Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Love Apps
Suka
Favorit
Bagikan
4. Bagian 4. First Date
31.    INT. DAPUR. RUMAH PRABU. MALAM.

 

Nana menenggak air putih dingin untuk meredam perasaan kesalnya. Dia sampai minum dua gelas. Sementara itu, Ratih dan Prabu berdiri di dekat dapur dan memperhatikan Nana.

NANA

(Sewot)

Dasar cowok sialan!

               Siapa dia berani ngancem-ngancem.      

 

 RATIH

Marah-marah sama siapa, Neng?

 

NANA

(Kaget)

Eh, Mbak Ratih sama Mas Prabu, ngapain di situ?

 

PRABU

Ditanya malah balik nanya.

Kamu tuh yang ngapain marah-marah?

 

NANA

(Ngeles)

Siapa yang marah-marah.

 

RATIH

Itu tadi apa?

 

NANA

Oooh. Lagi mendalami karakter


Ratih dan Prabu geleng-geleng.


RATIH

Emang tokoh ceritanya gimana?

 

NANA

Nyebelinlah pokoknya. Sampe kebawa kesel sendiri aku.

 

PRABU

Kamu tuh harus beneran cari pendamping deh, Na.


Mas ngeri lho liat kamu kayak gitu.

Nana melotot karena kesal, tapi Prabu dan Ratih malah tertawa. Mereka memang senang menggoda Nana.

NANA

Kebetulan Mas Prabu singgung soal pendamping.

Wiken ini aku mau nge-date, jadi Mas jangan jodoh-jodohin aku lagi.

 

PRABU

Nge-date sama siapa? Widya?

 

NANA

Ih, enak aja. Aku masih normal kali.

Kemarin aku ketemuan sama cowok dari Love Aps.

Aku ngerasa cocok sama dia.


Wajah Prabu berubah keras. Prabu tampak tidak senang dengan informasi tersebut. Dia langsung balik badan dan pergi.

NANA

Mas Prabu kenapa?

 

RATIH

(Menggeleng)

Enggak tau. Coba Mbak liat dulu.

Ratih pergi menyusul Prabu. Nana kembali mengisi gelasnya dengan air, lalu membawanya ke kamar.

 

DISSOLVE TO

 

32.    INT. MOBIL. SIANG.

 

Di dalam mobil travel milik manajemen Love Apps, Nana dan Erland sedang dipasangi mikrofon nirkabel. Mereka juga diberikan sebuah kamera dengan gagang.

KRU 1

Kami akan mengikuti kalian dari jauh.

Kalau butuh sesuatu tinggal kontek aja.

 

ERLAND

Kalau gitu, nggak usah pake semua ini dong.

 

KRU 2

Seperti yang sudah diinfokan, kegiatan hari ini

kalian sendiri yang rekam.

Selain biar tampak natural, supaya kalian cepet akrab juga.

 

KRU 1

(Menyerahkan dua kartu mirip KTP)

Kalian langsung masuk aja.

Nana dan Erland turun dari mobil.

 

CUT TO

 

33.    MONTAGE

 

Nana dan Erland suwit untuk menentukan siapa yang bawa kamera. Erland menang, jadi Nana yang bawa. Setelah kamera menyala, mereka langsung masuk ke area dalam Dufan. Nana tampak senang karena sudah lama tidak pergi naik wahana, sementara muka Erland tetap datar.

 

1. Nana ajak Erland naik komedi putar. Erland menolak. Nana akhirnya naik sendiri sambil nge-vlog. Dia juga dadah-dadah ke Erland.

2. Kru nyuruh Nana ajak Erland naik kora-kora. Erland nolak. Nana nggak jadi naik dengan alasan nggak mau sendiri, padahal dia takut.

3. Nana ajak Erland naik roller coster. Erland nolak lagi. Kali ini Nana ledek Erland dengan sebutan cemen. Akhirnya Erland mau.

4. Setelah turun dari roller coster, Nana malah muntah-muntah.

 

CUT TO

 

34.    EXT. LUAR AREA DUFAN. SORE.

 

Nana dan Erland sedang duduk untuk beristirahat sambil makan camilan dan minum. Seorang kru menghampiri mereka.

KRU 1

Mbak Nana dan Mas Erland, coba lebih akrab lagi dong.

Jangan kaku banget.

 

NANA

Maksudnya gimana, Mas?

 

KRU 1

Ya, bersikap sewajarnya orang yang lagi pedekate.

Ngobrol.Bercanda. Kalian juga boleh gandengan.

 

ERLAND

Kayaknya nggak baik kalau langsung kontak fisik.

 

NANA

Aku setuju. Lagian kan kami masih adaptasi.

 

KRU 1

Okelah kita skip soal skin contact, tapi kalian harus keliatan lebih akrab.

Bisa tanya soal keseharian atau apa pun.

Ayolah bantu saya.


Nana dan Erland saling lihat. Nana mengangguk.


NANA

Nanti kita coba. Iya kan, Lan?

 

ERLAND

(Mengangguk)

Iya.

 

KRU 1

Oke. Abis ini kita langsung ke resto yang ada di pantai.

Inget ya, bangun chemistry.


CUT TO

 

35.    EXT. RESTORAN PINGGIR PANTAI. MALAM.

 

Makanan di piring Nana dan Erland sudah habis yang tersisa hanyalah dua gelas minuman yang isinya tinggal setengah.

 

NANA

Thanks ya bantuannya tadi pas aku nembak.

 

ERLAND

(Mengangguk)

Jangan maksain diri kalau nggak sanggup.

 

NANA

Terakhir kali naik aku nggak apa-apa kok.

Malah bisa dua kali.

 

ERLAND

Kapan naiknya?


NANA

(Tampak berpikir)

Tujuh atau sepuluh tahun yang lalu.

Jawaban polos Nana membuat Erland tersenyum untuk pertama kalinya.

NANA (CONT’D)

(Kaget)

Bisa senyum juga rupanya.

Kirain nggak bisa.

 

ERLAND

(Menatap sinis)

Menurut kamu?

Ponsel Erland bergetar. Rupanya Astuti yang menelepon. Erland memberi isyarat pada Nana untuk menerima telepon. Nana mengangguk. Erland mencopot mik dari bajunya, lalu menjauh. Nana sempat memperhatikan Erland, tapi kemudian mengalihkan pandangan ketika Erland melihatnya.

ERLAND (CONT’D)

Iya, Bu?

 

ASTUTI (O.S)

Kamu di mana, Lan?

 

ERLAND

Masih di Ancol, Bu. Lagi makan.

 

ASTUTI (O.S)

Kamu serius lagi acara Love Aps?

 

ERLAND

Iya, Bu. Aku lagi makan sama Denada.

 

ASTUTI (O.S)

Kalau begitu, nanti kenalkan Denada sama Ibu.

INTERCUT TO

 

36.    EXT. RESTORAN PINGGIR PANTAI. SORE MENJELANG MALAM.

 

Nana melihat-lihat situasi sekitar. Sesekali dia mengaduk minumannya. Dia juga menoleh melihat Erland apakah sudah selesai atau belum. Tidak lama kemudian, ponsel Nana juga bergetar. Nana melihat layar ponselnya. Rupanya Prabu yang menelepon.

PRABU (O.S)

Kamu di mana, Na?

 

NANA

Masih di Ancol, Mas. Lagi makan.

 

PRABU (O.S)

Nanti cek email.

Mas udah kirimin data orang yang akan kamu temuin.

 

NANA

(Kesal)

Ya ampun, Mas.

Aku kan udah bilang kalau aku lagi pedekate sama seseorang.

Ini aku lagi makan sama dia.

 

PRABU (O.S)

Kalau gitu, suruh dia antar kamu pulang.

Mas mau ketemu.

Nana melotot dan mulutnya menganga.

 

CUT TO

 

37.    EXT. PANTAI. MALAM.

 

Nana dan Erland jalan-jalan di pinggir pantai menuju parkiran atas permintaan kru. Keduanya tampak kaku. Wajah mereka seperti sedang memikirkan sesuatu.

ERLAND dan NANA

Aku mau ngomong.

Nana dan Erland saling tatap, lalu tersenyum canggung. Mereka sama-sama tidak menyangka akan mengatakan kata yang sama.

ERLAND

Kamu duluan.

 

NANA

Kamu aja.

Kayaknya yang mau kamu omongin lebih penting.

Eland berhenti melangkah dan Nana juga ikut berhenti.

ERLAND

Tadi ibu yang nelepon. Nyuruh aku pulang.

Nana diam. Dia berusaha menutupi keterkejutannya.

NANA (V.O)

Anak mami rupanya.

 

ERLAND

Ibu nyuruh aku ajak kamu juga.

 

NANA

(melotot saking kagetnya)

APA? Kok sama kayak pemintaan kakakku sih?

 

ERLAND

Gimana? Kamu bisa nggak?

 

NANA

Sekarang banget?

 

ERLAND

(Mengangguk)

Bisa?

 

NANA

(Melihat jam di ponsel)

Oke, tapi nggak bisa lama-lama.

Erland dan Nana menghampiri kru. Mereka bertiga tampak sedang bicara serius. Erland dan Nana menyerahkan kamera dan mik nirkabel.

 

CUT TO

 

38.    INT. MOBIL. MALAM.

 

Nana dan Erland berada di dalam taksi online menuju rumah Erland. Keduanya duduk berjauhan dan saling diam. Ponsel Nana bergetar. Nana meraihnya dari tas. Sebuah nomor tanpa nama menelepon.

NANA

Halo?

 

DANU (O.S)

Kamu blokir nomor aku?

 

NANA

Siapa nih?

 

DANU (O.S)

Kamu keras kepala ya!

Kenapa kamu pilih dia?

Kan udah aku bilang pilih aku aja.

 

NANA

Danu?

 

DANU (O.S)

Kamu masih ingat rupanya. Aku senang.

Kamu mau ke mana?

 

NANA

Bukan urusan kamu.

 

DANU (O.S)

Aku tau kamu di mobil sama Erland.

Nana mematikan teleponnya, lalu celingukan ke kanan, kiri, dan belakang. Dia mencari keberadaan Danu. Erland bingung dengan sikap Nana, tapi diam saja. Ponsel Nana kembali bergetar. Wajah Nana tampak kesal.

NANA

(Ketus)

Berhenti ganggu gue atau gue lapor polisi.

Nana kembali mematikan telepon, lalu bersedekap dengan wajah cemberut. Erland tidak mengatakan apa-apa.

 

CUT TO

 

39.    INT. RUANG TAMU. RUMAH ERLAND. MALAM.

 

Erland membukakan pintu, menyilakan Nana masuk, dan memintanya untuk duduk. Sementara itu Erland masuk lebih dalam dan mencari keberadaan Astuti.

 

Nana melihat-lihat kondisi rumah Erland. Rumah tersebut tampak rapi dan nyaman. Di salah satu dinding terdapat beberapa foto. Kebanyakan hanya berisi foto Erland dan seorang perempuan paruh baya. Nana menebak kalau perempuan itu adalah ibunya. Dari sekian banyak foto, tidak ada satu pun foto sosok ayahnya Erland.

 

Erland muncul bersama Astuti dari arah dalam.

ASTUTI

Ini yang namanya Nak Denada?

Nana bangkit sambil tersenyum, kemudian menghampiri Astuti dan mencium punggung tangannya.

NANA

Iya, Bu. Panggil Nana aja.

 

ASTUTI

Terima kasih ya Nana sudah mau mampir ke sini.

Nana hanya tersenyum sambil mengangguk.

ASTUTI (CONT’D)

Ibu sudah masak buat kalian.

Astuti berjalan di sisi Nana, mengajaknya ke ruang makan.

 

CUT TO

 

40.    INT. RUANG MAKAN. RUMAH ERLAND. MALAM.

 

Sambil jalan, Nana mengagumi rumah Erland. Ruang makannya menyatu dengan dapur, tapi tampak serasi. Ada sebuah meja makan persegi dengan tiga kursi di salah satu sisi ruangan. Di atasnya terdapat aneka makanan. Erland heran melihat banyaknya makanan yang disiapkan Astuti.

ERLAND

Ini semua Ibu yang masak?

 

ASTUTI

(Tersenyum)

Iya. Kapan lagi kamu pulang sama teman perempuan.

(Memandang Nana)

Ayo duduk, Na. Jangan berdiri aja.

Nana melihat satu per satu masakan yang tersedia. Ada ayam kecap, kentang goreng ati, dan capcai. Hidangan itu membuat Nana menelan ludah. Nana pun menarik salah satu kursi di dekatnya.

ERLAND

Bu, tadi aku sama Nana udah makan.

Mungkin Nana masih kenyang.

 

NANA

(Mengambil nasi dan lauk yang ada)

Kata siapa aku udah kenyang?

Tadi aku makan sedikit tau.

Kan malu makan banyak sambil direkam.

(Melihat ke Astuti)

Aku makan ya, Bu.

Nana makan dengan lahap dan membuah Erland keheranan. Pipinya sampai menggelembung ketika melahap hidangan yang ada. Astuti senang melihatnya.

NANA

Masakan Ibu enak-enak.

 

ASTUTI

                   Makan yang banyak ya, Na.

Kalau kurang nanti Ibu masakin lagi.

 

ERLAND

Apa sih, Ibu. Nanti Nananya sakit perut.

(Melihat ke arah Nana sambil tersenyum paksa)

Abis ini Nana mau langsung pulang. Iya, kan?

Setelah makanan di piringnya habis, Nana malah membantu Astuti merapikan meja makan dan membawa piring kotor ke wastafel. Erland mengira Nana akan meninggalkannya, tapi dia malah mencucinya.

ASTUTI

Eh, kok pake dicuci segala. Tinggal aja, Na.

 

NANA

Enggak apa-apa, Bu. Sedikit doang.

 

ASTUTI

Kalau boleh tau, Nana kuliah atau kerja?

 

NANA

Aku udah lulus, Bu.

Sekarang kerjanya freelance.

 

ASTUTI

Kerja apa tuh?

 

NANA

Aku penulis, Bu. Kerjanya kebanyakan di rumah.

Keluar kalau memang perlu ketemu editor.

 

ASTUTI

Kalau bisa sering-sering ke sini, Na.

Temenin Ibu ngobrol. Kalau Alan pergi, Ibu kesepian.

 

NANA

Alan?

 

ASTUTI

Ibu suka panggil Erland itu Alan.

Nana sudah selesai mencuci piring dan tinggal membilasnya. Namun, Nana teledor sehingga air keran menciprati pakaiannya sampai basah.

ASTUTI (CONT’D)

Ya ampun. Baju kamu basah semua.

(Teriak sambil pergi ke kamarnya)

ALAN! Ambilin handuk bersih buat Nana!

Erland datang sembari membawa handuk. Dia kaget melihat Nana sudah basah.

ERLAND

(Ketus)

Kamu ngapain?

                              

NANA

(Sinis)

Abis keujanan

Astuti datang dengan membawa pakaian ganti untuk Nana, lalu menyerahkannya.

ASTUTI

Ganti dulu, Na. Nanti masuk angin.

Mudah-mudahan ukurannya pas.

Astuti menunjukkan kamar mandi yang bisa dipakai Nana untuk ganti pakaian. Sementara itu Erland membilas piring yang belum selesai dibilas. Astuti mendekati Erland.

ASTUTI (CONT’D)

Ibu suka sama Nana. Kamu baik-baik sama dia ya.

 

ERLAND

Jangan terlalu berharap, Bu. Nanti Ibu kecewa.

 

ASTUTI

Tapi Nana kelihatannya baik kok. Sopan.

 

ERLAND

Semua orang juga gitu, Bu, kalau baru kenal.

CUT TO


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar