Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
01. I/E. HALAMAN BELAKANG – RUMAH NENEK – DAY
SUARA PIANO MULAI. Kita akan melihat seluruh anggota Keluarga Besar Nenek berkumpul. Salah satunya adalah BELLE (16) Dia terlihat paling bahagia. Belle mengenakan terusan polkadot di bawah lutut. Sarung tangan pengantin. Sepatu bot oranye serta mahkota imitasi.
TITTLE: JAKARTA, 1999
HADI SIREGAR (35), ayah Belle memainkan piano. Belle berdiri di antara sepupu-sepupu yang masih kecil-kecil. Belle menyanyi lagu SELAMAT ULANG TAHUN dengan nada yang berantakan oleh semangat. Tetapi dia sangat bahagia.
KLARA (7)) Dia baru saja tiba dengan kedua orang tuanya: INGE (35) dan SOFYAN (41) Klara adalah adik tiri Belle.
Sepupu-sepupu Klara yang seumuran dengannya berlari menyambut. Mereka sangat berbahagia. Saling memeluk dan berpegangan tangan.
CUT TO:
Belle menoleh Klara. Dia lalu mendekat dengan kedua tangan merentang lebar.
Klara stuck di tempatnya berdiri. Wajahnya tegang melihat Belle mendekat.
BELLE
OH, OH MY-MY LOVELY SISTER!
Belle memeluk Klara. Beberapa saat kemudian, Klara menjerit. Klara histeris. Dia lalu menangis sejadi-jadinya.
Orang-orang, termasuk Inge dan Sofyan berlari mendekat.
Hadi tampak kebingungan pada mulanya dan berhenti main piano. Dia melihat bagaimana Inge berusaha melepas pelukan Belle pada adiknya.
Belle kemudian menyadari ibunya. Dia lalu berbalik memeluk Inge. Belle terus tertawa bahagia sementara Klara menjerit ketakutan.
BELLE
Mommy! Oh my God! Mommy I love you so much. Mommy ...
Inge memberi isyarat pada Sofyan untuk membebaskan mereka. Dia lalu melihat Hadi. Memberikan pandangan marah padanya.
But BELLE keepin’ LAUGHTER. She is so pretty HAPPY.
02. INT. TOILET KANTOR – DAY
CLOSE ON KLARA (27), dia memandangi wajahnya di cermin. Lalu menghapus make up dengan tisu basah. Setelah selesai dia memperhatikan wajahnya lagi. Klara tersenyum. Lalu memakai lipstick merah.
03. INT. KANTOR KERJA KLARA - DAY
Di sebuah ruang kerja yang sibuk.
Tittle: BANDUNG, PRESENT DAY
Kita akan melihat layar komputer. Ada halaman dengan tulisan SURAT PENGUNDURAN DIRI. Klara mencetak halaman tersebut.
YENI (28), rekan kerja Klara menggeser kursinya mendekat. Yeni menatap layar komputer Klara sebentar.
YENI
Lu seriusan?
Klara menoleh. Tersenyum tipis.
YENI (CONT’D)
Ngapain sih balik segala? Bukannya elu udah betah di sini?
Klara menatap Yeni. Yeni tertawa.
YENI (CONT’D)
Ya deh ...
(beat)
Tapi ni ya, ngomong-ngomong, enak bener ya jadi lu. Cuma butuh patah hati dan alasan resign jadi masuk akal?
KLARA
Terus, kalau menurut lu enak, kenapa enggak lu lakuin juga? Bukannya elu juga pengen resign dari dulu-dulu?
YENI
Masalahnya gue kan jomblo. Jadi, gimana caranya gue bisa patah hati?
Klara menggeleng. Dia mengambil amplop putih dalam laci. Kemudian memasukkan surat pengunduran diri.
YENI (CONT’D)
Lu bakal main-main ke Bandung, kan?
Klara geleng kepala.
YENI (CONT’D)
Yang bikin lu patah cuman Rico. Tapi yang elu keselin orang se-Bandung Raya. Nggak fair, ih!
KLARA
Ya ... mungkin Rico itu “kode alam” kalo gue enggak cocok kali ya, sama Bandung. Makanya gue yakin cabut meski nggak tahu di Jakarta ntar bisa cepet dapat kerja lagi apa, nggak?
YENI
Ya makanya itu, elu di sini aja dulu. Sambil cari kerja lagi. Kalo dapet baru lu balik ke kandang lu.
Yeni menatap Klara tajam.
YENI (CONT’D)
Gue curiga deh sama lo. Jangan-jangan lo anak sultan. Nggak mungkin, kan?
KLARA
(menirukan Yeni)
Nggak mungkin?
YENI
Ya hari gini kali. Nyari kutu aja masih lebih gampang ketimbang nyari kerja. Eh, elu. Masa cuman gara-gara patah hati terus kabur dari kerjaan. Enak banget ya kayaknya hidup lu!
Klara menopang dagu. Dia tertawa geli menatap Yeni.
YENI (CONT’D)
Jangan ketawa lu! Hari ini lu musti traktir gue makan tengkleng.
KLARA
Dih, demen amat sih sama kaki!
YENI
Sebodo!
04. INT. KERETA API - NIGHT
Klara duduk menyandar. Dia lelah. Di depannya, sepasang laki-laki dan perempuan paruh baya tidur saling menyandarkan kepala.
Klara tersenyum kecil memandang mereka. Dia lalu menoleh keluar. Memandangi langit gelap.
05. EXT. DEPAN STASIUN JAKARTA – LATER
Klara duduk memandangi suasana kota yang tak pernah sepi. Di kepalanya berkecamuk banyak hal. Dia lalu berkaca-kaca.
Ponselnya berdering. Klara mengambil ponsel di saku jaket. Nama “MAMA” berkedip-kedip di layar ponsel.
06. INT. RUMAH KLARA – RUANG MAKAN – MOMENTS LATER
Klara duduk. Di sana ada Inge (54) dan Sofyan (61) Klara memegangi mok teh jahe dengan kedua tangan di atas meja.
SOFYAN
Padahal ayah belain tidur cepet biar bisa bangun pagi. Eh, malah kamu pulang sebelum ayah bisa mimpi, Klar.
Klara tersenyum meminta maaf.
KLARA
Maaf, Yah. Aku lupa ngabarin kalo aku tukeran tiket sama temenku.
INGE
Ya, untung saja ibu video call ya, Yah. Jadi kita kedapetan kalau kamu sudah di Jakarta.
Klara meraih tangan Inge dan mengelusnya lembut. Inge tersenyum.
Dari belakang, muncul ANGGA (17) adik Klara membawa mangkuk mi.
ANGGA
Iya, tapi nggak untung di aku.
Semua orang menoleh. Klara tersenyum. Angga duduk di sebelah Klara.
ANGGA (CONT’D)
Gua lagi war, eh ... gara-gara dipaksa jemput elo, Kak. Kalahlah gua.
INGE
Ya baguslah. Jadi ada manfaatnya, kan? Mata kamu itu, bisa rehat bentar dari hape!
Angga melirik ibunya protes. Yang lain tertawa.
INGE (CONT’D)
Dan bagusnya lagi, Klara bisa bantuin ibu ngawasin kamu dari hape!
(ke Klara)
Nilainya turun tuh, Klar. Gara-gara hape melulu.
(ke Angga)
Awas saja ya kalau gagal SNMPTN ...
ANGGA
Kalo gagal ya masuk Tamtama lah. Jadi tentara.
INGE
Jadi tentara. Badan saja kurus begitu.
ANGGA
Ya makanya aku makannya dibanyakin.
SOFYAN
Sudah. Dia nanti bakalan masuk, kok. Ayah yakin.
INGE
Nggak usah keburu yakin deh, Yah. Orang anaknya aja gitu.
Klara tersenyum. Dia lalu menghirup teh. Sementara OBROLAN HANGAT itu terus lanjut.