Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Love Apps
Suka
Favorit
Bagikan
2. Bagian 2. Kandidat Meresahkan
11.    INT. KAMAR PRABU. RUMAH PRABU. MALAM.

 

Prabu sedang membaca buku di ranjang saat Ratih masuk kamar. Ratih langsung duduk di samping Prabu dan menyandarkan kepalanya di bahu Prabu.

PRABU

Gimana? Nana kenapa? Dia cerita apa? Kamu bisa bujuk dia nggak?

Ratih mengangkat lagi kepalanya dan memandang Prabu dengan sinis sambil manyun.

RATIH

Kalau Mas segitu keponya, kenapa nggak Mas aja yang tanya sendiri ke Nana. Toh Nana adiknya Mas kan?

Prabu menaruh bukunya, lalu tersenyum pada Ratih.

PRABU

Istriku kalau ngambek lucu juga ya.

 

RATIH

Gombalannya nggak ada yang lain? Enggak kreatif banget!

 

PRABU

(Tertawa)

Suamimu ini bukan tukang gombal, Sayang.

Ratih bercerita pada Prabu semua yang dikatakan Nana padanya. Ekspresi Prabu berubah-ubah. Mengernyit, tersenyum, dan juga tertawa, tapi juga dingin dan datar pada akhirnya.

PRABU (CONT’D)

Jadi … kamu nggak bujuk Nana?

 

RATIH

Mas, jangan maksa Nana lagi buat ketemu sama siapa pun yang dia nggak mau. Dengan dia ikut acara itu aja, bisa dibilang kemajuan.

 

PRABU

Ada beberapa hal yang harus dipaksa.

 

RATIH

Oke. Kalau gitu … kapan kita temuin dr.Sintia?

Prabu tampak menarik napas panjang dan terlihat tidak ingin menjawab.

RATIH (CONT’D)

Kapan, Mas?

 

PRABU

Ada beberapa hal yang nggak bisa dipaksa.

Prabu pun bangkit dan keluar kamar.

RATIH

Kamu egois, Mas.

CUT TO

 

12.    MONTAGE

 

Nana tetap melakukan rutinitasnya setiap hari.

1. Nulis naskah seharian di kamar. Setiap satu jam sekali dia bangkit dari kursinya dan melakukan peregangan ringan, lalu kembali nulis.

2. Nana sarapan atau makan malam dengan Prabu dan Ratna sambil mengobrol.

3. Nana masak mi instan atau membuat kopi di sela-sela nulis naskah. Terkadang menyapu dan mengepel di saat rumah sepi.

4. Nana membaca buku di sofa atau kamar tidurnya.

5. Menelepon seseorang atau berbalas pesan.

Semua adegan itu dilakukan dengan kostum yang berbeda-beda untuk menunjukkan kesan dilakukan berulang-ulang dalam beberapa hari.

 

CUT TO

 

13.    INT. KAMAR NANA. RUMAH PRABU. MALAM.

 

Jam dinding di menunjukkan pukul 21.10 waktu Nana baru saja menutup laptopnya. Dia meraih salah satu novel yang belum selesai dibaca. Nana membawa buku itu ke ranjangnya, mengatur posisi duduk, kemudian menaruh bantal di pangkuan dan mulai membuka bukunya. Pukul 21.30 ponsel Nana berbunyi. Nana meraih ponselnya, tampak nama Danuarta. Nana mengembuskan napas sebal.

NANA

(Malas)

Halo.

 

DANU (O.S)

Belom tidur? Begadang lagi?

 

NANA

Enggak. Ini lagi baca dulu. Bentar lagi mau tidur. Ada apa, Dan?

 

DANU (O.S)

Kamu besok beneran mau ketemu sama orang itu?

 

NANA

Ya iyalah. Kan emang besok jadwal ketemu sama dia. Kenapa sih?

 

DANU (O.S)

Kamu tuh keras kepala ya! Kamu cuma buang-buang waktu aja tau nggak. Dia nggak bakalan dateng dan akhirnya kamu nyesel sendiri.

 

NANA

(Kesal)

Denger ya, Dan! Si Andri mau dateng atau nggak, aku nggak peduli. Yang jelas aku udah lakuin apa yang jadi kewajibanku. Kalaupun dia nggak dateng, aku juga nggak bakal gimana-gimana. Kenapa kamu yang repot sih?

 

DANU (O.S)

Aku begini karena mikirin kamu, Na.

(Jeda)

Kamu nggak usah buang-buang waktu buat nemuin dua kandidat lainnya. Kamu tinggal bilang aja ke penyelenggara kalau kamu udah nemuin orang cocok, yaitu aku. Simple kan?

Nana tidak menjawab dan memilih langsung mematikan ponselnya. Dia kembali membaca buku, tapi baru sebentar dia menutup lagi bukunya dan menaruhnya sembarangan.

NANA

Si Danu stress kali ya? Kok ada manusia se-pede itu. Kalaupun gue harus milih dari tiga kandidat, Danu nggak bakal jadi pilihan. Amit-amit deh.

Nana mengatur bantal dan bersiap tidur.

 

CUT TO

 

14.    INT. KAFE PASTA. MALAM.

 

ESTABLISH : Jalanan malam Jakarta yang ramai dengan kendaraan. Suasana jalanan di depan kafe, juga di dalam kafe yang banyak didominasi pasangan muda.

 

Nana yang mengenakan kaos putih polos dengan luaran cardigan berwarna navy yang dipadukan dengan skinny jeans berwarna sama, duduk di salah satu sudut kafe. Di mejanya ada piring pasta yang isinya sudah habis dan milkshake cokelat yang hanya tersisa sedikit. Nana melihat jam di ponselnya, lalu tampak menelepon seseorang. Sudah satu jam dia di kafe itu dan Andri tidak muncul juga, bahkan tidak bisa dihubungi. Nana pun menelepon JAYA (33) staf dari Love Aps.

NANA

Malam, Mas Jaya. Ini saya, Denada. Saya udah ada di kafe dan udah nungguin Mas Andriansyah se jam. Sampai sekarang dia belum datang dan nggak bisa dihubungi. Kalau saya pulang, saya nggak menyalahi aturan dong?

 

JAYA (O.S)

Malam, Mbak Denada. Mohon maaf sebelumnya. Apa Mbak bisa menunggu sebentar lagi? Lima sampai sepuluh menit. Saya dan tim akan coba cari tau dulu.

 

NANA

Oke. Sepuluh menit ya. Kalau nggak ada konfirmasi, saya langsung pergi.

 

JAYA (O.S)

Iya, Mbak Denada. Saya minta maaf sekali dan terima kasih atas kesediaannya untuk menunggu.

Nana kembali menunggu. Dia memperhatikan pemandangan di luar kafe melalui jendela. Tidak lama kemudian ponsel Nana bergetar. Nama Jaya Love Apps tertera di layar.

NANA

Gimana, Mas?

 

JAYA (O.S)

Mbak Nana diizinkan untuk pulang dan hal itu nggak akan menyalahi aturan. Mas Andriansyah yang akan kami kenakan pinalti atas kelalaiannya. Sekali lagi saya minta maaf.

Nana menghabiskan minumannya sebelum meninggalkan kafe.

 

CUT TO

 

15.    EXT. HALAMAN. RUMAH PRABU. MALAM.

 

Nana baru menutup pintu pagar dan bersiap untuk masuk ke rumah saat ponselnya bergetar. Nana meraih benda itu dari sakunya. Alisnya langsung berkerut saat melihat nama Danuarta di layar. Nana membiarkannya sampai terputus sendiri, tapi Danu kembali menelepon. Akhirnya Nana pun menerimanya.

NANA

Iya?

 

DANU (O.S)

Kamu udah sampai rumah?

 

NANA

(Malas)

Hmm.

 

DANU (O.S)

Dia nggak dateng kan?

 

NANA

(Malas)

Hmm.

 

DANU (O.S)

Apa aku bilang. Kamu sih nggak percaya. Coba kalau kamu dengerin aku. Kamu nggak bakal kayak sekarang.

 

NANA

Emangnya kenapa? Kan masih ada orang berikutnya.

 

DANU (O.S)

(Kesal)

Kamu tuh keras kepala ya, Na! Padahal kamu tinggal bilang dan kita bisa langsung ke tahap berikutnya. Aku udah bantuin kamu milih, tapi kamu malah maunya yang susah.

 

NANA

Lho! Kok kamu jadi ngatur-ngatur?

 

DANU (O.S)

Jangan coba-coba uji kesabaranku ya, Na.

 

NANA

(Suara sedikit tinggi)

Lo ngancem gue?

 

DANU (O.S)

Itu sih terserah kamu mau anggap gimana.

 

NANA

Denger ya, Dan. Gue capek dan gue nggak mau debat. Mendingan lo urus aja urusan lo sendiri. Oke.

Nana memutus sambungan dan menyimpan lagi ponselnya di saku. Nana diam sebentar dan mengatur napasnya. Dia tidak ingin diinterogasi lagi seperti yang sebelumnya, jadi dia akan berpura-pura kalau pertemuannya berjalan lancar.

 

CUT TO

 

16.    INT. RUANG MAKAN. RUMAH PRABU. MALAM.

 

Nana membuka bungkusan berisi udang saos padang, cumi goreng tepung, ikan gurame bakar, dan tumis kangkung di meja makan. Sementara Prabu dan Ratih hanya diam dan menunggu. Terkadang menghidu aroma sedap dalam-dalam.

RATIH

Mbak bantuin ya, Na.

 

NANA

Enggak usah. Kan aku udah bilang, Mbak Ratih sama Mas Prabu, duduk manis aja. Hari ini aku yang siapin makan malamnya.

 

PRABU

Kamu duduk di sini aja, Dek. Sekali-kali biarin Nana yang siapin semuanya. Royaltinya baru cair tuh kayaknya.

Setelah semua makanannya siap, Nana, Prabu, dan Ratih pun mulai makan malam dengan santai.

RATIH

Udangnya enak. Masih seger kayaknya. Mana gede-gede lagi. Beli di seafood mana?

 

NANA

Yang di kompleks Berlian. Rame banget, Mbak. Kayaknya emang terkenal deh.

 

PRABU

Iya, enak. Sering-sering traktir seafood begini ya.

 

RATIH

Oiya, Na. Gimana pertemuannya kemarin? Perasaan kamu belum cerita sama, Mbak.

Nana sedikit tersedak dan terbatuk. Dia buru-buru menenggak air putih. Setelahnya dia masih terbatuk-batuk kecil.

RATIH

(Merasa bersalah)

Aduh! Maafin Mbak ya, Na. Harusnya Mbak nggak nanyain itu sekarang.

 

NANA

Ih, enggak apa-apa lagi, Mbak. Lagian emang belum ada yang mau diceritain kok.

 

RATIH

Kalau dibandingin sama yang pertama, mendingan mana?

 

NANA

(Tertawa canggung)

Sama-sama ajaib sih, Mbak. Masih terlalu cepet buat banding-bandingin dua orang itu. Kan baru ngobrol sekali. Lagian juga aku masih harus ketemu sama kandidat ketiga.

Di saat Nana dan Ratih mengobrol, Prabu tetap fokus sama makanannya. Ketika nasi dan lauk di piringnya sudah habis, Prabu melihat Nana dengan tatapan intens. Nana menyadari tatapan itu.

NANA (CONT’D)

Kenapa, Mas?

 

PRABU

Mas udah reschedule pertemuanmu sama kenalannya Mas. Orangnya nggak keberatan. Jadi, Mas harap kamu nggak berulah.

 

NANA

Tapi, Mas ….

 

PRABU

(Bangkit dari duduknya)

Thanks traktirannya ya.

Prabu pergi meninggalkan Nana dan Ratih. Nana menoleh ke Ratih yang dibalas dengan senyum canggung.

 

CUT TO

 

17.    EXT. HALAMAN. RUMAH PRABU. PAGI.

 

Ratih sudah ada di dalam mobil, sedangkan Prabu dan Nana berdiri di samping mobil. Wajah keduanya tampak serius.

NANA

Mas, plis, dong! Aku nggak ngada-ngada. Bukannya aku cari alasan untuk menghindar, tapi emang kondisinya sekarang nggak memungkinkan.

 

PRABU

Karena aplikasi itu?

 

NANA

Kan aku udah tunjukin ke Mas Prabu waktu itu. Karena aku udah terpilih, aku nggak bisa nemuin cowok lain di luar kandidat dari aplikasi itu.

 

PRABU

(Bersedekap)

Mas nggak ngerti sama jalan pikiran kamu.

(Jeda)

Kamu lebih percaya sama aplikasi itu dari pada masmu sendiri.

 

NANA

(Sedikit frustrasi)

Bukannya begitu, Mas. Tapi orang-orang yang terpilih itu sesuai sama kriteria yang aku kasih di aplikasi.

Jadi kemungkinan besar aku cocok sama salah satu di antara mereka itu lebih besar.

 

PRABU

Bullshit! Apa kamu pikir aplikasi itu beneran? Semua datanya bisa direkayasa, Na!

 

NANA

(Memelas)

Plis, Mas. Kasih aku kesempatan sekali ini aja.

Kalau nantinya nggak berhasil, aku bakalan nurutin semua permintaan Mas Prabu. Gimana?

Prabu tidak langsung menjawab. Dia masuk ke mobil dan memasang sabuk pengaman. Nana terus berdiri di samping mobil sambil menatap Prabu dan Ratih bergantian.

PRABU

Kabari Mas kapan kamu bisa temuin kenalan Mas.

Prabu menutup pintu mobil dan langsung pergi.

 

CUT TO

 

18.    INT. KAMAR NANA. RUMAH PRABU. SIANG.

 

Nana masih serius mengetik di kamarnya sambil mendengarkan musik. Di samping laptopnya, terdapat kopi yang tinggal separuh. Ada juga sebotol air putih yang juga tinggal setengahnya. Terdengar suara notifikasi pesan masuk. Nana meraih ponsel yang tergeletak tidak jauh darinya, lalu menyentuh layar beberapa kali. Ada pesan dari Danu.

 

INSERT-TEXT : Hai, Cantik. Lagi apa?  

 

Nana menaruh lagi ponselnya tanpa membalas. Tidak lama kemudian, Danu menelepon. Nana tetap membiarkannya. Lalu Danu pun mengirimkan pesan lain.

 

INSERT-TEXT : Lagi sibuk, ya? Sori ganggu. Btw, aku cuma mau ingetin. Jangan ketemuan sama Erland atau kamu bakalan nyesel.

 

Nana menaruh ponselnya dengan kasar di meja, lalu melanjutkan menulis. Tapi setelah beberapa saat, jari-jari Nana hanya diam di keyboard dan dia tidak bisa melanjutkan pekerjaannya.

NANA

Sialan tuh cowok.

(Menutup laptopnya)

Belum apa-apa udah main perintah. Pake ngancem lagi.

Nana mengambil lagi ponselnya, mencari nomor telepon sahabatnya, WIDYA (28).

NANA

Wid, sibuk nggak?

 

WIDYA (O.S)

Masih ada dua pasien. Kenapa?

 

NANA

Maksi bareng yuk! Gue jalan sekarang ya.

 

WIDYA (O.S)

Roman-romannya ada yang baru dapet royalty nih?

Pesen yang mahal boleh dong.

 

NANA

Terserah lo deh.

 

WIDYA (O.S)

Oke cah kangkung.

CUT TO  

 

19.    INT. RESTORAN PADANG. SIANG.

 

ESTABLISH : Suasana restoran padang yang cukup ramai pengunjung.

 

Nana dan Widya duduk berseberangan di sudut restoran. Makanan di piring masing-masing sudah nyaris habis. Nana makan dengan lahap sampai pipinya menggelembung.

WIDYA

Penulis kalau stres dikejar deadline, makannya kayak orang kesurupan, ya?

 

NANA

(Dengan mulut penuh)

Gue emang stres, tapi bukan karena deadline.

 

WIDYA

Pasti soal blind date dari Mas Prabu.

Nana mau buka mulut, tapi Widya buru-buru melarangnya.

WIDYA (CONT’D)

Abisin dulu itu yang di mulut, baru ngomong.

Nana mengunyah dengan cepat, lalu meminum air putih beberapa teguk.

NANA

Gara-gara Mas Prabu getol banget nyuruh ketemu sama kenalannya, gue jadi ikutan Love aps ….

 

WIDYA

(Memotong kata-kata Nana)

Love Aps?

 

NANA

Ih, Widya! Masa lupa? Kan udah gue ceritain. Waktu kepilih juga kan lo duluan yang gue kabarin.

Widya tampak sedang mengingat-ingat sebentar, lalu dia mengangguk.

WIDYA

Iya. Iya. Gue inget. Terus … Mas Prabu masih nyuruh elo buat ketemuan?

Nana manggut-manggut, lalu menyuap lagi nasi ke mulutnya, dan mengunyah dengan cepat, kemudian menelannya.

NANA

Bukan itu aja. Ada orang yang neror gue.

 

WIDYA

(Mengernyit)

Neror gimana? Jangan lebay!

Nana meraih ponselnya, lalu menyodorkannya pada Widya.

NANA

ELo baca sendiri aja deh.

Widya membaca isi pesan yang dikirimkan Danu. Awalnya muka Widya biasa saja, tapi akhirnya keningnya berkerut juga.

WIDYA

Danu ini cowok pertama yang elo temuin dari Love Apps?

Nana mengangguk.

WIDYA (CONT’D)

Kenapa nggak lo laporin aja ke penyelenggara? Biar dia didiskualifikasi.

 

NANA

(Frustrasi)

Masalahnya nggak sesimple itu, Wid.

 

WIDYA

Susahnya di mana? Lo tinggal screen shot ancaman dia sebagai bukti. Beres.

 

NANA

Gue tadinya juga mikir gitu, tapi si Danu ini … gimana ya ngomongnya?

Pokoknya gue ngeri gitu sama dia.

Nana melihat Widya tanpa bicara apa-apa untuk sesaat. Widya pun tidak bertanya dan menunggu Nana menuntaskan kalimatnya.

NANA (CONT’D)

Apa ketakutan gue jadi tambah parah, Wid?

 

WIDYA

(Menggeleng)

Enggak. Ketakutan Elo kali ini wajar kok. Elo punya alasan kuat untuk ngerasa takut.

Wajah Nana jadi lebih santai setelah mendengar penjelasan Widya. Keduanya pun melanjutkan makan sampai di ujung waktu istirahat Widya.

NANA

Thanks banget ya, Bestie. Sori ganggu waktu lo.

 

WIDYA

Apa semua penulis itu lebay, ya? Apa cuma lo doang?

 

NANA

(Tertawa)

Yang jelas, cuma gue penulis yang beruntung. Punya besti psikiater kece, yang bisa konsul kapan aja.

 

WIDYA

Tenang aja. Nanti invoice-nya dikirim ke email ya.

Nana dan Widya tertawa berbarengan. Mereka pun berpisah setelah cipika-cipiki.

 

CUT TO

 

  

20.    INT. RUANG RAPAT. KANTOR LOVE APS. SIANG. (FLASH BACK)

 

Terdengar tepuk tangan meriah dan ucapan selamat yang menggema dari sebuah ruangan. Di dalamnya ada Nana, lima orang pria, dan dua orang kru Love Aps.

KRU 1

Selamat, Mbak Denada.

Anda yang terpilih untuk maju ke tahap selanjutnya.

Terdengar tepuk tangan meriah dan ucapan selamat yang menggema. Nana tersenyum canggung sambil mengangguk. Itu adalah kali pertamanya menghadapi banyak pria sendirian.

KRU 2

Sebelum masuk ke tahap berikutnya, Mbak Denada harus mengeliminasi dua kandidat.

 

KRU 1

Hanya tiga orang dari pria tampan ini yang bisa masuk ke babak berikutnya. Jadi, pilih baik-baik.

 

NANA

Harus pilih sekarang atau gimana?

 

KRU 2

Iya, harus sekarang.

Nanti Mbak Denada akan dikasih waktu untuk kenalan dengan masing-masing kandidat.

CUT TO

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar