Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
EXT. GANG — NIGHT
WIDE SHOT: GANG
Gang sepi sudah menjelang dini hari, lampu-lampu rumah sudah mati hanya lampu jalan yang menyala. Hujan sudah reda tapi masih tersisa genangan-genangan air pada trotoar yang tidak rata.
CLOSE UP: GENANGAN AIR
EXT. WARUNG TANTE — NIGHT
WIDE SHOT: WARUNG NAMPAK DEPAN DARI JALAN
Beberapa orang masih menempati bangku warung. Mereka mengobrol dengan suara pelan. Iskak dan Darma bermain kartu dengan beberapa lain disana. Nampak beberapa botol minuman alkohol memenuhi meja.
CLOSE UP :BOTOL WHISKEY
EXT. JALANAN — NIGHT
VERY WIDE SHOT: JALANAN
Beberapa kendaraan masih memenuhi jalan, meski tidak banyak namun ada beberapa kendaraan berlalu-lalang.
EXT. JEMBATAN — NIGHT
Salim masih basah kuyup, rambutnya berantakan. Matanya masih merah, ia berdiri dari duduknya lalu berjalan pelan menjauhi jembatan. Pandangannya kosong dan sedikit bergumam, bicaranya meracau tidak jelas. Sorot matanya lurus pada ujung jalan.
EXT. DEPAN WARUNG SEMBAKO — NIGHT
Hampir tengah malam, gang ini sepi. Pak RT berjalan mondar-mandir di depan warung sembako. Warung sembako sudah tutup namun masih menyisakan tempat untuk sekedar duduk dan penerangan.
Pak RT menempati salah satu kursi di depan warung lalu menyulut rokok, ia terlihat menunggu seseorang. Berkali-kali Pak RT memperhatikan gang keluar menuju ke jalan raya.
Pak RT mengintip ujung gang sekali lagi, tidak ada seorangpun di hadapannya lalu ia menyandarkan badannya pada sandaran kursi.
CUT TO
EXT. JALANAN — NIGHT
Salim berjalan biasa saja memasuki menuju gang rumahnya. Pandangannya tetap kosong tapi jalannya semakin tegas. Air matanya tidak lagi menetes tapi dari mata sangat terbaca bagaimana keadaan hati dan pikiran Salim sedang hancur. Ada amarah bercampur dengan sedih dan rasa bersalah bahkan juga tertekan.
WIDE SHOT: DARI BELAKANG, SALIM BERJALAN
CUT BACK TO
EXT. DEPAN WARUNG SEMBAKO — NIGHT
Sudah hampir satu jam Pak RT duduk berjaga di gang ini.
Pak RT berdiri di muka terluar depan warung sembako. Merasa penantiannya tidak akan berujung, ia mulai berjalan menjauh. Pak RT berjalan menuju ke gang Warung Tante, gang itu tepat berseberangan di depan warung sembako.
WIDE SHOT : PAK RT
Beberapa langkah setelah memasuki gang, Pak RT mendengar suara langkah kaki dari belakangnya.
Pak RT berbalik, seorang laki-laki berjalan menuju rumah Salim. Ia mengikuti langkah laki-laki itu santai.
Pak RT tidak terburu-buru namun ia sangat waspada dan berhati-hati. Laki-laki itu seperti tidak menyadari kehadiran dan langkah Pak RT.
EXT. GANG MENUJU RUMAH SALIM — NIGHT
Salim berjalan menuju rumahnya. Beberapa langkah dibelakang Salim, Pak RT mengikutinya dengan tenang.
Pak RT tidak menegur Salim, dia hanya memperhatikan dan mengikuti langkah Salim. Namun Salim tidak menyadari hal itu.
Beberapa langkah setelah itu Pak RT sedikit tertinggal, langkah Salim semakin cepat.
Pak RT berhenti sejenak menyulut rokoknya. Tak lama, Pak RT semakin tertinggal dan Salim semkain jauh.
WIDE SHOT: SALIM
EXT. DEPAN RUMAH SALIM — NIGHT
Salim berhenti sejenak di depan pintu rumah, ia menarik napas dalam-dalam lalu mengambil parang di samping kiri pintu.
Ia memantabkan diri sendiri lalu membuka pintu pelan, pandangannya masih kosong ada amarah.
INT. RUANG TENGAH RUMAH SALIM — NIGHT
Santi masih menangis memeluk kedua anaknya. Ia mengusap-usap kepala Ciko lalu terdengar suara perut keroncongan.
CIKO
SANTI
Santi berusaha menenangkan Ciko. Bersamaan dengan itu, pintu rumah terbuka. Santi terkejut dan ketakutan, ia semakin memeluk kedua anaknya dengan erat.
Pakaian Salim setengah basah dengan parang di tangan kanannya, pandangannya masih kosong.
Mendengar Ciko, Salim sempat mengeratkan bibir dan memejamkan mata kedua tangannya mengepal erat. Sebisa mungkin Salim berusaha untuk tidak melihat Ciko.
Salim menarik napas panjang lagi, matanya seperti menahan air matanya dalam matanya menetes.
SANTI (gemetar)
Melihat pandangan Salim yang tak biasa, Santi ketakutan.
CIKO
Ciko hendak berlari menuju Salim namun, baru saja Ciko berdiri Santi menariknya. Suasana makin tegang.
Salim tetap terdiam dengan pandangan kosong. Salim menarik napas meyakinkan diri.
Dengan membabi buta, Salim melayangkan parang ke segalah arah.
SANTI
Santi menghindar sebisa mungkin dari parang yang dilayangkan Salim dengan tetap memeluk kedua anaknya.
Salim terus melayangkan parang ke segalah arah mendekati mereka. Santi semakin kewalahan hingga terpojok pada dinding sebelah meja televisi.
Santi bersusah payah menyelamatkan kedua anaknya, punggungnya sudah dipenuhi darah. Dia terengah-engah di pojokan. Salim menghentikan aksinya sejenak lebih tenang.
CUT TO
INT. KAMAR RINI — NIGHT
Lampu kamar tidak menyala, Rini tidur pulas. Ia terbangun mendengar teriakan wanita dari arah rumah Santi.
Rini sontak berdiri namun tidak mempunyai keberanian mengecek keluar.
Ia hanya duduk di atas tempat tidurnya. Terdengar lagi suara keributan yang membuatnya khawatir.
RINI
EXT. TERAS MARITA — NGIHT
Marita duduk menikmati rokoknya dengan santai. Ia mengangkat kedua kaki ke atas kursi di depannya.
Ia mengangkat kaki kanan dan menempatkannya di atas kaki kiri lalu menyamankan duduknya.
Marita mendongak ke atas bersandar pada sandaran kursi.
MARITA
Marita mengeluarkan selembar foto masa kecilnya bersama seorang anak laki-laki. Ia memperhatikan foto itu sedikit lebih lama.
MARITA
Marita melemparkan foto itu.
CUT BACK TO
INT. RUANG TENGAH RUMAH SALIM — NIGHT
Rumah Salim berantakan, badan Santi berdarah-darah di sudut ruangan dekat meja televisi.
Kedua anaknya masih selamat, Ciko berada di sudut ruang ketakutan. Santi memeluk adik Ciko, menutupi badan Ciko dengan badannya menghadap sudut dinding, ia sangat terangah-engah.
Salim memelankan pergerakannya, ia berjalan lebih mendekat. Mendengar Ciko mulai menangis, Salim berbalik lalu memukulkan parang ke dinding berkali-kali.
Saat itu, Salim membelakangi Santi dan kedua anaknya. Melihat pintu depan masih terbuka, Santi membisikkan sesuatu pada Ciko dengan menunjuk pintu itu.
CLOSE UP: PINTU
Ciko berjalan pelan menuju pintu, Salim berbalik badan mendengar langkah kaki Ciko. Salim segera mengunci pintu.
Ciko hendak kembali ke Santi, belum sampai Ciko pada Santi, Salim berhasil memegang baju Ciko. Ciko terdiam tak berkutik, ia hanya meneteskan air mata. Salim menatap Ciko dalam.
CIKO(gemetar)
Salim memejamkan mata sejenak melihat Ciko menangis.
CLOSE UP: CIKO
Santi benar-benar tak berkutik melihat situasi ini, ia kebingungan.
SALIM
SANTI
Santi meninggalkan adik Ciko yang terdiam di sudut ruang lalu berlari menuju Salim.
Belum sempat Santi memegang lengan Salim, Salim sudah menebaskan parangnya ke badan Ciko beberapa kali.Ciko hilang kesadaran, darahnya bercucuran tidak karuan. Santi menangis meronta memeluk Ciko.
Seperti pikirannya kosong, Salim berdiri lalu menuju adik Ciko di sudut ruang. Santi melihat langkah itu, lalu sebisa mungkin ia menjatuhkan badannya dengan bersusah payah untuk meraih kaki Salim.
SANTI
CUT TO
EXT. DEPAN RUMAH SALIM — NIGHT
Dari depan rumah Salim, Pak RT tercengang melihat Salim mengunci pintu rumah dan menyaksikan semua kejadian dalam rumah Salim melalui celah pintu dan jendela.
Pak RT tertunduk lemas lalu berjalan menjauhi rumah Salim. Jalannya pelan, matanya ke segalah arah hingga ia tidak bisa bernapas lancar.
CUT BACK TO
INT. RUANG TENGAH RUMAH SALIM — NIGHT
Tangis Santi meronta. Salim menghentikan langkah lalu menghadap ke Santi. Salim mengayunkan parangnya ke lengan Santi pelan namun bertenaga.
SANTI
Santi berteriak meronta kesakitan melihat kedua tangannya patah berdara-darah. Hampir di seluruh dinding terdapat banyak percikan noda darah.
Salim menuju adik Ciko yang terdiam mematung di sudut ruang, Santi sudah tidak bertenaga menghentikannya. Pandangan Salim kosong ia langsung saja menebaskan parang itu ke anak bungsunya.
Santi hanya bisa pasrah dan memejamkan matanya erat melihat anak bungsunya yang malang. Ciko dan adiknya sudah tidak bernyawa.
Santi, kewalahan tak berdaya hingga hanya bisa menggerakkan kedua bola matanya. Salim mendekat, Santi sudah tidak mampu berkata-kata, ia hanya mampu meneteskan air mata.
Salim melayangkan parang itu ke Santi berkali-kali dengan pelan. Darahnya bercucuran, telinga Salim seperti tidak mendengar apa-apa.
Ketika Salim berhenti, ia tersadar. Namun Santi sudah lemas lalu ia peluk Santi erat dan mencium keningnya.
SALIM
Salim menatap mata Santi. Air matanya mengalir, Salim kembali mencium keningnya lalu memeluk Santi erat.
SANTI
Santi sempat meneteskan air mata sebelum benar-benar menghembuskan nafas terakhir.
CLOSE UP: SANTI
SALIM
Salim menangis. Ia kebingungan memperhatikan jasad kedua anaknya, lalu mengusap-usap mukanya.
EXT. DEPAN RUMAH SALIM — NIGHT
Salim berlari kencang keluar dari rumahnya menuju keluar gang. Ia masih membawa parang.
EXT. BELOKAN GANG WARUNG — NIGHT
Beberapa langkah setelah berbelok, Pak RT hanya terdiam. Langkah kaki Salim terdengar, tetapi Pak RT mengabaikan Salim dan tetap berjalan. Pak RT nampak murung.
EXT. GANG DEPAN RUMAH MARITA — NIGHT
WIDE SHOT: TERAS RUMAH MARITA
EXT. TERAS RUMAH MARITA — NIGHT
Marita merokok duduk santai, bersandar pada sandaran kursi. Ia mengangkat kedua tangannya ke atas kepala.
Seorang laki-laki berlari kencang melewati depan rumahnya. Marita hanya diam, ia menegakkan badannya.
MARITA
Marita mendekati pagarnya sedikit mengintip tapi Salim sudah tak terlihat. Seorang wanita berpakaian minim mendekatinya. Marita melihatnya sinis.
MARITA
EXTRA WIDE SHOT: LANGIT
EXT. GANG — DAY
Pagi hari seperti biasa. Pedagang Sayur menghentikan gerobak sayurnya di depan rumah Rini.
PEDAGANG SAYUR
Marlina datang mendekat.
MARLINA
PEDAGANG SAYUR
Rini berjalan mendekat sambil terus memandangi rumah Santi.
RINI
PEDAGANG SAYUR
MARLINA
Marlina berjalan menuju rumah Santi.
Rini memperhatikan namun tak berkutik, ia terlihat cemas mengingat teriakan semalam.
CLOSE UP: RINI
EXT. TERAS RUMAH SALIM — DAY
Lampunya masih menyala, Marlina memelankan langkahya melihat ada bercak-bercak darah di dinding.
MARLINA
Nadanya menurun, Marlina terdiam tercengang. Masih di depan pintu, ia menjatuhkan belanjaan dan badannya.
MARLINA
Mendengar teriakan Marlina, Rini dan pedagang sayur segera berlari menuju Rumah Santi.
RINI