Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Love Apps
Suka
Favorit
Bagikan
8. Bagian 8. Stalking
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

71.  INT. KAMAR NANA. RUMAH PRABU. PAGI.

 

Nana yang mengenakan kaos lengan panjang polos dan celana panjang berbahan denim, tampak sedang mematut diri di depan kaca. Dia sedang menguncir rambutnya agar lebih rapi. Tas ransel yang berisi laptop pun sudah siap di mejanya. Ponsel Nana ber bunyi. Setelah menguncir rambut dengan cepat, Nana meraihnya. Nama Erland tertera di layar.

NANA

Iya, Land.

 

ERLAND (O.S)

Kamu beneran mau ke rumah hari ini?

 

NANA

Jadi. Kenapa emangnya?

 

ERLAND (O.S)

Tapi aku nggak di rumah. Aku harus ke kerja. Karyawanku ada yang nggak masuk, jadi aku harus ke kafe.

 

NANA

Ya terus kenapa? Kan aku ke sana emang mau ketemu sama ibu kamu.

 

ERLAND (O.S)

Ya, aku nggak enak aja. Takut nantinya ada salah paham.

 

NANA

Denger ya, Land. Kita kan udah sepakat soal perjanjian tempo hari. Aku mau lepas dari perjodohan yang diatur Mas Prabu dan kamu mau Ibu dioperasi. Kita juga sepakat untuk nggak pake perasaan. Jadi santai aja. Enggak bakal ada yang salah paham.

 

ERLAND (O.S)

Terserah kamulah.

Nana memasukkan ponselnya k etas. Dia pun melihat cermin sekali lagi setelah menggunakan jaket. Nana memanggul ranselnya, lalu keluar kamar.

 

 

CUT TO

 

72.  INT. RUANG TAMU. RUMAH ERLAND. MENJELANG SIANG.

 

Astuti merangkul Nana dan mengajaknya duduk di sofa. Wajah Astuti terlihat bahagia melihat kehadiran Nana.

ASTUTI

Tapi Alan-nya udah berangkat ke kafe, Na.

 

NANA

Aku tau kok, Bu. Sebelum aku ke sini Erland udah kasih tau.

 

ASTUTI

(Tersenyum)

Ibu seneng banget kamu mau ke sini lagi.

 

NANA

Tadinya aku mau ketemu sama editorku, tapi dia mendadak nggak bisa dateng. Jadinya aku mampir dulu aja ke sini. Habis itu aku pulang dan lanjutin nulis di rumah.

 

ASTUTI

Kenapa nggak nulis di sini aja? Temenin Ibu sambil nungguin Alan pulang. Biasanya kalau pergi pagi, sore dia udah pulang.

 

NANA

(Malu-malu)

Masalahnya aku sering lupa segala-galanya kalau sudah fokus nulis.

 

ASTUTI

Ya nggak apa-apa. Yang penting kelihatan orangnya, jadi Ibu nggak kesepian.

Astuti pamit ke dapur, sementara Nana mulai mengeluarkan laptopnya. Tidak lama, Astuti datang dengan membawa nampan berisi teh manis hangat dan camilan. Nana tersenyum dan membantu Astuti untuk menaruh nampan tersebut di meja.

 

CUT TO

 

73.  MONTAGE

 

Nana makin sering mengunjungi Astuti. Awalnya Erland tidak ada, tapi setelah beberapa kunjungan Erland juga ikut menemani Nana menulis. Mereka juga tampak sering mengobrol, baik di ruang tamu atau dapur sambil masak. Nana dan Erland tampak makin akrab satu sama lain.

 

Untuk menegaskan adegan tersebut terjadi berulang dan di waktu berbeda, pakaian Nana, Erland, dan Astuti dibuat berbeda-beda.

 

CUT TO

 

74.  EXT. TERAS. RUMAH PRABU. PAGI.

 

Nana sedang memakai helm, sementara Ratih sedang membetulkan posisi dasi Prabu.

PRABU

Mas liat kamu jadi sering banget pergi sekarang. Ketemuan sama cowok itu?

 

NANA

(Mengangguk)

Kan aku udah bilang. Sambil koordinasi sama editor, ya aku mampir aja.

 

PRABU

Kenapa kamu terus yang samperin sih, Na?

 

NANA

Emangnya salah?

 

PRABU

Enggak salah, tapi nggak pantes aja. Kesannya kamu agresif banget.

 

RATIH

(Mengusap dada Prabu, lalu menggeleng)

Jangan ngomong gitu ah.

 

PRABU

Emang kenyataan. Kalau dia kayak gitu terus, nanti dianggap perempuan ….

 

NANA

(Kesal)

Enggak usah dilanjutin, Mas. Itu karena Mas Prabu yang kolot aja.

(Mendengkus)

Serba salah. Enggak ke mana-mana dipaksa keluar. Aku keluar masih juga salah.

 

PRABU

(Menoleh pada Ratih)

Tuh liat, ipar kamu. Dibilangin kakaknya malah ngelawan.

 

NANA

(Berjalan menuju motornya)

Aku berangkat. Assalamualaikum.


INTERCUT TO

 

75.  EXT. DI DEPAN PAGAR. RUMAH PRABU. PAGI.

 

Danu yang memakai jaket bertudung, masker, dan topi, mengintip aktivitas yang ada di teras rumah Prabu. Dia segera bersembunyi ketika melihat Nana keluar dengan sepeda motornya. Danu membuka maskernya dan menyeringai, sambil terus memperhatikan kepergian Nana.

CUT TO

 

76.  MONTAGE.

 

Rupanya Danu tidak hanya sekali itu mengintip rumah Prabu. Dia sudah melakukannya sejak lama.

 

INSERT SCENE : 57, 61

 

CUT TO

 

77.  INT. KAMAR DANU. RUMAH DANU. MALAM

 

Tampak sebuah ruangan yang tidak terlalu besar dan tampak suram. Ada sebuah ranjang single yang berantakan. Di lantai kamar juga berserakan banyak pakaian, kaleng minuman kosong, dan kertas.

Danu yang mengenakan kaos oblong dan celana pendek sedang memperhatikan laptop di meja dengan wajah serius. Kondisi meja juga berantakan karena banyak barang berserakan di atasnya.

 

CUT TO

 

78.  INT. KAFE. SORE.

 

ESTABLISHED : SUASANA KAFE YANG CUKUP RAMAI. ADA ORANG YANG MASUK DAN KELUAR KAFE.

 

Di salah satu pojok kafe, Nana dan Widya duduk berhadapan. Di meja mereka terdapat dua gelas minuman dingin dan dua potong kue. Keduanya tampak mengobrol seperti biasa, terkadang tertawa, sesekali menyuap kue atau menyeruput minumannya.

WIDYA

Gue seneng liat lo sekarang. Hepi banget kayaknya.

 

NANA

(Tersenyum malu-malu, lalu menyeruput minumannya)

Lo tau nggak, Wid. Gue ikutin saran lo dan gue udah nggak mimpi buruk lagi. Malahan ya, gue makin deket sama Erland.

 

WIDYA

Bagus dong. Tapi deketnya deket aja deket banget?

 

NANA

Ya gimana ya. Bingung juga jelasinnya. Secara dia cowok pertama selain Mas Prabu yang kontekan intens banget sama gue.

 

WIDYA

Lo suka sama dia?

 

Nana terbatuk karena tersedak minuman. Widya bangun dan menepuk pelan punggung Nana.

 

WIDYA (CONT’D)

Biasa aja. Pake keselek segala.

(Kembali ke kursinya)

Jangan-jangan lo beneran suka ya sama Erland?

 

NANA

Gue nggak tau, Wid. Yang gue rasain sih gue seneng kalau chat, teleponan, apalagi bisa ketemu sama dia.

 

WIDYA

(Gemas)

Ya itu namanya lo suka sama dia, Oncom.

 

NANA

(Murung)

Tarolah gue emang suka sama dia, tapi apa dia suka sama gue? Secara kan gue sama dia punya kesepakatan dan nggak boleh pake perasaan.

 

WIDYA

Itu mah gampang. Kalau lo berdua udah sama-sama suka, ngapain masih mikirin perjanjian nggak jelas itu?

 

NANA

Menurut lo, Erland suka sama gue?

 

WIDYA

Kalau dari cerita lo, gue yakin seribu persen kalau dia juga suka sama lo.

CUT TO

 

79.  INT. KAMAR ERLAND. RUMAH ERLAND. MALAM

 

Tampak sebuah ruangan yang tidak terlalu besar. Terdapat sebuah ranjang berukuran single yang rapi. Lantainya juga bersih. Di salah satu sisi dinding terdapat rak gantung yang berisi buku-buku.

 

Erland menatap layar laptop sambil memegangi kepala. Dia bahkan seperti menjenggut rambutnya. Wajahnya tampak frustrasi.

 

CUT TO

 

80.  INT. KAMAR DANU. RUMAH DANU. MALAM

 

Di meja Danu terdapat laptop, gelas kopi kosong, setumpuk kertas yang baru di-print juga dua buah amplop cokelat seukuran HVS. Danu tampak menelepon seseorang, tapi dari raut mukanya tampak kalau orang itu tidak mau menerima panggilangnya. Danu pun mengetikkan pesan.

 

INSERT TEXT to NANA : Aku punya sesuatu buat kamu dan hal itu pasti bisa bikin pikiranmu berubah.

 

Danu menunggu dan Nana tidak kunjung membalas pesannya.

 

INSERT TEXT to NANA : Ini tentang Erland, cowok yang kamu anggap sempurna itu. Kamu pasti nggak akan mau ketemu dia lagi setelah tau kebenarannya.

 

INSERT TEXT from NANA : Kamu nggak kapok ya? Lagian aku nggak peduli. Aku nggak akan percaya kata-kata orang kayak kamu.

 

Danu menyeringai. Dia sudah menduga Nana akan berkata begitu. Danu pun memasukkan beberapa kertas-kertas itu ke dalam amplop. Dia meletakkan dua amplop itu bersisian di meja. Salah satu amplop tertera nama Denada Ayuningtyas dan amplop satunya tertulis nama Erland Pamungkas.

DISSOLVE TO


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar