Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
91. INT. RUANG TAMU. RUMAH ERLAND. SIANG
Nana dan Astuti tampak serius mengobrol. Setelah beberapa saat, mata Astuti tampak berkaca-kaca dan terlihat bahagia. Dia memegang salah satu pipi Nana sembari menatapnya.
ASTUTI
Terima kasih, Na. Terima kasih. Ibu nggak tau gimana caranya buat bales kebaikan kamu.
NANA
Aku lakuin semua ini ikhlas, Bu.
ASTUTI
Ibu juga akan bujuk Alan.
Tidak lama kemudian Erlan muncul.
ERLAND
Bujuk ngapain?
Astuti memanggil Erland untuk duduk di dekatnya dengan isyarat tangan. Erland menurut. Astuti tampak bercerita pada Erland soal apa yang dikatakan Nana tadi.
ERLAND (CONT’D)
Kayakanya aku nggak punya pilihan.
(Menghela napas sambil melihat Nana)
Aku setuju dengan satu syarat.
NANA
Apa syaratnya?
ERLAND
Kalau pengobatan itu nggak berhasil, kamu nggak boleh ke sini lagi dan kita nggak akan pernah ketemu lagi. Gimana?
NANA
Deal!
CUT TO
92. INT. RUANG DR SASMITA. RUMAH SAKIT. SIANG
Erland tampak mengobrol serius di ruangan DR.SASMITA (55).
DR.SASMITA
Karena kamu sudah lama nggak ke sini, saya harus melakukan screening terlebih dahulu. Rileks aja kayak biasa. Anggap lagi ngobrol sama teman lama dan jangan pikirin macem-macem.
Erland tampak menarik napas sambil memejamkan mata. Setelah merasa siap, dia pun mengangguk pada dr.Sasmita.
DR.SASMITA (CONT’D)
Apa ketakutan yang masih menghantuimu?
ERLAND
Aku takut akan melakukan KDRT kayak Bapak.
DR.SASMITA
Kenapa kamu berpikir begitu?
ERLAND
Omongan yang aku denger tiap hari, kalau anak korban KDRT akan jadi pelaku nantinya.
DR.SASMITA
Apa masih ada orang yang ngomong gitu ke kamu?
ERLAND
Enggak ada, tapi waktu aku terima paket yang berisi berita tentang kasus KDRT dan efeknya pada anak, aku makin kepikiran.
DR.SASMITA
CUT TO
93. MONTAGE
Erland mulai rutin mengunjungin dr.Sasmita dan melakukan terapi. Terlihat dari pakaian Erland dan dr.Sasmita yang berubah-ubah. Setelah beberapa kali kunjungan, tampak Erland mulai tidak nyaman ketika berada di kursi panjang.
CUT TO
94. INT. KAMAR NANA. RUMAH PRABU. SORE.
Nana baru masuk kamar setelah membeli camilan untuk teman menulisnya. Dia meletakkan beberapa bungkusan camilan dan juga es cokelat di mejanya. Tidak lama ponselnya berbunyi. Erland menelepon.
NANA
Iya, Land?
ERLAND (O.S)
Aku nggak akan terapi lagi karena cuma buang waktu aja.
NANA
Lho, kenapa emangnya?
ERLAND (O.S)
Aku udah lakuin yang kamu mau dan nggak berhasil. Artinya kamu nggak usah muncul lagi.
NANA
Tapi, Land ….
Erland mematikan telepon. Nana menelepon Erland lagi, tapi ponsel Erland tidak aktif. Nana jadi kesal.
CUT TO
95. INT. RUANG TAMU. RUMAH ERLAND. SIANG/SORE
Nana sedang mengetik di ruang tamu Erland. Di meja terdapat satu teko air putih dan sebuah gelas. Juga ada setoples camilan. Astuti sempat menemani Nana beberapa saat.
NANA
Ibu istirahat aja di kamar. Kerjaanku tiap hari kayak gini, jadi nggak perlu ditemenin.
ASTUTI
Beneran nggak apa-apa kalau Ibu tinggal.
NANA
Iya, Bu. Aku malah nggak enak kalau Ibu nungguin. Lagian aku harus ketemu dan ngomong sama Erland.
ASTUTI
Ya sudah. Kalau begitu Ibu masuk dulu ya.
Astuti pergi ke arah kamarnya dan Nana melanjutkan tulisannya. Jam dinding berputar cepat dan akhirnya menunjukkan pukul 17.30. Erland pun akhirnya pulang. Wajahnya tampak tak senang melihat Nana di rumahnya. Astuti keluar setelah mendengar suara motor Erland.
ASTUTI
Nana sudah nungguin kamu dari tadi.
ERLAND
(Ketus)
Biarin aja. Aku nggak suruh dia nunggu.
ASTUTI
Kalian ngobrol aja. Ibu mau ambil makanan, tadi sudah pesan sama Bu Ernah.
CUT TO
96. INT. RUANG TAMU/DEPAN KAMAR ERLAND. RUMAH ERLAND. SORE
Setelah melihat Ibunya pergi, Erland hendak masuk ke kamarnya. Nana buru-buru bangun dan menahan Erland.
NANA
Aku mau ngomong sama kamu.
ERLAND
Nggak ada yang perlu diomongin lagi.
NANA
(Kesal)
Aku nggak nyangka kalau seorang Erland itu cemen. Bisanya lari dari masalah.
Erland tampak tidak peduli dan mulai berjalan ke kamarnya.
NANA (CONT’D)
(Bersedekap)
Nyesel aku buang-buang waktu sama cowok lemah. Pantesan aja nggak berani menata masa depan, menghadapi masa lalu aja nggak bisa.
Erland tetap masuk ke kamarnya dan menutup pintu. Nana buru-buru menyusul.
NANA (CONT’D)
(Bersedekap)
Kamu egois, Land. Kamu nggak tau seberapa pengennya Ibu liat kamu bebas dari ketakutan masa lalu. Kamu nggak kasian sama dia?
Erland membuka pintu kamar dan mendekati Nana.
ERLAND
Jangan bawa-bawa Ibu.
NANA
(Menantang)
Kenapa?
ERLAND
(Menatap mata Nana)
Kalau rasa takutku buat nyelakain cewek yang aku sayang kamu anggap lemah, iya, aku lemah.
Kamu pikir cinta doang cukup untuk memulai hubungan serius?
NANA
(Melunak)
Tapi selama ini kamu nggak pernah emosian. Kamu bisa mengendalikan diri. Jangankan main tangan, ucapan kasar aja nggak pernah keluar dari mulut kamu.
ERLAND
Itu karena kita jarang ketemu. Ada banyak hal yang aku pikirin dan lakuin selain ketemu sama kamu. Kamu ngerti nggak sih kondisinya?
NANA
Ya udah. Kalau gitu kita nikah aja.
CUT TO
97. INT. RUANG MAKAN. RUMAH PRABU. MALAM
Makanan di meja makan sebagian besar sudah habis. Hanya tersisa sedikit hidangan.
NANA
Minggu depan Erland sama ibunya mau ke sini. Mereka mau ketemu Mas Prabu buat ngelamar aku.
PRABU
(Melotot pada Nana)
APA? Ngelamar?
NANA
(Mukanya tampak tenang)
Iya.
PRABU
Jadi, kamu masih ketemuan sama orang itu?
NANA
Bukannya Mas pengen aku cepet-cepet nikah. Sekarang udah ada orang yang serius, Mas malah sewot.
PRABU
Mas emang mau kamu nikah, tapi nggak sama cowok itu juga, Na.
Nana dan Prabu tampak berdebat, sementara Ratih memilih untuk membawa piring-piring kotor ke dapur.
CUT TO
98. INT. KAMAR PRABU. RUMAH PRABU. MALAM
Ratih duduk di pinggir ranjang dan Prabu merebahkan diri di sampingnya. Prabu meletakkan kepalanya di pangkuan Ratih. Ratih mengusap lembut kepala Prabu.
RATIH
Aku tau apa yang Mas rasain dan Mas pikirin, tapi Mas pernah nggak mikirin perasaannya Nana?
PRABU
Karena aku mikirin dia, makanya aku rela repot ngurusin semuanya.
RATIH
Tapi itu bukan buat Nana, Mas. Itu buat muasin rasa takutmu sendiri.
PRABU
(Bangkit dan duduk menghadap Ratih)
Maksud kamu?
RATIH
(Tersenyum)
Mas inget nggak gimana kita bisa nikah akhirnya?
CUT TO
99. INT. DEPAN KAMAR NANA. RUMAH PRABU. PAGI
Prabu dan Nana berdiri di depan kamar Nana. Prabu menatap intens pada adiknya, sementara Nana terlihat malas dan membuang muka.
PRABU
Kamu udah pikirin segala risikonya dari keputusan kamu itu?
NANA
(Melihat Prabu, lalu mengangguk)
Udah.
PRABU
(Melembutkan suaranya)
Menikah itu bukan mainan, Na. Ada banyak tanggung jawab yang mengikuti setelahnya. Mas nggak mau kamu terjebak bersama orang yang salah.
NANA
Aku ngerti, Mas. Aku udah pikirin semuanya baik-baik.
PRABU
(menggangguk pelan)
Oke. Jam berapa Erland sama ibunya mau datang?
DISSOLVE TO
100. MONTAGE (SATU MINGGU KEMUDIAN)
1. Momen ketika Erland dan Astuti datang ke rumah Prabu. Mereka saling berkenalan, kemudian tampak berbicara serius di ruang tamu.
2. Erland menyematkan sebuah cincin di jari manis kiri Nana. Astuti mencium kening Nana dan memeluknya. Prabu dan Ratih bergantian memeluk Nana. Astuti mencium kening Erland dan memeluknya.
3. Mereka pindah ke ruang makan untuk santap siang bersama.
4. Erland dan Astuti pamit pulang. Nana mengantar sampai teras
DISSOLVE TO