Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Love Apps
Suka
Favorit
Bagikan
10. Bagian 10. Menyerah Saja
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

91.  INT. RUANG TAMU. RUMAH ERLAND. SIANG

 

Nana dan Astuti tampak serius mengobrol. Setelah beberapa saat, mata Astuti tampak berkaca-kaca dan terlihat bahagia. Dia memegang salah satu pipi Nana sembari menatapnya.

ASTUTI

Terima kasih, Na. Terima kasih. Ibu nggak tau gimana caranya buat bales kebaikan kamu.

 

NANA

Aku lakuin semua ini ikhlas, Bu.

 

ASTUTI

Ibu juga akan bujuk Alan.

Tidak lama kemudian Erlan muncul.

ERLAND

Bujuk ngapain?

Astuti memanggil Erland untuk duduk di dekatnya dengan isyarat tangan. Erland menurut. Astuti tampak bercerita pada Erland soal apa yang dikatakan Nana tadi.

ERLAND (CONT’D)

Kayakanya aku nggak punya pilihan.

(Menghela napas sambil melihat Nana)

Aku setuju dengan satu syarat.

 

NANA

Apa syaratnya?

 

ERLAND

Kalau pengobatan itu nggak berhasil, kamu nggak boleh ke sini lagi dan kita nggak akan pernah ketemu lagi. Gimana?

 

NANA

Deal!

CUT TO

 

92.  INT. RUANG DR SASMITA. RUMAH SAKIT. SIANG

 

Erland tampak mengobrol serius di ruangan DR.SASMITA (55).

DR.SASMITA

Karena kamu sudah lama nggak ke sini, saya harus melakukan screening terlebih dahulu. Rileks aja kayak biasa. Anggap lagi ngobrol sama teman lama dan jangan pikirin macem-macem.

Erland tampak menarik napas sambil memejamkan mata. Setelah merasa siap, dia pun mengangguk pada dr.Sasmita.

DR.SASMITA (CONT’D)

Apa ketakutan yang masih menghantuimu?

 

ERLAND

Aku takut akan melakukan KDRT kayak Bapak.

 

DR.SASMITA

Kenapa kamu berpikir begitu?

 

ERLAND

Omongan yang aku denger tiap hari, kalau anak korban KDRT akan jadi pelaku nantinya.

 

DR.SASMITA

Apa masih ada orang yang ngomong gitu ke kamu?

 

ERLAND

Enggak ada, tapi waktu aku terima paket yang berisi berita tentang kasus KDRT dan efeknya pada anak, aku makin kepikiran.

 

DR.SASMITA

Oke. Good, Erland. Untuk sementara ini cukup. Saya rasa kamu juga nggak perlu obat.

CUT TO 

93.  MONTAGE

 

Erland mulai rutin mengunjungin dr.Sasmita dan melakukan terapi. Terlihat dari pakaian Erland dan dr.Sasmita yang berubah-ubah. Setelah beberapa kali kunjungan, tampak Erland mulai tidak nyaman ketika berada di kursi panjang.

 

CUT TO

 

94.  INT. KAMAR NANA. RUMAH PRABU. SORE.

 

Nana baru masuk kamar setelah membeli camilan untuk teman menulisnya. Dia meletakkan beberapa bungkusan camilan dan juga es cokelat di mejanya. Tidak lama ponselnya berbunyi. Erland menelepon.

 NANA

Iya, Land?

 

ERLAND (O.S)

Aku nggak akan terapi lagi karena cuma buang waktu aja.

 

NANA

Lho, kenapa emangnya?

 

ERLAND (O.S)

Aku udah lakuin yang kamu mau dan nggak berhasil. Artinya kamu nggak usah muncul lagi.

 

NANA

Tapi, Land ….

Erland mematikan telepon. Nana menelepon Erland lagi, tapi ponsel Erland tidak aktif. Nana jadi kesal.

                             

CUT TO

 

95.  INT. RUANG TAMU. RUMAH ERLAND. SIANG/SORE

 

Nana sedang mengetik di ruang tamu Erland. Di meja terdapat satu teko air putih dan sebuah gelas. Juga ada setoples camilan. Astuti sempat menemani Nana beberapa saat.

NANA

Ibu istirahat aja di kamar. Kerjaanku tiap hari kayak gini, jadi nggak perlu ditemenin.

 

ASTUTI

Beneran nggak apa-apa kalau Ibu tinggal.

 

NANA

Iya, Bu. Aku malah nggak enak kalau Ibu nungguin. Lagian aku harus ketemu dan ngomong sama Erland.

 

ASTUTI

Ya sudah. Kalau begitu Ibu masuk dulu ya.

Astuti pergi ke arah kamarnya dan Nana melanjutkan tulisannya. Jam dinding berputar cepat dan akhirnya menunjukkan pukul 17.30. Erland pun akhirnya pulang. Wajahnya tampak tak senang melihat Nana di rumahnya. Astuti keluar setelah mendengar suara motor Erland.

ASTUTI

Nana sudah nungguin kamu dari tadi.

 

ERLAND

(Ketus)

Biarin aja. Aku nggak suruh dia nunggu.

 

ASTUTI

Kalian ngobrol aja. Ibu mau ambil makanan, tadi sudah pesan sama Bu Ernah.

CUT TO

 

96.  INT. RUANG TAMU/DEPAN KAMAR ERLAND. RUMAH ERLAND. SORE

 

Setelah melihat Ibunya pergi, Erland hendak masuk ke kamarnya. Nana buru-buru bangun dan menahan Erland.

NANA

Aku mau ngomong sama kamu.

 

ERLAND

Nggak ada yang perlu diomongin lagi.

 

NANA

(Kesal)

Aku nggak nyangka kalau seorang Erland itu cemen. Bisanya lari dari masalah.

Erland tampak tidak peduli dan mulai berjalan ke kamarnya.

NANA (CONT’D)

(Bersedekap)

Nyesel aku buang-buang waktu sama cowok lemah. Pantesan aja nggak berani menata masa depan, menghadapi masa lalu aja nggak bisa.

Erland tetap masuk ke kamarnya dan menutup pintu. Nana buru-buru menyusul.

NANA (CONT’D)

(Bersedekap)

Kamu egois, Land. Kamu nggak tau seberapa pengennya Ibu liat kamu bebas dari ketakutan masa lalu. Kamu nggak kasian sama dia?

Erland membuka pintu kamar dan mendekati Nana.

ERLAND

Jangan bawa-bawa Ibu.

 

NANA

(Menantang)

Kenapa?

 

ERLAND

(Menatap mata Nana)

Kalau rasa takutku buat nyelakain cewek yang aku sayang kamu anggap lemah, iya, aku lemah.

Kamu pikir cinta doang cukup untuk memulai hubungan serius?

 

NANA

(Melunak)

Tapi selama ini kamu nggak pernah emosian. Kamu bisa mengendalikan diri. Jangankan main tangan, ucapan kasar aja nggak pernah keluar dari mulut kamu.

 

ERLAND

Itu karena kita jarang ketemu. Ada banyak hal yang aku pikirin dan lakuin selain ketemu sama kamu. Kamu ngerti nggak sih kondisinya?

 

NANA

Ya udah. Kalau gitu kita nikah aja.

CUT TO

 

97.  INT. RUANG MAKAN. RUMAH PRABU. MALAM

 

Makanan di meja makan sebagian besar sudah habis. Hanya tersisa sedikit hidangan.

NANA

Minggu depan Erland sama ibunya mau ke sini. Mereka mau ketemu Mas Prabu buat ngelamar aku.

 

PRABU

(Melotot pada Nana)

APA? Ngelamar?

 

NANA

(Mukanya tampak tenang)

Iya.

 

PRABU

Jadi, kamu masih ketemuan sama orang itu?

 

NANA

Bukannya Mas pengen aku cepet-cepet nikah. Sekarang udah ada orang yang serius, Mas malah sewot.

 

PRABU

Mas emang mau kamu nikah, tapi nggak sama cowok itu juga, Na.

Nana dan Prabu tampak berdebat, sementara Ratih memilih untuk membawa piring-piring kotor ke dapur.

 

CUT TO

 

98.  INT. KAMAR PRABU. RUMAH PRABU. MALAM

 

Ratih duduk di pinggir ranjang dan Prabu merebahkan diri di sampingnya. Prabu meletakkan kepalanya di pangkuan Ratih. Ratih mengusap lembut kepala Prabu.

RATIH

Aku tau apa yang Mas rasain dan Mas pikirin, tapi Mas pernah nggak mikirin perasaannya Nana?

 

PRABU

Karena aku mikirin dia, makanya aku rela repot ngurusin semuanya.

 

RATIH

Tapi itu bukan buat Nana, Mas. Itu buat muasin rasa takutmu sendiri.

 

PRABU

(Bangkit dan duduk menghadap Ratih)

Maksud kamu?

 

RATIH

(Tersenyum)

Mas inget nggak gimana kita bisa nikah akhirnya?

CUT TO

 

99.  INT. DEPAN KAMAR NANA. RUMAH PRABU. PAGI

 

Prabu dan Nana berdiri di depan kamar Nana. Prabu menatap intens pada adiknya, sementara Nana terlihat malas dan membuang muka.

PRABU

Kamu udah pikirin segala risikonya dari keputusan kamu itu?

 

NANA

(Melihat Prabu, lalu mengangguk)

Udah.

 

PRABU

(Melembutkan suaranya)

Menikah itu bukan mainan, Na. Ada banyak tanggung jawab yang mengikuti setelahnya. Mas nggak mau kamu terjebak bersama orang yang salah.

 

NANA

Aku ngerti, Mas. Aku udah pikirin semuanya baik-baik.

 

PRABU

(menggangguk pelan)

Oke. Jam berapa Erland sama ibunya mau datang?

DISSOLVE TO

 

100. MONTAGE (SATU MINGGU KEMUDIAN)

 

1. Momen ketika Erland dan Astuti datang ke rumah Prabu. Mereka saling berkenalan, kemudian tampak berbicara serius di ruang tamu.

2. Erland menyematkan sebuah cincin di jari manis kiri Nana. Astuti mencium kening Nana dan memeluknya. Prabu dan Ratih bergantian memeluk Nana. Astuti mencium kening Erland dan memeluknya.

3. Mereka pindah ke ruang makan untuk santap siang bersama.

4. Erland dan Astuti pamit pulang. Nana mengantar sampai teras

 

DISSOLVE TO


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar