Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
KLARA & BELLE
Suka
Favorit
Bagikan
13. 13
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

66.  CONTINUED

Klara mengetuk pintu. Terdengar suara Rima menjawab “ya” dan hanya berselang beberapa detik pintu terbuka.

Rima muncul dengan baju rumahan. MASKER LUMPUR HITAM di mukanya dan rol rambut.

KLARA

Tan, aku kayaknya harus nelepon ayahnya Belle, deh.

Rima tidak menjawab karena pengaruh masker. Dia lalu hanya mengangguk-angguk.

KLARA (CONT’D)

Aku boleh minta nomor kontaknya.

Rima mengangguk-angguk lagi. Lalu dia berbalik dan hilang sebentar.

Tak lama Rima muncul lagi dengan ponsel yang menyala.

Rima memperlihatkan layar ponselnya ke Klara. Klara buru-buru mencatat nomornya.

Pada saat Klara menyalin nomor kontak Hadi, dia merasa ada yang kurang beres. Rima menulis nama Hadi dengan embel-embel kata BENGEK di belakangnya.

Begitu sudah, Klara berterima kasih dan pergi dari sana.

67.  CONTINUED

Klara keluar rumah. Dia duduk di beranda. Dia menikmati suasana malam itu yang terasa hangat beberapa detik sebelum teringat lagu tujuannya hendak menelepon Hadi.

Sebelum menelepon, dia mengisim pesan terlebih dahulu.

CUT TO:

68.  INT. RUANG TAMU – RUMAH HADI – SAME TIME

Hadi berdua Dewi duduk menemai Puput membuat peer. Mereka duduk bersisian di sofa panjang sementara Puput lesehan di lantai.

Di meja ada tiga mug teh dan sepiring kue. Ada juga ponsel Hadi diletakkan di antara piring kue dan mug.

DEWI

Ya udah Mas, mereka kan keluarganya juga. Enggak mungkin mereka masih bakal kayak dulu. Khususnya Klara, kan? Aku sendiri udah liat gimana dia. Bukan bocah lagi.

Hadi melirik Dewi. Dia tak suka dengan gagasan istrinya.

HADI

Ya aku juga lihatnya gitu. Pengen tenang juga kalau dia lagi ke sana. Tapi yang namanya ikhlas kan enggak bisa dipaksa.

DEWI

Ya emang jangan dipaksa kan, Mas. Tapi biarin aja. Selama ini pun mereka baik banget juga enggak. Adem gitu bawaannya. Jadi, ya coba aja Mas mikirnya kayak mereka. Yang penting Belle nggak kenapa-kenapa.

Hadi menghela napas. Dewi lalu memijit-mijit pundaknya.

PUPUT

Tapi, Yah, nanti Belle pulang, kan?

Hadi menoleh Puput.

Dewi menatap Hadi. Dia tersenyum kecil.

HADI

(ke Puput)

Ya pulanglah. Kan rumahnya di sini.

PUPUT

Tapi dia nggak mau pulang.

DEWI

Memangnya Puput pengin nyusulin Kak Belle juga?

PUPUT

Aku nyusulin juga palingan dia nggak mau. Ayah sama Ibu udah nyusulin aja dia tetep nggak mau.

Hadi dan Dewi saling menatap.

HADI

Ya, besok dia pulang, kok.

Terdengar ponsel berbunyi notifikasi.

Dewi menoleh ponsel di meja. Dia lalu menunjuk ponsel dengan dagu ke Hadi: tuh.

Hadi menoleh ponsel. Dia malas mengambilnya.

Lalu Dewi yang mengambil ponsel dan membuka aplikasi pesan. Dari nomor baru yang tidak disimpan dalam kontak.

Dewi membuka pesan itu. Ada nama Klara di dalam keterangan pesannya. Dia lalu memberikan ponsel pada Hadi.

DEWI

Dari Klara.

Hadi mengerutkan dahi menoleh Dewi. Lalu melihat ke ponsel.

69.  CONTINUED

Hadi membaca pesan yang ditulis Klara. Klara menulis kalau dia ingin menelepon.

Hadi mengetuk nomor Klara dan melakukan panggilan.

Tak lama terdengar nada sambungan.

Di sebelahnya, lewat tatapan Dewi meminta Hadi me-loud speaker percakapan mereka. Hadi manut. Dia mengetuk tombol speaker saat panggilannya tersambung.

KLARA (O.S.)

Om, ini Klara.

HADI

Ya tadi kamu sudah nulis WA begitu. Kenapa? Mau minta share lock? Belle sudah bisa kamu bujuk pulang?

Dewi menatap suaminya tegang. Hadi melirik Dewi senewen.

KLARA (O.S.)

Enggak Om, bukan itu. Saya belum bisa bujuk Belle mau pulang.

HADI

Terus kapan bisanya?

Beat.

Hening sebentar.

KLARA (O.S.)

Saya sebetulnya bukan mau bahas itu Om. Tapi, saya mau izin, sementara saya di sini sampai hari minggu depan, Belle tetap di sini sama saya.

Beat.

Hadi menelan ludah. Dia menahan marah.

Dewi menggeleng menatapnya. Dia lalu memungut ponsel di tangan Hadi.

DEWI

Klara, ini saya ... Dewi.

KLARA (O.S.)

Ya, Tan. Maaf nelepon jam segini.

DEWI

Iya nggak pa-pa. Santai saja sama tante.

Beat.

Hadi menatap Dewi tajam. Dia ingin mengambil ponselnya lagi. Tapi tak jadi.

DEWI (CONT’T)

Tadi tante denger kamu mau Belle di situ juga selama kamu ada di situ? Mm, gimana ya Klar, sebetulnya tante sama Om keberatan banget dia nginep lebih lama. Nggak pake rencana lagi.

Beat.

Hadi memandang Dewi bahwa ia tidak sependapat dengan apa yang dia katakan. Tapi dia juga tidak mau ribut.

DEWI (CONT’D)

Tapi ngeliat Belle kayaknya nempel banget sama kamu juga tante pun enggak tega. Gini aja, ini kedengarannya konyol aja sih. Tapi buat Tante sama Om di sini, hal yang beginian tuh ya udah lumrah.

Beat.

Dewi mengatur napas. Di kepalanya ia menyusun kata.

DEWI (CONT’D)

Gini, enggak apa-apa deh, Belle nginep lebih lama lagi. Tapi, please, Om sama Tante minta banget sama kamu. Bukan cuman ngejagain dia aja dua puluh empat jam. Karena tanggung jawabnya enggak hanya itu. Tapi kamu tolong bikinin semacam report gitu. Isinya ya macem-macem. Mulai dari apa saja yang dia makan. Tidur dan bangun jam berapa. Termasuk, kamu harus minta izin minimal tanya dulu kalau semisal kamu pengen ngajak dia jalan-jalan. Meski hanya ke taman.

KLARA (O.S.)

Iya, Tan. Saya bakal lakuin itu semua.

DEWI

Oke. Trim’s buat pengertiannya.

CUT TO:

Klara duduk di kursi rotan di beranda. Bahunya tegak. Kakinya yang telanjang menyerap dingin lantai.

KLARA

Iya, Tan. Saya juga bakal coba terus bujuk dia mau pulang. Syukur-syukur besok dia udah luluh.

DEWI (O.S.)

Nah itu memang harus. Jangan berhenti nyoba. Soalnya ini kemauan dia. Kalau kita berhenti bujuk, upaya kita yang udah kita bikin bakal sia-sia. Entarannya, kita musti mulai lagi. Dari awal. Jadi, ini yang sebetulnya paling penting harus kamu perhatiin.

Beat.

Klara memasang pendengarannya baik-baik menunggu Dewi melanjutkan.

DEWI (O.S.) (CONT’D)

Ini yang harus kamu ingat terus juga ya, Klara, kalau kamu berhenti bujuk dia hari ini, dan baru bujuk dia lagi ... luas misalnya, itu artinya lusa itu kamu mulai bujuk dia lagi dari awal. Jadi kamu harus sabar lebih lama lagi buat ngebujuk dia.

(beat)

Beda kalau kamu rutin bujuknya tiap hari, biasanya itu bikin kesempatan mau nurutnya dia lebih banyak ketimbang enggaknya.

Klara mencerna informasi barusan. Dia merasa ada yang janggal. Tapi dia mengabaikannya.

KLARA

Iya, Tan. Saya pasti bakal ingat terus.

DEWI (O.S.)

Oke. Dan mulai sekarang ya kamu bikin report-nya.

KLARA

Iya, Tan.

DEWI (O.S.)

Satu lagi. Tolong jangan merasa kamu lagi direpoti, ya. Kalau kamu merasa kerepotan cepet hubungi tante. Tante atau Om bakalan langsung datang ajak Belle pulang.

Setelah mengiya dan berterima kasih, Klara menutup telepon. Bahunya seketika melorot. Dia lalu menyandar.

Klara merasa dada dan kepalanya diserang rasa sakit habis-habisan.

Dia lalu memandang ke langit cerah dan mulai menangis.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar