Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
1. Astuti mengantar sampai pintu depan.
2. Nana dan Erland berpamitan pada Astuti.
3. Nana dan Erland di jalan raya dalam perjalanan dengan menaiki motor.
CUT TO
42. EXT. JALANAN. MALAM
ESTABLISHED : Jalanan Jakarta yang masih ramai dengan kendaraan yang lalu lalang. Nana dan Erland masih berboncengan motor.
NANA
Masakan ibu kamu enak-enak.
Aku bakalan betah kalau dimasakin begitu setiap hari.
ERLAND
Jangan anggap serius omongan ibu.
Dia emang baik sama siapa aja.
NANA
(Kesal)
Aku juga sadar diri kok. Enggak ngarep juga.
Lagian aku mujinya tulus. Masakannya emang enak.
ERLAND
Baguslah kalau kamu tau.
NANA
Aku udah bantuin kamu, sekarang giliran kamu yang temuin kakakku.
ERLAND
Iya, tapi jangan hari ini.
NANA
Kok gitu?
ERLAND
Nanti kita atur jadwal lagi.
NANA
Enggak bisa gitu dong!
Bentar lagi juga sampe rumahku.
Apa salahnya mampir sebentar.
ERLAND
Aku beneran nggak bisa hari ini.
Kalau gitu kamu pulang sendiri aja. Udah mau sampe kan?
NANA
(Marah dan sedikit teriak)
BERHENTI!
Erland menepikan motornya. Nana melepas helm dan menyodorkannya dengan kasar pada Erland.
NANA (CONT’D)
Dasar cowok egois.
Nana pergi meninggalkan Erland. Pria itu masih diam dan menunggu, tapi akhirnya dia pun pergi mendahului Nana. Nana makin kesal melihat Erland pergi begitu saja.
Jalanan yang akan dilalui Nana cukup sepi, tapi Nana tidak takut. Lingkungan tersebut cukup aman, apalagi masih ada kendaraan yang sesekali lewat.
Tiba-tiba saja Danu muncul dan mengadang langkah Nana.
CUT TO
43. EXT. JALANAN. MALAM
Nana kaget dan takut pada mimik wajah Danu. Dia sampai tidak bisa berkata-kata. Sambil celingukan, Nana mundur pelan-pelan, tapi Danu malah maju.
DANU
Gue bilang juga apa, pilih gue!
Jadi lo nggak ditinggalin sendirian di jalanan.
NANA
Bukan urusan lo.
DANU
Kenapa sih lo keras kepala.
Kita itu cocok satu sama lain.
Cuma gue yang bisa perhatian ke lo.
NANA
Gue mau pulang. Lo mendingan pergi.
DANU
Kalau gue nggak mau?
NANA
Gue bakalan teriak. Gue juga bakalan lapor polisi.
Lo kaya psikopat tau nggak.
DANU
(Tertawa)
Psikopat? Jahat banget lo.
Psikopat tuh bukan kayak gitu, tapi kayak gini.
Danu menaikan sebelah tangannya tinggi-tinggi, seperti ingin menampar Nana. Gadis itu refleks berjongkok dan melindungi kepalanya dengan kedua tangan. Nana takut sampai gemetaran.
CUT TO
44. INT. RUANG TAMU. RUMAH ORANG TUA NANA. MALAM. (FLASH BACK)
Nana yang masih berusia 14 tahun, melihat ibunya sedang dipukuli oleh ayahnya. Nana ingin menolong, tapi dia takut. Dia hanya diam di pojokan rumah sambil membekap mulutnya agar tidak bersuara.
FADE OUT/IN
45. EXT. JALANAN. MALAM (PRESENT DAY)
Tampak tangan Danu yang masih terangkat dan ingin memukul Nana. Tiba-tiba Erland datang dan mendorong tubuh Danu sampai terjatuh. Erland memegang lengan Nana dan membantunya berdiri.
ERLAND
Siapa lo?
Jangan beraninya sama cewek.
DANU
Ngapain lo balik?
Bukannya udah pergi tadi.
ERLAND
Mending lo pergi sekarang.
(Melihat Nana)
Ayo, aku anterin pulang.
Ketika Erland mengajak Nana ke motor, Danu malah mendekat, menarik baju Erland, dan langsung memukulnya. Nana berteriak. Erland membalas Danu. Mereka terlibat perkelahian. Erland tampak lebih unggul. Danu yang kewalahan memilih kabur. Nana nangis karena lihat bibir Erland terluka dan berdarah.
NANA
(sambil menangis)
Ma-maaf.
ERLAND
(bingung dan kesakitan)
Jangan nangis dong.
Ayo, aku anterin pulang.
CUT TO
46. INT. KAMAR NANA. RUMAH PRABU. PAGI.
Prabu dan Ratih berdiri bersisian di ambang pintu. Keduanya melihat ke arah yang sibuk dengan laptopnya. Tidak jauh dari laptop Nana, sepiring nasi goreng masih tampak utuh.
PRABU
Mbakmu udah masakin capek-capek kok nggak dimakan sih?
RATIH
Itu nasi goreng seafood kesukaan kamu lho, Na.
Prabu dan Ratih bertukar pandang. Dengan isyarat mata dan mimik wajah, Ratih meminta Prabu ngomong sama Nana.
RATIH (CONT’D)
Mas, aku ke depan dulu sebentar. Kamu bujuk Nana buat makan.
Setelah Ratih pergi, Prabu masuk lebih dalam dan duduk di pinggir ranjang Nana.
PRABU
Na, Mas mau ngomong serius.
Nana yang sedang fokus pada tulisannya, tidak terlalu mendengar ucapan Prabu. Dia masih terus mengetik.
PRABU (CONT’D)
(Suara meninggi)
Denada Ayunistyas! Masmu lagi bicara!
Nana berhenti mengetik, lalu mengembuskan napas lewat mulut. Dia berbalik dengan memutar kursi, lalu melihat pada Prabu.
NANA
Mau ngomong apa lagi, Mas?
PRABU
Jangan kayak anak kecillah, Na.
NANA
Yang kayak anak kecil itu siapa, Mas?
PRABU
Kamu masih ngambek soal semalam?
NANA
(Ketus)
Menurut, Mas?
PRABU
(Mengehela napas)
Apa yang Mas lakuin itu demi kamu, Na.
Mas nggak mau kamu salah pergaulan.
NANA
(Tertawa sinis)
Mas sadar nggak sih umurku udah berapa?
Aku bukan anak kemarin sore, Mas.
Justru sikap Mas Prabu yang kayak anak kecil.
PRABU
Kenapa jadi Mas yang salah?
NANA
Jadi, Mas bener udah ngelakuin apa yang semalem Mas lakuin ke Erland?
FADE TO BLACK
47. INT. RUANG TAMU. RUMAH PRABU. MALAM (FLASH BACK)
Erland duduk di ruang tamu sambil meringis menahan sakit. Wajahnya tampak memar di beberapa bagian. Sudut bibirnya terluka dan sedikit berdarah. Nana masuk dari arah dalam sambil membawa mangkuk berisi air es dan juga kotak P3K, lalu duduk bersisian dengan Erland.
Nana membasahi sapu tangan dengan air dingin untuk mengompres luka memar di wajah Erland. Pria itu meringis tatkala lukanya terkena sentuh. Nana ikut-ikutan meringis. Ketika Nana mengolekan antiseptik pada ujung bibir Erland, pria itu mengaduh, lalu memegang tangan Nana.
ERLAND
AW! Udah nggak usah.
Aku udah nggak apa-apa.
NANA
Sori, ya. Gara-gara nolongin aku kamu jadi luka begini.
Prabu dan Ratih muncul dari arah dalam. Prabu melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 10.30 malam, lalu melihat Erland yang masih memegang tangan Nana.
PRABU
(Dingin)
Kamu baru pulang, Na?
NANA
(menarik tangannya dari pegangan Erland)
Iya, Mas.
PRABU
(Bertanya pada Erland)
Kamu siapa?
ERLAND
(Bangkit)
Saya ….
NANA
(Memotong ucapan Erland)
Namanya Erland. Aku kan udah cerita tadi di telepon.
PRABU
Mas nggak ngomong sama kamu.
ERLAND
(Menyodorkan tangan pada Prabu. Keduanya berjabat tangan)
Saya Erland. Maaf saya kemalaman antar Nana pulang.
Tadi kami mampir ke rumah saya dulu, karena ibu saya mau bertemu Nana.
PRABU
(Mengangguk)
Sekarang silakan pulang. Terima kasih sudah antar Nana.
ERLAND
Saya permisi.
NANA
(Melotot pada Prabu)
Aku anter ke depan.
PRABU
(Dingin)
Masuk ke kamar, Na!
NANA
Tapi, Mas ….
PRABU
(Ketus)
Masuk!
Erland melangkah keluar rumah, sementara Nana berjalan ke kamarnya dengan wajah cemberut.
FADE TO BLACK
48. INT. KAMAR NANA. RUMAH PRABU. PAGI. (PRESENT DAY)
Nana dan Prabu saling tatap dengan wajah dingin.
NANA
Mas beneran nggak ngerasa keterlaluan semalem? Erland itu lagi luka karena nolongin aku. Terus Mas malah ngusir dia gitu aja.
Prabu diam saja karena merasa bersalah.
NANA (CONT’D)
Mas sibuk kenalin aku sana-sini biar dapet jodoh.
Tapi sekalinya aku mau deket sama cowok, Mas malah kayak gitu.
Maunya Mas apa?
PRABU
Mas itu mau yang terbaik buat kamu, Na.
NANA
Tapi yang jalanin nantinya aku, bukan Mas Prabu.
PRABU
(Melunak)
Kamu serius sama si Erland itu?
NANA
Belum tau, tapi sejauh ini aku cukup klik sama dia.
Aku juga udah ketemu ibunya. Orangnya baik dan masakannya enak.
Prabu bangkit dari duduknya, lalu berjalan menuju pintu. Sebelum keluar Prabu berbalik.
PRABU
Kalau kamu ketemu lagi sama dia, bilangin Mas minta maaf.
Prabu keluar kamar dan Nana masih memperhatikan punggungnya.
CUT TO
49. INT. RUANG TAMU. RUMAH WIDYA. MENJELANG SIANG.
Nana duduk bersila di sofa sambil memangku bantalan sofa. Sementara Widya duduk dengan sebelah kaki tertekuk dan kepala bersandar di sandaran sofa. Keduanya tampak serius mengobrol.
Di meja di dekat mereka terdapat dua gelas minuman yang masih mengepulkan asap tipis dan ada beberapa toples camilan.
WIDYA
Si Danu kayaknya harus dilaporin deh, Na.
Udah masuk tindak pidana itu.
NANA
(Muka kesal)
Enggak taulah, Wid. Males gue berurusan sama dia.
Gue yakin kok setelah semalem itu dia nggak bakal berani nongol lagi.
WIDYA
(Menghela napas)
Tapi lo harus tetep hati-hati. Biasanya orang kayak dia nggak akan gampang berhenti.
NANA
Kok lo malah nakutin gue sih?
WIDYA
Bukannya nakutin. Gue bilangin itu biar lo lebih waspada.
Nana mengubah posisi duduknya. Dia pun meraih gelasnya, lalu memegangnya dengan kedua tangan. Nana menghidu uap yang keluar dari minumannya beberapa saat baru kemudian menyesapnya pelan-pelan.