Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Di ruangan yang tidak terlalu besar, terdapat sebuah ranjang yang terbuat dari kayu yang diukir. Di sampingnya ada sebuah meja rias dengan jenis kayu yang sama. Dindingnya berwarna off white sehingga menimbulkan kesal sederhana, tapi elegan. Di sisi lain, terdapat sebuah lemari kayu besar. Salah satu pintunya dilapisi kaca panjang.
Nana duduk di pinggir ranjang, menunggui Astuti yang sedang mengambil sesuatu dari lemari. Tidak lama kemudian, Astuti mendekati Nana sambil membawa sesuatu. Astuti duduk bersebelahan dengan Nana, kemudian menyodorkan sebuah gelang pada gadis itu.
NANA
(Merasa bingung)
Ini apa, Bu?
ASTUTI
Ini gelang yang Ibu dapet dari mertua ibu, neneknya Alan, sebelum Ibu menikah. Sekarang, gelang itu Ibu kasih ke kamu.
NANA
(Melotot, lalu mengembalikan gelang itu)
Maaf, Bu. Aku nggak bisa terima itu. Ibu harusnya kasih gelang itu ke orang yang tepat. Orang yang akan jadi pendamping Erland nantinya.
ASTUTI
(Tersenyum)
Perasaan Ibu bilang kalau kamu adalah orang yang tepat.
NANA
(Bingung dan canggung)
Aku sama Erland baru kenal, Bu. Belum tau akan jadi seperti apa nantinya.
ASTUTI
(Menunduk sambil memegang benda itu, kemudian melihat Nana)
Kamu tau kenapa Ibu mau kasih gelang ini ke kamu?
NANA
(Menggeleng)
Enggak, Bu.
ASTUTI
Ibu tau luka Aan karena berkelahi dan bukan jatuh dari motor. Ibu duga dia berkelahi dan ada kaitannya sama kamu.
NANA
(Menunduk karena merasa bersalah)
Ibu bener. Erland luka karena berantem. Dia belain aku dari cowo yang mau jahatin aku semalam.
Aku ke sini mau lihat kondisinya Erland, sekaligus minta maaf.
ASTUTI
(Tersenyum)
Kenapa kamu harus minta maaf? Memangnya kamu yang pukul dia?
NANA
(Menggeleng)
Tapi dia luka tetap karena aku, Bu.
ASTUTI
Itu yang bikin Ibu makin yakin.
Nana diam. Dia bingung mau berkata apa lagi, yang jelas dia tidak mungkin menerima benda berharga seperti itu.
ASTUTI (CONT’D)
Kayaknya umur Ibu nggak lama lagi, Na.
Kalau Ibu pergi, nanti Alan sendirian.
NANA
(Kaget)
Kok Ibu ngomongnya gitu?
ASTUTI
(Dengan mata berkaca-kaca)
Ibu udah lama sakit. Udah berobat ke sana-sini dan hasilnya masih sama. Ibu takut ninggalin Alan sendirian.
NANA
Maaf, kalau aku lancang. Ayahnya Erland di mana, Bu?
ASTUTI
Ayahnya sudah meninggal lama.
NANA
(Merasa tidak enak)
Aku turut berduka. Ayahnya Erland pasti orang baik.
Astuti hanya tersenyum tipis mendengar ucapan Nana tentang suaminya.
PARALEL CUT TO
52. INT. RUANG TAMU/DEPAN KAMAR ASTUTI. RUMAH ERLAND. SIANG.
Erland masuk sambil menenteng dua kantong plastik yang berisi aneka sayuran mentah, daging ayam, dan bumbu-bumbu. Dia menoleh ke sofa dan tidak mendapati Astuti dan Nana. Erland berjalan menuju dapur, tapi dia mendengar suara orang mengobrol di dalam kamar Astuti. Erland pun berhenti di dekat pintu.
Erland menguping pembicaraan Astuti dan Nana. Awalnya Erland biasa saja, tapi saat Nana bertanya soal ayahnya, Erland mengepalkan tangan dan wajahnya tampak kesal.
ERLAND
(Setengah berteriak)
Bu! Ini bahan-bahannya.
CUT TO
53. INT. KAMAR ASTUTI. RUMAH ERLAND. SIANG.
Astuti dan Nana terkejut dengan teriakan Erland. Keduanya bangun dari duduk. Astuti menyodorkan gelangnya lagi pada Nana.
ASTUTI
Kamu simpan ini. Ibu akan sedih dan kecewa kalau kamu tolak.
(Menggenggamkan gelangnya pada Nana)
Ayo kita ke depan. Alan pasti bingung kita nggak ada.
CUT TO
54. INT. RUANG TAMU. RUMAH ERLAND. SIANG.
Astuti dan Nana kembali dari ke ruang tamu dari arah kamar Astuti, sementara Erland muncul dari arah dapur.
ERLAND
Belanjaannya udah aku taro dapur.
ASTUTI
Ibu masak, kamu temenin Nana ngobrol.
ERLAND
Aku bantuin masak biar Ibu nggak kecapean.
CUT TO
55. MONTAGE
1. Astuti dan Erland sibuk memasak di dapur. Erland mencuci bahan-bahan dan Astuti mengolahnya.
2. Nana membantu menyiapkan piring di meja
3. Astuti mencicipi masakan, lalu menuang ke mangkuk dan piring.
4. Erland membawa makanannya ke meja.
5. Astuti, Nana, dan Erland makan bersama. Nana makan dengan lahap.
6. Erland membawa piring kotor ke wastafel dan Nana mencuci piring.
CUT TO
56. INT. RUANG TAMU. RUMAH ERLAND. SORE.
NANA
Aku pamit ya, Bu. Terima kasih makan siangnya. Maaf aku ngerepotin.
ASTUTI
Ibu malah senang kalau kamu sering main ke sini.
NANA
Kalau aku sering ke sini nanti timbanganku naik. Masakan Ibu enak-enak. Aku sampe nggak berhenti makan.
ASTUTI
(Tertawa)
Kamu hati-hati di jalan ya. Ibu mau istirahat langsung.
Pinggang tua maunya tiduran.
NANA
Ibu sehat-sehat ya.
(mencium punggung tangan Astuti)
ASTUTI
Lan, temenin Nana.
ERLAND
Iya, Bu.
Astuti berjalan menuju kamarnya. Setelah pintu kamar tertutup, Erland melihat pada Nana.
ERLAND (CONT’D)
Aku mau ngomong di depan.
CUT TO
57. EXT. TERAS. RUMAH ERLAND. SORE.
Nana dan Erland cukup jauh dari pintu. Nana sudah mengenakan jaket.
ERLAND
Aku denger apa yang Ibu omongin sama kamu di kamarnya.
Aku harap kamu nggak anggap omongan Ibu serius.
NANA
(Bingung)
Maksud kamu?
ERLAND
Ibu emang pengen aku cepet dapet pendamping dan dia nyangkain kamu orangnya.
Aku nggak mau kamu berharap lebih dari sikap Ibu.
NANA
(Menyeringai dan sedikit tersinggung)
Geer kamu. Aku bersikap kayak tadi bukan karena apa yang Ibu kamu bilang. Enggak mungkin aku diem aja, sementara Ibu kamu udah baik banget.
ERLAND
(Memalingkan wajah sambil narik napas)
Terus … kamu ke sini mau ngapain?
NANA
Lho, kan tadi pas baru dateng aku udah kasih tau.
Aku ke sini mau liat keadaan kamu. Aku mau bilang terima kasih, sekaligus nyampein permintaan maaf kakakku.
ERLAND
(Mengangguk)
Maaf diterima.
(Jeda)
Enggak ada urusan lain kan?
NANA
(Kesal)
Woles, Bro. Gue juga mau pulang.
Erland kaget mendengar Nana yang biasa ber aku-kamu, jadi gue-lo. Nana tidak peduli dengan reaksi Erland. Dia langsung menuju motornya dan memakai helm. Pada saat ingin menaiki motornya, Nana teringat sesuatu. Dia merogoh tasnya dan mencari sesuatu. Setelah mendapatkannya Nana turun dan berjalan menghampiri Erland.
NANA (CONT’D)
(Menyerahkan gelang Astuti)
Tadi Ibu yang maksa ngasih. Gue nggak enak kalau balikin ke Ibu, jadi gue kasih ke aja.
Ibu bilang itu buat calon menantunya.
Nana langsung berbalik dan pergi dengan motornya. Erland masih mematung walaupun Nana sudah tidak terlihat. Erland melihat gelang di tangannya, lalu melihat ke arah Nana pergi.
CUT TO
58. INT. KAMAR ASTUTI. RUMAH ERLAND. SORE.
Erland melongokkan kepala di pintu kamar Astuti. Ibunya sedang berbaring miring ke arah pintu dan matanya masih terbuka. Erland pun masuk dan mendekati Astuti, lalu berjongkok di lantai di samping ranjang.
ERLAND
Ibu nggak jadi tidur?
ASTUTI
(Mengubah posisinya jadi duduk, lalu menepuk kasur di dekatnya)
Duduk sini, Lan.
(Jeda)
Nana udah pulang?
ERLAND
(Mengangguk)
Apa yang Ibu rasain sekarang?
ASTUTI
Ibu seneng, Lan. Ibu suka sama Nana.
ERLAND
(Menunduk sebentar)
Jadi, kapan Ibu mau operasi?
Aku udah ikutin persyaratan Ibu dengan ikut Love Apps dan kenalin Nana.
ASTUTI
Ibu kayaknya nggak perlu operasi, Lan.
Ibu ngerasa udah jauh lebih sehat sekarang.
DISSOLVE TO
59. MONTAGE
1. Keseharian Nana di rumah. Mengetik di kamar, keluar kamar ambil minum dan camilan, atau mengetik di ruang tamu.
2. Keseharian Erland di kafe. Saat sedang membantu melayani pelanggan, meeting dengan klien di kafe, membuat laporan dengan laptop.
Semua adegan itu dilakukan berulang-ulang dengan pakaian berbeda untuk menegaskan kalau hal tersebut dilakukan berhari-hari.
CUT TO
60. INT. RUANG TAMU. RUMAH PRABU. MALAM.
Nana sedang mengetik dengan laptopnya di depan TV. Jam dinding menunjukkan pukul 21.30. Prabu muncul dan duduk di sofa single.
PRABU
Lagi ada deadline?
NANA
(Sambil mengetik)
Iya.
PRABU
Enggak ada jadwal ketemuan sama cowok aplikasi?
NANA
(sambil mengetik)
Siapa?
PRABU
Siapa tuh namanya? Elang, Alan, atau siapa?
NANA
(Sambil mengetik)
Erland.
PRABU
Iya. Erland. Kamu nggak ada rencana ketemuan lagi sama dia?
NANA
(Sambil mengetik)
Aku lagi dikejar deadline, Mas.
Enggak mungkinlah pergi-pergi terus.
Lagian Erland-nya juga sibuk di kafenya.
PRABU
Kok … Mas sangsi ya sama aplikasi itu.
Kamu nggak lagi bohongin Mas kan, Na?
NANA
(Berhenti mengetik dan menoleh pada Prabu)
Bohongin gimana sih, Mas?
Mas kan udah pernah ketemu Erland, waktu dia anterin aku pulang.
(Jeda)
Kalau maksud Mas buat ngobrol sama dia, ya nanti dululah.
Kalau waktunya udah ada, aku pasti minta dia buat nemuin Mas Prabu kok.
Nana tampak kesal, kemudian menutup laptop, bangkit, lalu pergi dengan membawa laptopnya.
DISSOLVE TO