Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Keluarga Terakhir
Suka
Favorit
Bagikan
8. Pembunuhan

EXT. GANG — NIGHT

WIDE SHOT: GANG

Gang sepi sudah menjelang dini hari, lampu-lampu rumah sudah mati hanya lampu jalan yang menyala. Hujan sudah reda tapi masih tersisa genangan-genangan air pada trotoar yang tidak rata.

CLOSE UP: GENANGAN AIR

EXT. WARUNG TANTE — NIGHT

WIDE SHOT: WARUNG NAMPAK DEPAN DARI JALAN

Beberapa orang masih menempati bangku warung. Mereka mengobrol dengan suara pelan. Iskak dan Darma bermain kartu dengan beberapa lain disana. Nampak beberapa botol minuman alkohol memenuhi meja.

CLOSE UP :BOTOL WHISKEY

EXT. JALANAN — NIGHT

VERY WIDE SHOT: JALANAN

Beberapa kendaraan masih memenuhi jalan, meski tidak banyak namun ada beberapa kendaraan berlalu-lalang.

EXT. JEMBATAN — NIGHT

Salim masih basah kuyup, rambutnya berantakan. Matanya masih merah, ia berdiri dari duduknya lalu berjalan pelan menjauhi jembatan. Pandangannya kosong dan sedikit bergumam, bicaranya meracau tidak jelas. Sorot matanya lurus pada ujung jalan.

EXT. DEPAN WARUNG SEMBAKO — NIGHT

Hampir tengah malam, gang ini sepi. Pak RT berjalan mondar-mandir di depan warung sembako. Warung sembako sudah tutup namun masih menyisakan tempat untuk sekedar duduk dan penerangan.

Pak RT menempati salah satu kursi di depan warung lalu menyulut rokok, ia terlihat menunggu seseorang. Berkali-kali Pak RT memperhatikan gang keluar menuju ke jalan raya.

Pak RT mengintip ujung gang sekali lagi, tidak ada seorangpun di hadapannya lalu ia menyandarkan badannya pada sandaran kursi.


CUT TO


EXT. JALANAN — NIGHT

Salim berjalan biasa saja memasuki menuju gang rumahnya. Pandangannya tetap kosong tapi jalannya semakin tegas. Air matanya tidak lagi menetes tapi dari mata sangat terbaca bagaimana keadaan hati dan pikiran Salim sedang hancur. Ada amarah bercampur dengan sedih dan rasa bersalah bahkan juga tertekan.

WIDE SHOT: DARI BELAKANG, SALIM BERJALAN


CUT BACK TO


EXT. DEPAN WARUNG SEMBAKO — NIGHT

Sudah hampir satu jam Pak RT duduk berjaga di gang ini.

Pak RT berdiri di muka terluar depan warung sembako. Merasa penantiannya tidak akan berujung, ia mulai berjalan menjauh. Pak RT berjalan menuju ke gang Warung Tante, gang itu tepat berseberangan di depan warung sembako.

WIDE SHOT : PAK RT

Beberapa langkah setelah memasuki gang, Pak RT mendengar suara langkah kaki dari belakangnya.

Pak RT berbalik, seorang laki-laki berjalan menuju rumah Salim. Ia mengikuti langkah laki-laki itu santai.

Pak RT tidak terburu-buru namun ia sangat waspada dan berhati-hati. Laki-laki itu seperti tidak menyadari kehadiran dan langkah Pak RT.

EXT. GANG MENUJU RUMAH SALIM — NIGHT

Salim berjalan menuju rumahnya. Beberapa langkah dibelakang Salim, Pak RT mengikutinya dengan tenang.

Pak RT tidak menegur Salim, dia hanya memperhatikan dan mengikuti langkah Salim. Namun Salim tidak menyadari hal itu.

Beberapa langkah setelah itu Pak RT sedikit tertinggal, langkah Salim semakin cepat.

Pak RT berhenti sejenak menyulut rokoknya. Tak lama, Pak RT semakin tertinggal dan Salim semkain jauh.

WIDE SHOT: SALIM

EXT. DEPAN RUMAH SALIM — NIGHT

Salim berhenti sejenak di depan pintu rumah, ia menarik napas dalam-dalam lalu mengambil parang di samping kiri pintu.

Ia memantabkan diri sendiri lalu membuka pintu pelan, pandangannya masih kosong ada amarah.

INT. RUANG TENGAH RUMAH SALIM — NIGHT

Santi masih menangis memeluk kedua anaknya. Ia mengusap-usap kepala Ciko lalu terdengar suara perut keroncongan.

CIKO

Ma, Laper

SANTI

Tunggu Papa pulang ya, bentar lagi kok

Santi berusaha menenangkan Ciko. Bersamaan dengan itu, pintu rumah terbuka. Santi terkejut dan ketakutan, ia semakin memeluk kedua anaknya dengan erat.

Pakaian Salim setengah basah dengan parang di tangan kanannya, pandangannya masih kosong.

Mendengar Ciko, Salim sempat mengeratkan bibir dan memejamkan mata kedua tangannya mengepal erat. Sebisa mungkin Salim berusaha untuk tidak melihat Ciko.

Salim menarik napas panjang lagi, matanya seperti menahan air matanya dalam matanya menetes.

SANTI (gemetar)

Mas ... K-kenapa bawa parang Mas

Melihat pandangan Salim yang tak biasa, Santi ketakutan.

CIKO

Papaa

Ciko hendak berlari menuju Salim namun, baru saja Ciko berdiri Santi menariknya. Suasana makin tegang.

Salim tetap terdiam dengan pandangan kosong. Salim menarik napas meyakinkan diri.

Dengan membabi buta, Salim melayangkan parang ke segalah arah.

SANTI

Mas! Mas! Kau ini kenapa Mas!
AAAAAAAAAAAAAAAAA

Santi menghindar sebisa mungkin dari parang yang dilayangkan Salim dengan tetap memeluk kedua anaknya.

Salim terus melayangkan parang ke segalah arah mendekati mereka. Santi semakin kewalahan hingga terpojok pada dinding sebelah meja televisi.

Santi bersusah payah menyelamatkan kedua anaknya, punggungnya sudah dipenuhi darah. Dia terengah-engah di pojokan. Salim menghentikan aksinya sejenak lebih tenang.


CUT TO

INT. KAMAR RINI — NIGHT

Lampu kamar tidak menyala, Rini tidur pulas. Ia terbangun mendengar teriakan wanita dari arah rumah Santi.

Rini sontak berdiri namun tidak mempunyai keberanian mengecek keluar.

Ia hanya duduk di atas tempat tidurnya. Terdengar lagi suara keributan yang membuatnya khawatir.

RINI

Duuuh kaya suara Santi ya, ada apeni tengah malem.

EXT. TERAS MARITA — NGIHT

Marita duduk menikmati rokoknya dengan santai. Ia mengangkat kedua kaki ke atas kursi di depannya.

Ia mengangkat kaki kanan dan menempatkannya di atas kaki kiri lalu menyamankan duduknya.

Marita mendongak ke atas bersandar pada sandaran kursi.

MARITA

Gue udah bilang apa aja ya selama ini ke Salim

Marita mengeluarkan selembar foto masa kecilnya bersama seorang anak laki-laki. Ia memperhatikan foto itu sedikit lebih lama.

MARITA

Bangsat lo Lim! Lo malah nikah sama cewe lain!

Marita melemparkan foto itu.


CUT BACK TO

INT. RUANG TENGAH RUMAH SALIM — NIGHT

Rumah Salim berantakan, badan Santi berdarah-darah di sudut ruangan dekat meja televisi.

Kedua anaknya masih selamat, Ciko berada di sudut ruang ketakutan. Santi memeluk adik Ciko, menutupi badan Ciko dengan badannya menghadap sudut dinding, ia sangat terangah-engah.

Salim memelankan pergerakannya, ia berjalan lebih mendekat. Mendengar Ciko mulai menangis, Salim berbalik lalu memukulkan parang ke dinding berkali-kali.

Saat itu, Salim membelakangi Santi dan kedua anaknya. Melihat pintu depan masih terbuka, Santi membisikkan sesuatu pada Ciko dengan menunjuk pintu itu.

CLOSE UP: PINTU

Ciko berjalan pelan menuju pintu, Salim berbalik badan mendengar langkah kaki Ciko. Salim segera mengunci pintu.

Ciko hendak kembali ke Santi, belum sampai Ciko pada Santi, Salim berhasil memegang baju Ciko. Ciko terdiam tak berkutik, ia hanya meneteskan air mata. Salim menatap Ciko dalam.

CIKO(gemetar)

Papa Ciko lapar Pa ...

Salim memejamkan mata sejenak melihat Ciko menangis.

CLOSE UP: CIKO

Santi benar-benar tak berkutik melihat situasi ini, ia kebingungan.

SALIM

Terakhir.

SANTI

Mas! MAS! Lepasin Ciko! LEPASIN CIKOOO!


Santi meninggalkan adik Ciko yang terdiam di sudut ruang lalu berlari menuju Salim.

Belum sempat Santi memegang lengan Salim, Salim sudah menebaskan parangnya ke badan Ciko beberapa kali.Ciko hilang kesadaran, darahnya bercucuran tidak karuan. Santi menangis meronta memeluk Ciko.

Seperti pikirannya kosong, Salim berdiri lalu menuju adik Ciko di sudut ruang. Santi melihat langkah itu, lalu sebisa mungkin ia menjatuhkan badannya dengan bersusah payah untuk meraih kaki Salim.

SANTI

Mas berhenti MAAAAS, Kau ini kenapaa


CUT TO

EXT. DEPAN RUMAH SALIM — NIGHT

Dari depan rumah Salim, Pak RT tercengang melihat Salim mengunci pintu rumah dan menyaksikan semua kejadian dalam rumah Salim melalui celah pintu dan jendela.

Pak RT tertunduk lemas lalu berjalan menjauhi rumah Salim. Jalannya pelan, matanya ke segalah arah hingga ia tidak bisa bernapas lancar.


CUT BACK TO

INT. RUANG TENGAH RUMAH SALIM — NIGHT

Tangis Santi meronta. Salim menghentikan langkah lalu menghadap ke Santi. Salim mengayunkan parangnya ke lengan Santi pelan namun bertenaga.

SANTI

AAAAAAAAAAAAAAAA

Santi berteriak meronta kesakitan melihat kedua tangannya patah berdara-darah. Hampir di seluruh dinding terdapat banyak percikan noda darah.

Salim menuju adik Ciko yang terdiam mematung di sudut ruang, Santi sudah tidak bertenaga menghentikannya. Pandangan Salim kosong ia langsung saja menebaskan parang itu ke anak bungsunya.

Santi hanya bisa pasrah dan memejamkan matanya erat melihat anak bungsunya yang malang. Ciko dan adiknya sudah tidak bernyawa.

Santi, kewalahan tak berdaya hingga hanya bisa menggerakkan kedua bola matanya. Salim mendekat, Santi sudah tidak mampu berkata-kata, ia hanya mampu meneteskan air mata.

Salim melayangkan parang itu ke Santi berkali-kali dengan pelan. Darahnya bercucuran, telinga Salim seperti tidak mendengar apa-apa.

Ketika Salim berhenti, ia tersadar. Namun Santi sudah lemas lalu ia peluk Santi erat dan mencium keningnya.

SALIM

Ini Salahku. A-aku yang Salah

Salim menatap mata Santi. Air matanya mengalir, Salim kembali mencium keningnya lalu memeluk Santi erat.

SANTI

Ini pilihanku, apapun itu aku ikut kamu.

Santi sempat meneteskan air mata sebelum benar-benar menghembuskan nafas terakhir.

CLOSE UP: SANTI

SALIM

Bangsat!

Salim menangis. Ia kebingungan memperhatikan jasad kedua anaknya, lalu mengusap-usap mukanya.

EXT. DEPAN RUMAH SALIM — NIGHT

Salim berlari kencang keluar dari rumahnya menuju keluar gang. Ia masih membawa parang.

EXT. BELOKAN GANG WARUNG — NIGHT

Beberapa langkah setelah berbelok, Pak RT hanya terdiam. Langkah kaki Salim terdengar, tetapi Pak RT mengabaikan Salim dan tetap berjalan. Pak RT nampak murung.

EXT. GANG DEPAN RUMAH MARITA — NIGHT

WIDE SHOT: TERAS RUMAH MARITA

EXT. TERAS RUMAH MARITA — NIGHT

Marita merokok duduk santai, bersandar pada sandaran kursi. Ia mengangkat kedua tangannya ke atas kepala.

Seorang laki-laki berlari kencang melewati depan rumahnya. Marita hanya diam, ia menegakkan badannya.

MARITA

Eh Salim bukan ya

Marita mendekati pagarnya sedikit mengintip tapi Salim sudah tak terlihat. Seorang wanita berpakaian minim mendekatinya. Marita melihatnya sinis.

MARITA

Tumben lo. Mau bayar utang apa nambah utang lagi lo

EXTRA WIDE SHOT: LANGIT

EXT. GANG — DAY

Pagi hari seperti biasa. Pedagang Sayur menghentikan gerobak sayurnya di depan rumah Rini.

PEDAGANG SAYUR

SAAAAYUUUUUR! SAAAAAYUUUUUUUR!

Marlina datang mendekat.

MARLINA

Mau sawi 2 ikat aja bi

PEDAGANG SAYUR

Oke 2 ikat

Rini berjalan mendekat sambil terus memandangi rumah Santi.

RINI

Rumah Santi kok kebuka ya, tapi sepi. Biasanya juga beli sayur.
Duhh perasaanku ga enak

PEDAGANG SAYUR

Iya tuh

MARLINA

Coba deh aku samperin

Marlina berjalan menuju rumah Santi.

Rini memperhatikan namun tak berkutik, ia terlihat cemas mengingat teriakan semalam.

CLOSE UP: RINI

EXT. TERAS RUMAH SALIM — DAY

Lampunya masih menyala, Marlina memelankan langkahya melihat ada bercak-bercak darah di dinding.

MARLINA

San, pagi-pagi udah sepi ... aja

Nadanya menurun, Marlina terdiam tercengang. Masih di depan pintu, ia menjatuhkan belanjaan dan badannya.

MARLINA

AAAAAAAA! Santi!

Mendengar teriakan Marlina, Rini dan pedagang sayur segera berlari menuju Rumah Santi.

RINI

Panggil Pak RT! Panggil!


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar