Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Maaf, Sungguh Aku Tak Bermaksud Jatuh Cinta Padamu
Suka
Favorit
Bagikan
3. Aku Di Sini


04. EXT. YOGYA- PAGI

Menampakan pemandangan Yogyakarta dari langit. Hiruk pikuk Pasar Beringharjo.


05. EXT.PASAR BERINGHARJO -PAGI

Melewati para pedagang di luar pasar Beringharjo, YONI AMARA, 28 tahun berjalan. Pandangannya serius. Dari berjalan di depan jajaran toko, ia berbelok, lalu berhenti. Sejenak ia mengedarkan pandangan. Lantas mengambil tempat di dekat pohon, menyandarkan tubuhnya. Mengamati sejenak sekitar, lalu mulai menfokuskan kameranya pada satu titik.

SFX : Tombol rana kamera mengeluarkan suara. 

Yoni terlihat sangat serius, pandangannya tajam. Ia berlaku seolah seorang pemburu yang bersiaga mengamati buruannya. Setiap kali usai memotret ia mengamati sejenak hasil foto. Ia nampak menggeleng, menelengkan kepala, menekan sesuatu di kameranya. Tak lama kemudian ia mendapat panggilan telpon dalam nada senyap. Yoni menerimanya dengan earphone. Ia terlihat menjawab dengan nada sangat rendah hampir seperti berguman. Usai menerima telpon ia terlihat tercenung sejenak, ia menghela napas, sejenak kemudian pandangannya kembali serius mengamati sekitar, ia pun kembali berlaku seperti seorang pemburu. Ia kembali memotret dan memotret.


06. EXT.DEKAT PASAR BERINGHARJO-PAGI

Tak jauh dari tempat Yoni memotret seorang bapak penjual putu nampak memperhatikannya. Tukang Putu, KARDIMAN, 65 tahun. Kardiman bergerak selangkah demi selangkah mendekati tempat Yoni, sementara Yoni, asyik memotret tidak menyadari jarak Kardiman semakin dekat dengannya. Kardiman sudah berdiri tepat di belakang Yoni.


KARDIMAN
(berbisik di telinga Yoni, logat Jawanya kental)
Mbak, ini intel ya?


Yoni terjengkit terkejut.


KARDIMAN
(memandang sinis)
Dari tadi saya perhatikan Mbak ini motret-motret. Terima telpon sambil bisik-bisik. Pakai masker, biar ndak ada yang tahu ya, Mbak?


Yoni berbalik, Kardiman bergerak mundur namun tetap waspada. Yoni membuka masker, ia tersenyum ramah. Kardiman, wajahnya masih cemberut curiga.


YONI
(santun)
Mboten Pak, saya bukan intel.
KARDIMAN
(ngeyel)
Lha terus kenapa motret-motret orang-orang? Mbak ini sendirian, sembunyi dekat pohon. Mesti intel. 
YONI
(menghela napas, sabar)
Apa Bapak mau lihat foto-foto saya?


Kardiman mendelik kesal, ia masih menatap Yoni curiga, tapi lalu ia mengangguk.


YONI (CONT'D)
Sambil duduk saja ya, Pak. Maaf Bapak yang jualan putu ya?
KARDIMAN
(panik)
Lho,kok Mbak tahu? Saya ini betul-betul penjual putu Mbak. Saya bukan orang jahat. Saya bukan pengedar narkoba. Saya ndak pernah ikut politik-poltikan apalagi komentar-komentar, saya....
YONI
Iya, Bapak, saya tahu Bapak bukan orang jahat. Lha saya kan cuma nanya. Tadi saya sempat lihat Bapak dekat angkringan putu. Gimana kalau kita duduk di angkringan Bapak? Siapa tahu ada yang mau beli. Karena Bapak ke sini nanti dikira yang jual tidak ada.


Kardiman bergerak menuju angkringan putunya, sesekali ia menoleh ke belakang memastikan Yoni mengikutinya. Sampai di angkringan putu, Yoni mengambil selembar karpet plastik seukuran bokong dari tas-nya, menaruhnya di trotoar lalu duduk. Kardiman serius memperhatikan gerak-gerik Yoni. Yoni, melepas tali kamera yang menggantung di lehernya, lalu mensetting kamera-nya.


Yoni mengangsurkan kamera ke Kardiman

YONI
Nah, ini foto-foto saya Pak. Kalau mau ke foto berikutnya pencet tombol ini.
KARDIMAN
Pencet yang mana, Mbak?
YONI
(sabar)
Yang ini, Pak.


(Foto 1) Seorang bapak setengah baya yang sedang menatap ke arah kiri di dekatnya ada sepeda othel yang terparkir. Jempol Kardiman menekan tombol hijau di kamera :(Foto 2) Seorang ibu penjual tahu sedang menyusun dagangannya.(Foto 3) Seorang ibu penjual minuman yang sedang menyusun uang recehnya.(Foto 4) Dua orang bapak yang menyeberang jalan sambil menggotong umbul-umbul. Bapak yang berdiri di depan nampak tersenyum lebar sementara yang di belakang nampak cemberut curiga menatap dirinya yang tertangkap kamera.(Foto 5) Seorang ibu yang berjalan dengan merunduk bersedih.

Kardiman terus asyik mengamati foto-foto Yoni dari kamera. Jempolnya tak henti memencet tombol hijau, sesekali bibirnya mengerucut. Yoni tersenyum melihat keasyikan Kardiman. Lalu ia mengambil air mineral dari tasnya, Yoni minum.


KARDIMAN
(masih memegang kamera Yoni, masih serius mengamati foto-foto)
Lha ini kan cuma foto orang-orang biasa buat apa tho Mbak difoto?
YONI
Namanya street fotografi,Pak
KARDIMAN
Opo Mbak, setrip fotocopy?
YONI
Bukan setrip fotocopy, Pak. Tapi fotocopy....
(tertawa)
Lha saya kok jadi ikut-ikutan....
YONI (CONT'D)
Maksud saya namanya fotografi jalanan. Jadi subyek fotonya memang kegiatan orang-orang di jalanan.
KARDIMAN
Seblak foto?
YONI
Subyek Pak. Subyek ...
(menghela napas, senyum kecil di ujung bibirnya)
YONI (CONT'D)
Subyek foto itu maksudnya tokoh utama dalam foto.


Kardiman manggut-manggut. Ia lalu nampak tercenung sejenak.


KARDIMAN
Kegiatan orang-orang di jalanan. Difoto, buat apa Mbak? Disuruh atasannya, Mbak?
YONI
Bukan Pak. Fotografi jalanan hobby saya.
KARDIMAN
Saya kok belum paham, Mbak ini hobbynya motret orang di jalanan. Apa Mbak kurang kerjaan?
YONI
(tersenyum)
Bukan kurang kerjaan, Pak. Hobby dipilih untuk menghidupkan jiwa. Untuk membahagiakan jiwa.
YONI (CONT'D)
Fotografi jalanan, memotret kegiatan spontan yang dilakukan orang-orang di jalanan. Kegiatan yang mereka lakukan memang sederhana dan biasa-biasa saja, tapi...
YONI (CONT'D)
Kadang yang sederhana itu bisa menyejukkan hati, bisa menginspirasi. Kadang yang sederhana itu mungkin tak terulang lagi di masa depan... ini contohnya...


Yoni mengeluarkan ponsel dari tas. Membuka akun IG-nya, lalu menunjukan sebuah postingan pada Kardiman :(Foto A) Seorang bapak pemilik lapak di Malioboro sedang membaca koran pagi. Jemari Yoni men-swipe foto berikutnya : (Foto B) Seorang bapak tukang becak sedang membaca koran. Jemari Yoni kembali men-swipe foto : (Foto C) Seorang bapak tua nampak menatap ke arah kamera, dengan tangan yang memegang koran.


KARDIMAN
(pada Yoni)
Membaca koran?
YONI
Apa Bapak pernah memperhatikan sekarang sudah sulit melihat orang-membaca koran?
KARDIMAN
(mengangguk) Enggeh, Mbak. Sekarang bahkan saya susah cari koran dan majalah bekas untuk bungkus putu. 
Koran sudah ndak ada katanya. Yowis kalau ndak ada terpaksa buku-buku pelajaran bekas yang dijual kiloan di tukang loak saya jadikan bungkus. 
KARDIMAN (CONT'D)
Lha kalau foto-foto yang ini maksudnya apa?


Kardiman menunjukan deretan foto yang dilihatnya dari kamera Yoni. Lalu mengansurkan kamera ke Yoni yang mengamati sejenak. Yoni dan Kardiman bersama-sama melihat kembali deretan foto


YONI
Seorang bapak dan sepeda onthel. Hmm....salah satu yang bikin kangen sama Yogya itu orang tua dengan sepeda onthel. Saya mau bikin seri foto : Yogya, Orang Tua, dan Sepeda Onthel.
YONI (CONT'D)
Ibu penjual tahu dan ibu penjual minuman. Dari mereka saya bisa belajar soal ketekunan dan kesabaran, Pak. Ada keindahan yang terpancar dari mereka. Menemukan orang-orang yang tekun itu membuat saya menyadari hidup untuk disyukuri bukan untuk dikeluhkan. Malu.....dengan para ibu ini.
KARDIMAN
(manggut-manggut)
Saya kenal dengan yang jual tahu ini. Namanya Lastri. Anaknya enam, suaminya meninggal ketabrak truk. Lastri itu memang rajin, Mbak. Habis jualan tahu, dia jadi buruh cuci. Alhamdulilah anak-anaknya yo pada pinter. Kalau Mbak mau saya bisa kenalkan, kami bertetangga.
YONI
Insha Allah, Pak. Kalau Bapak boleh, kapan-kapan saya dolan ke rumah Bapak dan Mbak Lastri.
KARDIMAN
Lha terus foto yang ini dan ini, maksudnya apa?


Jemari Kardiman yang menekan tombol, tampak foto dua bapak yang menyeberang penuh semangat dan seorang ibu yang berjalan merunduk. Yoni terlihat termenung sebentar.

YONI
Pagi itu dibuka dengan banyak cerita. Ada cerita penuh semangat, contohnya dua bapak ini. Tapi ada juga cerita yang sedih, contohnya ibu ini.
KARDIMAN
Wah, mudeng aku. Saya boleh diajari ndak Mbak? Saya kok jadi pengen seperti Mbak-nya. Pakai kamera hape juga bisa kan Mbak? Saya ndak ketua-an buat belajar kan, Mbak?
YONI
Boleh saja kalau Bapak mau belajar. Pakai kamera hape juga bisa, Pak, dan yang namanya belajar itu tidak mengenal umur, yang penting semangatnya.
YONI (CONT'D)
Kalau Bapak mau, bisa saya pinjamkan kamera. Gimana, kalau Bapak ikut ke rumah saya?


Kardiman menatap Yoni. Ia ragu tapi ingin.

KARDIMAN
Tapi tenan tho, Mbak-e bukan intel. Nanti saya diculik...
YONI
(tertawa)
Hualah, Pak. Tenan kok, saya bukan intel. Apa Bapak mau lihat KTP saya? 


Kardiman tersenyum. Dia mengamati Yoni dengan seksama, tapi lalu kita kembali menangkap sinar keraguan di matanya.


KARDIMAN
Emmm....terus kenapa Mbak pakai masker, nyender di pohon seperti sembunyi, terus terima telpon sambil bisik-bisik....
KARDIMAN (CONT'D)
Dan....kacamatanya Mbak itu bukan kamera tersembunyi, tho?
YONI
(tertawa tergelak)
Bapak ini apa suka nonton film intel gitu ya? Kok imaginasinya tinggi.
KARDIMAN
(cemberut)
Saya itu tinggal sama cucu. Bapak-ibunya TKI di Arab. Dia pengen jadi polisi. Tiap nonton film yang intel-intel, jadi ya...gitu, cucu saya bilang kadang intel itu nyamar jadi orang-orang di jalanan, bahkan ada yang nyamar jual nasi goreng atau jagung rebus.
YONI
(senyum jahil)
Lha memangnya ada yang nyamar jadi juru foto seperti saya, Pak?
KARDIMAN
Ya bisa saja. Seperti turis potret-potret padahal....walah Mbak sengaja tho bikin saya lupa ya, hayo apa jawaban yang saya tanya tadi.
YONI
Jawabannya adalah...
YONI (CONT'D)
Saya pakai masker karena ini jalanan, Pak. Asap knalpot, debu bahaya jika terhirup
YONI (CONT'D)
Lalu saya bukan sembunyi, tapi mencari pohon atau tempat untuk bersandar. Mengambil foto dengan tanpa alat bernama tripod dan subyek yang bergerak spontan meski saya sudah setting kamera hasilnya bisa getar, Pak. Saya butuh hasil yang cergas, yang cemerlang.
YONI (CONT'D)
Kaca mata ini memang tidak plus atau minus, hanya untuk tidak masuk debu. Lantas kenapa saya terima telpon bisik-bisik, lha ini kan jalanan Pak, saya pakai earphone, kalau ngomongnya nyaring-nyaring dikira nanti saya orang gila, ngomong sendiri.
YONI (CONT'D)
Pripun, Bapak sudah percaya sama saya tho? Ini alamat saya dan no hape saya. Ini KTP saya kalau Bapak mau cek.


Yoni memberikan kartu nama dan KTP. Kardiman menerima dengan tidak enak hati. Tapi ia tetap mengecek KTP Yoni.


KARDIMAN
Kok alamat KTP Mbak, Jakarta. Beda sama di kartu nama?
YONI
Oh...saya pindah dari Jakarta,Pak. Belum sempat ganti alamat KTP.


Kardiman nampak berpikir.

YONI (CONT'D)
Kalau bisa Bapak ke rumah saya sekarang, angkringan Bapak kan pakai sepeda, rumah saya ndak jauh. Saya mau borong semua putu Bapak. Di rumah saya banyak anak-anak lagi main, pasti senang makan putu.


Kardiman matanya tiba-tiba berkaca-kaca. Ia mengembalikan KTP Yoni.


KARDIMAN
Suwun, nggeh Mbak. Hari ini cucu saya butuh bayar les Bahasa Inggris. Kiriman orangtuanya belum datang. Alhamdulilah. Alhamdulilah.
YONI
Nggeh Pak, sami-sami. Tenan lho saya tunggu...sekarang.
KARDIMAN
Nggeh, Mbak. Saya langsung ke rumah Mbak-nya. Ndak jauh paling setengah jam sudah sampai.
YONI
Kalau nanti saya belum datang, Bapak langsung masuk halaman saja, saya sms adik saya di rumah...jadi dia tahu. Soalnya saya masih ngambil mobil di parkiran. Pakai mobil kadang lebih ribet daripada pakai sepeda kan, Pak?
KARDIMAN
Siaap. Mbak! Saya meluncur (cengegesan, hingga kita bisa lihat dua giginya yang ompong)


07. EXT.DEKAT PASAR BERINGHARJO -PAGI

Yoni Mengamati Kardiman yang meluncur pergi. Sorot matanya tersenyum. Ia lalu kembali memakai masker dan melangkah. Tepat di saat itu Suropati dengan becaknya bergerak dari arah berlawanan.

SLOW MOTION : Persimpangan pertemuan Yoni dan Suropati. Arah pandangan mereka nyaris bertemu. Suropati tiba-tiba mengerem mendadak. Penumpang becaknya, seorang ibu berjarik dan berkebaya dengan dandanan menor akan pergi kondangan sampai hampir terlontar dari becak.


PENUMPANG BECAK 
Hualah, Mas. Hati-hati...


Suropati mengabaikan keluhan penumpangya, ia mengedarkan pandangan. Suropati Melihat sekelebat sosok Yoni menyelip di antara keramaian. Suropati tertegun...ia ingin bergerak mengejar.


PENUMPANG BECAK (CONT'D)
(kesal)
Mas...ayo, kok malah bengong tho. Saya sudah ditunggu...


Dengan berat hati Suropati pun terpaksa kembali mengayuh becaknya.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar