Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
70. INT. RUANG MAKAN – RUMAH NENEK – MORNING
Inge datang diantar taksi online. Dia membawa banyak makanan dan kue.
Wati membantu Inge mengeluarkan isi tas ke meja makan. Menyalin wadah lauk pauk dari plastik ke tempat sayur.
Inge duduk. Belle menggelayut ke pelukannya dengan mulut menganga yang mengeluarkan pekikan. Sementara Klara duduk di sampingnya lagi bersebelahan dengan Nenek.
INGE
(ke Klara)
Ya ibu mana tahu kamu mau nginep lebih lama lagi. Jadi, ibu nggak bawain kamu baju.
Klara tersenyum tipis. Dia melirik Nenek.
KLARA
Ya nggak pa-pa sih, Bu. Nenek juga bilangnya mau beliin aku baju.
Inge berdua Klara menoleh Nenek. Klara tersenyum penuh arti.
INGE
(ke Nenek)
Ibu duit dari mana mau beliin Klara baju?
NENEK
Kan sekali-sekali aja buat cucu nenek nggak apa-apa.
INGE
Bukan soal enggak apa-apa. Atau, apa-apanya. Tapi duit dari mana?
Nenek tidak menjawab.
Inge dan Klara menatapnya menunggu.
Wati mengeluarkan kue bolu pandan dari kotaknya. Dia memotong beberapa bagian. Meletakkan pada piring dan diberikan ke Nenek.
Nenek masih tak mau menjawab. Nenek lalu makan kue.
71. CONTINUED
Inge geleng kepala. Klara tertawa kecil.
Belle sementara itu masih memeluk Inge dari samping dan menggoyang-goyangan badannya.
INGE
(ke Klara)
Terus, ini gimana?
Klara menoleh. Inge menelengkan kepalanya ke Belle.
KLARA
Namanya Belle, Bu. Bukan ini.
Inge menghela napas.
INGE
Ya deh, apa maunya kamulah.
(beat)
Tapi kamu musti jelasin ke ibu. Tadi Rima nelepon sebelum ibu ke sini.
KLARA
Belle nggak mau pulang, Bu. Ya udah, ada aku ini. Rencananya pas aku balik ke rumah juga Belle mau aku ajak.
INGE
(gemas)
Heh, sembarangan kamu. Jangan asal main ajak begitu.
KLARA
Memang kenapa, anak ibu juga kan?
NENEK
Ya memang anak ibu kamu juga. Tapi kan kalian sudah hidup sendiri-sendiri. Sudah nyaman begini.
Klara menoleh Wati membagi kue bolu ke tiap orang. Dia lalu bangkit. Menarik tangan Belle sambil tersenyum.
Belle nurut. Dia melepas tangannya dari tubuh Inge dan manut didudukan Klara pada kursi yang tadinya dia duduki. Klara mengambil beberapa lembar tisu dan memasangnya pada kerah baju Belle sebagai celemek.
Inge menatap pemandangan itu heran. Sementara Nenek bangkit dan pergi ke belakang.
Inge berdua Klara memperhatikan Nenek sebentar.
73. CONTINUED
Klara duduk duduk di kursi yang tadinya di duduki Nenek. Inge masih merasa heran dengan pemandangan yang barusan dia lihat.
INGE
Kamu serius?
KLARA
Soal?
Inge dan Klara bertatapan.
KLARA (CONT’D)
Ibu keberatan?
INGE
Ya bukan soal keberatan. Tapi ya bener juga seperti yang dibilang Nenek barusan.
KLARA
Tapi aku nggak lihat di mana benernya loh, Bu.
Inge membuang napas.
INGE
Klar, ibu nggak mau berantem loh.
KLARA
Kenapa?
Beat.
Klara berdua Inge saling bersitatap.
KLARA
Bu, aku enggak tahu di mana kelirunya, atau bahayanya. Tapi tiap kali aku ngajak ibu bicara serius, ibu selalu ngelak dan bilang kalau ibu nggak mau berantem. Kenapa? Takut aku ngomongnya bener?
INGE
Kamu jadi ngaco begini, sih? Orang kalau kamu bicara serius soal Rico juga ibu malah seneng.
KLARA
Jadi itu saja yang bikin ibu seneng?
INGE
Ya enggak juga. Tapi, soal Rico itu beda. Ngomongin masa depan kamu itu prioritas. Kamu sama Angga.
KLARA
Gitu, ya? Gimana kalau mulai sekarang aku nggak mau ngomong soal Rico lagi?
INGE
(menunjuk ke Belle dengan dagu)
Kenapa? Gara-gara dia?
Klara geleng kepala. Tatapannya ke Inge tajam.
Inge mencerna tatapan Klara.
INGE (CONT’D)
Bisa kamu jelasin saja ke ibu?
Klara menggeleng lelah. Dia lalu menarik piring kue dan mulai makan.
Inge memandangi Klara. Dia berharap Klara mau menjelaskannya dengan detil. Tapi setelah menunggu agak lama, dan dia merasa Klara tak akan mau memberinya keterangan, Inge akhirnya memaksa.
INGE (CONT’D)
Klar, kamu berat buat ngomong sendiri iya ibu coba ngerti. Tapi, kamu juga harus paham kalau enggak semua orang bisa paham hanya dengan melihat. Ibu ini loh, kurang peka orangnya.
Klara menoleh. Dia melihat mulut Belle berlepotan remah kue lalu dia mengambil tisu dan membersihkannya.
KLARA
(nyaris tak terdengar)
Aku udah nggak sama Rico lagi, Bu.
Inge terkesiap. Dia menatap Klara sedih. Bahunya melorot seketika.
Inge berusaha menyusun kata.
INGE
Udah lama?
Klara hanya mengangguk pelan.
INGE (CONT’D)
Ya sudah.
Klara menoleh. Dia merasakan ada yang meredup dari ibunya.
INGE (CONT’D)
Tapi kok kamu enggak cerita sama ibu dari kemarin-kemarin?
Klara memaksa senyum.
KLARA
Kirain Tante Rima yang bakal cerita sama ibu.
INGE
Jadi Rima tahu duluan ketimbang ibu?
KLARA
Ini salah ibu karena maksa aku ke sini duluan. Pakai nginep lagi.
INGE
Kok malah ibu yang disalahin? Biasanya juga kita ngobrol lama di telepon. Enggak perlu pake ketemu buat kamu cerita apa aja.
Klara mengangkat bahu. Dia merasa lelah.
INGE (CONT’D)
Terus rencana kamu selanjutnya gimana?
KLARA
(sambil menoleh Belle)
Cari kerjaan.
Inge merasa tidak nyaman dengan cara Klara memandangi Belle.
INGE
Terus, Belle gimana?
KLARA
Ya nggak gimana-gimana.
Beat.
Klara menatap Inge tajam.
KLARA (CONT’D)
Ibu kayaknya keberatan banget sih sama Belle?
Inge buang napas.
INGE
Klar, dengerin ibu, ya. Ni kalau kita ngomongin ini tuh kayaknya enggak bakalan selesai tiga hari tiga malam.
KLARA
Karena ibu takut aku banyakan benernya?
INGE
Mungkin. Tapi yang paling pasti itu karena kamu tiba-tiba aja ngomongin prioritas Belle kayak kamu udah saban hari sama dia. Padahal, dari kemarin-kemarin tiap kali ibu sedikit cerita soal dia sambil kasih foto, kamu tuh adem-adem saja.
Tiba-tiba terdengar sesuatu yang keras dari belakang. Suara benda jatuh.
Sontak Klara berdua Inge saling menatap. Mereka segera bangkit dan bertiga Wati berlari ke belakang.