu kata Karna meniru sikap Dewi Windardi.

Randu menelengkan kepala.

RANDU
Maksudmu Dewi Windardi ibunya Ratna Anjani, neneknya Anoman?

Daun mengangguk.

RANDU
Dari mana Suropati tahu kisah itu, dalam kisah Ramayana--umumnya orang hanya tahu Rama- Shinta-Rahwana. Apalagi dia masih anak-anak?
DAUN
Pak Hadi, kata Karna suka mendongeng wayang. Suropati merasa dia seperti Anoman. Sama-sama ditinggalkan ibunya saat masih kecil. Pak Hadi memberi nama bayi-bayi yang ditemukan dengan nama wayang. Kecuali Suropati, dia ditemukan di taman Suropati.
RANDU
Taman Suropati yang di...?
DAUN
Iya, yang di Jakarta
RANDU
Lha trus apa yang terjadi, katamu maksudku dari cerita Karna di umur 23 suara baru Suropati benar-benar hilang.


Daun terlihat tercenung. 


DAUN
Ini juga yang kata Karna sempat bikin bingung Bu Asih. Sampai membawa Suropati ke dokter dan psikolog. 


Daun memicingkan mata 


DAUN
Tapi Mas, kata Karna kejadiannya berhubungan dengan Yoni. Mereka ketemu lagi saat Suro 23 tahun, trus gak tahu suara Suro lenyap gitu aja.
RANDU
(mendengus heran)
Maksudmu spechless kebablasan?
DAUN
Maybe....
RANDU
Yoni juga anak yang dibesarkan di rumah Asih?
DAUN
Gak, dia anak kaya yang pernah merayakan ulang tahun di Rumah Asih saat 8 tahun. Ada tragedi kala itu...yang membuat Yoni dewasa kembali ke Rumah Asih.
RANDU
Tragedi apa?
DAUN
Nah, yang itu Karna belum sempat cerita, Mas. Aku juga penasaran.
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar