Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Love Apps
Suka
Favorit
Bagikan
7. Bagian 7. Stop Pura-Pura
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

61.  EXT. TERAS. RUMAH ERLAND. MENJELANG SIANG.

 

Erland menghampiri Nana yang baru turun dari motor. Nana menyodorkan kantong plastik yang berisi buah-buahan.

ERLAND

Maaf ya udah ngerepotin kamu. Tapi aku nggak punya pilihan. Ibu nanyain kamu terus.

 

NANA

Terus kondisi Ibu gimana? Udah ke dokter?

 

ERLAND

(Mengangguk)

Udah. Sekarang mendingan kok.

 

NANA

(sambil jalan bersama Erland menuju ruang tamu)

Kok kamu baru kasih tau aku?

 

ERLAND

Aku nggak enak sama kamu. Takut kamu sibuk. Lagian pas terakhir kamu ke sini kan ….

 

NANA

Ibu di mana sekarang?

 

ERLAND

Di kamar lagi istirahat.

CUT TO

 

62.  INT. KAMAR ASTUTI. RUMAH ERLAND. MENJELANG SIANG.

 

Erland dan Nana berdiri di ambang pintu. Terlihat Astuti yang berbaring miring ke salah satu sisi yang membelakangi pintu. Erland masuk lebih dulu, sementara Nana menunggu. Erland menyentuh lembut tubuh Astuti.

ERLAND

Bu, liat deh siapa yang dateng.

 

ASTUTI

Siapa yang dateng? Nana?

Astuti membalik badan, lalu melihat ke arah pintu. Erland mengisyaratkan Nana untuk masuk. Ketika mengenali Nana, Astuti mengubah posisinya dibantu Erland. Setelah Astuti duduk tegak, Erland bergeser dan Nana duduk di tempatnya.

NANA

(Mencium punggung tangan Astuti)

Ibu sakit apa? Kondisi Ibu sekarang gimana?

 

ASTUTI

Ibu nggak kenapa-napa kok.

 

NANA

Kalau nggak kenapa-napa kok lemes?

 

ASTUTI

(Melirik Erland sinis)

Pasti anak itu yang bilang Ibu sakit ya?

Nana tersenyum, sementara Erland garuk-garuk kepala.

ASTUTI (CONT’D)

Udah jam berapa ini?

 

NANA

Jam sebelas, Bu.

 

ASTUTI

Ya Allah, udah siang banget. Kamu pasti belum makan.

Ibu masak dulu.

 

NANA

Ibu nggak usah repot-repot.

 

ERLAND

Biar aku aja yang masak. Ibu istirahat aja sambil ngobrol sama Nana. Katanya kangen.

Erland pergi keluar kamar meninggalkan Nana dan Astuti berdua. Atuti memegang tangan Nana sambil tersenyum menatapnya.

ASTUTI

Maaf ya, Ibu ngerepotin kamu.

 

NANA

Enggak ngerepotin kok, Bu. Aku juga abis ketemuan sama editor yang nggak jauh dari sini. Makanya bisa mampir.

Nana tampak canggung berdua saja dengan Astuti. Dia takut kalau Astuti menanyakan soal gelang pemberiannya yang sudah dikembalikan pada Erland.

NANA

Aku bantuin Erland ya, Bu. Ibu istirahat aja.

Astuti mengangguk, kemudian dia merebahkan diri dibantu Nana. Setelahnya Nana pun pergi dari kamar Astuti.

 

CUT TO

 

63.  INT. DAPUR. RUMAH ERLAND. MENJELANG SIANG.

 

Erland sedang memasak dengan dua kompor yang menyala. Satu tungku sedang merebus sop ayam dan sayuran dan tungku satunya dipakai untuk menggoreng ikan. Nana muncul dan langsung berdiri ke dekat kompor, melihat apa yang dimasak Erland.

ERLAND

(Menoleh pada Nana)

Kok kamu malah di sini? Enggak nemenin Ibu?

 

NANA

Ibu kayaknya capek, jadi aku minta istirahat.

Lagian aku takut ditanyain soal gelangnya.

Oiya, emang Ibu sakitnya parah banget sampe harus operasi?

 

ERLAND

(Sibuk dengan masakannya)

Kamu bisa bikin sambel nggak?

 

NANA

(Kaget, lalu menyeringai)

Doyan sambel iya, kalau bikin nggak bisa.

 

ERLAND

(Melirik sinis)

Ngulek bisa kan?

 

NANA

Ngulek doang mah bisalah, tapi kamu yang siapin bahannya aku tinggal ngulek.

Tanpa disadari Nana atau Erland, Astuti sudah berdiri di dekat dapur dan memperhatikan keduanya. Dia tersenyum senang.

Erland mematikan kompor dan ingin mencicip masakannya. Saat itulah dia melihat kehadian Astuti. Erland menarun sendok dan menghampiri Astuti

 

ERLAND

Lho kok Ibu ke sini?

(Memapah Astuti duduk di kursi dekat meja)

Belum siap semua masakannya.

 

ASTUTI

(Melambaikan tangan ke Nana)

Sini, Na.

Nana yang sudah selesai mengulek sambal, memindahkannya ke wadah yang lebih kecil. Dia mencuci tangan, kemudian menghampiri Astuti.

ASTUTI (CONT’D)

(Tersenyum)

Terima kasih ya.

 

NANA

(Kebingungan, lalu melirik Erland)

Terima kasih buat apaan, Bu? Aku cuma ngulek sambel doang.

 

ASTUTI

(Melihat pada Erland)

Ibu mau operasi, Lan.

 

ERLAND

(Erland kaget bercampur senang)

Ibu serius?

Astuti mengangguk mantap. Erland masih menatap ibunya dengan tatapan tidak percaya. Nana tersenyum senang mendengar keputusan Astuti juga senang melihat reaksi Erland. Tiba-tiba saja Erland memeluk Nana. Nana bengong karena kaget. Astuti juga kaget, tapi senang.

ERLAND

(Setengah berbisik)

Makasih ya, Na. Aku nggak tau apa yang kamu lakuin sampai Ibu mau operasi. Makasih.

 

NANA

(Canggung. Melirik pad Astuti yang masih tersenyum)

Kamu ngapain meluk aku?

 

ERLAND

(Melepaskan pelukannya dan tampak kikuk)

Ma-maaf.

DISSOLVE TO

 

64.  INT. RUANG MAKAN. RUMAH PRABU. MALAM.

 

Nana, Prabu, dan Ratih masih ada di meja makan. Makanan di piring mereka hampir habis. Prabu dan Nana sudah selesai, tinggal Ratih yang masih mengunyah.

PRABU

Kalau Mas hitung, kayaknya udah hampir sebulan nih. Kapan Erland mau ke sini dan ngobrol sama Mas?

 

NANA

Sabarlah, Mas. Kalau waktunya udah pas Erland pasti ke sini kok.

 

PRABU

Kamu nggak punya jawaban lain? Bosen Mas dengernya.

 

NANA

(Mulai tampak kesal)

Kalau kenyataannya kayak gitu, aku harus bilang apa lagi?

 

RATIH

(Melirik Prabu, lalu memegang tangannya)

Maaas.

 

NANA

(Merapikan piring dan gelasnya)

Ibunya Erland itu abis sakit dan sekarang mau persiapan buat operasi. Enggak mungkin dong aku tanya kapan Erland bisa ketemu Mas lagi?

 

RATIH

(Kaget)

Ibunya Erland sakit apa, Na, sampai mau operasi?

 

NANA

Erland sama ibunya nggak mau cerita. Bilangnya sih operasi kecil aja.

 

RATIH

(Menggoda Nana)

Ya ampun, kayaknya udah siap banget nih jadi menantu.

 

PRABU

(Dingin)

Kamu tuh nggak pinter bohong, Na. Daripada nyusahin diri sendiri, mending jujur aja.

 

NANA

(Benar-benar kesal)

Maksud Mas Prabu apa sih?

 

PRABU

Tentang kamu sama Erland. Kalian nggak punya hubungan spesial kan?

 

RATIH

Na, maksud Mas Prabu itu, dia nggak liat tanda-tanda orang yang lagi jatuh cinta dari sikap kamu. Kami nggak lihat ada perubahan dari kamu.

 

NANA

(Menyeringai)

Sekarang aku tanya, Mas Prabu sama Mbak Ratih kenalan berapa lama sebelum akhirnya saling jatuh cinta dan mutusin buat nikah?

Sebulan? Dua bulan?

(Jeda)

Lebih kan? Jadi, apa yang kalian harapin dari aku yang baru kenal sebulanan sama Erland.


Prabu dan Ratih diam. Ratih melirik Prabu yang memalingkan wajahnya.

RATIH

Kamu jangan salah paham dong, Na. Masmu kayak gitu karena khawatirin kamu.

 

NANA

Terima kasih karena udah khawatirin aku, tapi itu nggak perlu. Aku udah cukup dewasa buat jaga diri sendiri. Aku mau lanjut nulis, piringnya nanti aku yang cuci.

Nana bangkit dan membawa piringnya ke wastafel, kemudian masuk kamar.

 

CUT TO

 

65.  MONTAGE

 

1. Nana tampak mengetik di laptopnya, tapi baru sebentar dia sudah menutup laptopnya lagi, lalu keluar kamar.

2. Nana mencuci piring untuk mengalihan pikirannya.

3. Nana kembali mengetik, tapi dia tidak bisa konsentrasi.

4. Nana membaca buku di ranjangya, tapi baru sebentar sudah menutup bukunya lagi.

 

Nomor 4 dan 5 dilakukan berulang dengan pakaian yang berbeda dan jam dinding yang menunjukkan waktu berbeda. Hal itu untuk menunjukkan kegelisahannya. 

 

 CUT TO

66.  INT. KAMAR NANA. RUMAH PRABU. MALAM.

 

Waktu menunjukkan pukul 01.00 dan Nana tampak gelisah dalam tidurnya. Wajahnya menunjukkan mimik ketakutan.

 

CUT TO

 

67.  INT. RUANG TAMU. RUMAH ORANG TUA NANA. MALAM. (FLASH BACK)

 

Malam itu hujan lebat disertai guntur. Nana yang masih berusia 14 tahun meringkuk dalam pelukan Prabu di pojokan. MAMA (38) terduduk dilantai sambil berlinang air mata. PAPA (45) berdiri dengan tangan terkepal di sisi tubuh. Matanya melotot, rahangnya mengeras, dan dadanya naik-turun karena marah.

MAMA

(Menangis dan memohon)

Mas, sudah, Mas. Ada anak-anak.

 

PAPA

Biarin mereka liat. Biar mereka nggak kurang aja.

 

MAMA

Marah sama aku aja, Mas! Jangan bawa anak-anak.

 

PAPA

(Berteriak)

Berisik!

Melihat Mamanya ditampar berulang kali, Prabu melepaskan Nana dan mendorong Papa. Hal itu membuat Papa berang dan menendang Prabu sampai terpental. Mama dan Nana menjerit histeris.

MAMA

(Berteriak)

MAS! Jangan pukul Prabu. Pukul aku aja.

 

PAPA

(Menampar Mama)

Gara-gara kamu anak-anak jadi berani sama aku. Dasar istri nggak berguna.

 

NANA

(Berteriak sambil nangis pegangin tangan Papa)

Pa, udah, Pa! Jangan pukul Mama lagi. Kasian Mama, Pa.

 

PAPA

(Mendorong Nana)

Diam kamu! Mau dipukul juga?

 

MAMA

Prabu, bawa adikmu pergi dulu, Nak.

Papa tambah kesal dan ingin menarik Nana. Mama menahan Papa.

MAMA (CONT’D)

(Sambil menahan kaki Papa)

Cepet, Prabu!

 

PRABU

(Menggandeng Nana)

Ayo, Na!

 

NANA

Nana mau temenin Mama.

 

MAMA

(Berteriak)

Cepet pergi! 

Prabu menyeret Nana pergi keluar dari rumah.

 

CUT TO

 

68.  EXT. TERAS. RUMAH ORANG TUA NANA. MALAM. (FLASH BACK)

 

Nana masih berontak dan ingin masuk lagi, tapi Prabu memegangi tangannya dengan kuat. Prabut menarik Nana untuk menjauh dari rumah.

NANA
Nana mau temenin Mama, Mas.
 
PRABU
Mama bilang kita pergi dulu, Na. Kita cari pertolongan.
 
NANA
Tapi kasian Mama.
 
PRABU
Makanya kita harus cepet.


Sambil berlinang air mata, Nana melangkah pergi bersama Prabu. Terdengar teriakan Mama dari dalam rumah.

 

FADE TO BLACK

 

69.  INT. KAMAR NANA. RUMAH PRABU. DINI HARI. (PRESENT DAY)

NANA

(Mendadak bangun dan berteriak)

MAMAAA!

Nana menekuk lutut dan memeluknya, lalu menangis.

 

CUT TO

 

70.  INT. KAMAR WIDYA. RUMAH WIDYA. SORE.

 

Nana telungkup dengan muka kusut di ranjang Widya, sementara Widya duduk di pinggir ranjang dan mengusap pelan punggung Nana.

NANA

Wid, jawab jujur ya! Penyakit gue makin parah ya? Hampir tiap malem gue mimpi buruk dan itu hal yang sama terus.

 

WIDYA

Lo mimpi buruk lagi sejak kapan?

 

NANA

Belakangan ini lebih sering. Gue sampe nggak bisa ngapa-ngapain saking stresnya.

 

WIDYA

Lo duduk dulu sini.

(Melihat Nana mengubah posisinya sampai duduk tepat di depannya)

Lo jawab dulu pertanyaan gue. Jawab yang sejujur-jujurnya.

 

NANA

(Menarik napas panjang)

Oke.

 

WIDYA

Sekarang lo merem, atur napas biar rileks, terus inget-inget, sejak kapan mimpi buruk lo dateng lagi?

 

NANA

(memejamkan mata dan mengatur napas, lalu membuka matanya lagi)

Sejak Mas Prabu maksa jodoh-jodohin. Gue selalu cari cara buat menghindar, sampai akhirnya ikut Love Apps.

(Jeda)

Gue makin takut apalagi Mas Prabu ngotot mau ketemu Erland. Gue sama Erland nggak ada hubungan apa-apa dan nggak saling tertarik.

 

WIDYA

Jadi, lo sama Erland pura-pura deket?

 

NANA

Iya.

 

WIDYA

Kenapa?

 

NANA

Gue takut.

 

WIDYA

Apa yang lo takutin?

 

NANA

Takut bernasib kayak Mama.

 

WIDYA

(Menyentuh pundak Nana)

Lo bisa buka mata.

 

NANA

Gue nggak ngerasain ada perubahan, Wid. Rasanya sama aja kayak tadi. Kacau.

 

WIDYA

Ya nggak bakalan ada yang berubah kalau lo nggak ngubahnya sendiri.

 

NANA

Maksudnya?

 

WIDYA

Lo harus berhenti pura-pura. Lebih baik ngakuin apa yang lo rasa sejujurnya, daripada lo bersikap seolah-olah nggak ada apa-apa.

Widya beranjak dari tempatnya untuk mengambil buku resep dan pulpen dari tasnya.

WIDYA (CONT’D)

Ini gue resepin obat. Lo minum kalau emang nggak bisa tidur atau lo ngerasa gelisah banget.

 

NANA

Gue bisa lepas dari mimpi buruk nggak sih Wid?

 

WIDYA

Teorinya sih bisa, dengan banyak kondisi. Menurut gue, mimpi itu datang lagi karena lo tertekan. Coba deh lo jujur tentang perasaan lo sendiri. Emosi itu jangan di kekang, tapi juga jangan dilepas.

 

NANA

(Memeluk Widya)

Thanks ya, Wid. Sorry gue ganggu waktu libur elo.

DISSOLVE TO


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar