37. INT/EXT. GEDUNG BIOSKOP - MALAM
Moeda dan Tomi baru keluar dari teater. Wajah Moeda sedikit pucat. Tomi menggamit tangan gadis itu.
TOMI
Kenapa? Nggak suka sama film action ya?
MOEDA
Iya, nggak suka.
TOMI
Lain kali kamu aja deh yang milih filmnya. Seleraku kelihatannya agak berbeda dengan selera kamu. Tapi nggak apa-apa kan? Sekali ini saja nonton action begitu?
MOEDA
Nggak masalah kok. Cuma masih ngeri aja.
Tomi menarik bahu Moeda. Keduanya saling tatap. Wajah Moeda malu-malu. Tomi memasang senyum manis.
TOMI
Kamu cantik malam ini...
Moeda tersenyum malu-malu.
MOEDA
Masa sih?
TOMI
Iya, serius deh. Kamu cakep. Aku beruntung bisa ngajak kamu nonton malam ini.
MOEDA
Terima kasih kalau begitu. Tapi aku udah mulai kebal dengan rayuanmu.
TOMI
Masa sih? Wah, gawat dong kalau sudah kebal. Oke deh, gimana kalau kita makan jagung bakar?
MOEDA
Di mana?
TOMI
Tuuuh, di depan situ. Yuk!
Tomi menggandeng tangan Moeda ke lapak penjual jagung bakar.
Tidak lama keduanya makan jagung bakar berdua.
TOMI
Moeda, ada yang ingin aku sampaikan?
MOEDA
Apaan tuh?
TOMI
Kamu sudah memikirkan tawaranku kemarin?
MOEDA
Masalah investasi?
TOMI
Betul.
MOEDA
Aku kelihatannya kurang tertarik deh. Ya gimana, aku sekarang masih kurang ahli dalam bisnis. Sedang fokus skripsi juga kan.
TOMI
Kalau begitu, biar aku saja yang investasi. Aku cukup jago. Lagian bunganya banyak. Kita bisa untung besar kalau nanam modal! Investasi ini betulan, bukan bodong atau palsu. Jadi tidak perlu khawatir.
Moeda tidak segera menjawab, dia sibuk membersihkan kulit ari jagung di giginya.
MOEDA
Ya kalau kamu mau bisnis, bagus deh. Semoga sukses!
TOMI
Tapi aku minjem duitmu dulu ya...
MOEDA
Berapa? Dua ratus ribu?
TOMI
Seratus juta aja sih...
Moeda tersedak jagung. Wajah gadis itu berubah. Dia melihat Tomi dengan tatapan tajam. Ada kecurigaan di matanya.
MOEDA
Apa? Seratus juta? Duit semua tuh? Atau dicampur daun?! Kalau sebanyak itu, mana ada! Jadi garong dulu, ngerampok bank baru punya duit sebanyak itu!
TOMI
Memangnya nggak bisa, ngelobi ayah kamu? Kan dia banyak duitnya. Aku tahu lho siapa ayah kamu...
MOEDA
Nggak bisa! Lagian kok kamu berani ngutang sama aku sih! Aku ini alergi dengan cowok yang suka ngutang! Lagian gini, yang punya duit itu bapakku. Kamu ini memang hobi ngutang atau gimana?
TOMI
Aku bukan ngutang sekadar ngutang, Moeda. Aku hanya meminjam uangmu dalam jangka waktu tertentu untuk bisnis. Nah! Kalau sudah untung, pasti kukembalikan, plus bunganya!
MOEDA
Selama ini kamu sudah untung? Mana? Kan nyatanya belum! Ternyata bener kata beberapa kawanku ya, harus berhati-hati dengan cowok bermental pengutang kayak kamu. Aku pulang deh, kayaknya udah harus istirahat nih!
Tomi cuma bengong mendengar jawaban Moeda. Tanpa ba-bi-bu, Moeda membayar jagung bakarnya dan pergi. Moeda pergi meninggalkan Tomi.
TOMI
Lho, mau ke mana? Bentar dulu dong, kita ngobrol dulu tentang investasi itu!
Moeda menggelengkan kepala. Sebelum masuk ke mobil, Moeda berhenti. Dicopotnya cincin hadiah dari Tomi. Dia masuk kembali ke dalam.
MOEDA
Aku balikin cincinmu ini. Cincin KW ini maksudnya!
TOMI
Kok kamu tahu kalau itu KW?
MOEDA
Tahu dong! Gini-gini aku bisa ngebedain cincin asli dan KW!
Moeda meletakkan cincin itu ke meja.
TOMI
Tunggu dulu, Moeda. Ini memang bukan cincin asli. Tapi percayalah, cintaku padamu asli dan murni seperti bunga mawar hutan...
Tomi memegang tangan Moeda. Wajahnya memelas.
MOEDA
Udahlah... Lebih baik kita putus. Kita nggak cocok!
Moeda mengibaskan tangan Tomi. Tomi terkejut.
TOMI
Putus?
MOEDA
Iya, putus.
TOMI
Yakin mau putus? Nggak mau mikirin lagi?
MOEDA
Yakin! Udah deh. Nggak cocok, nggak perlu diterusin. Jangan ganggu aku lagi.
Moeda meninggalkan Tomi.
TOMI
MOEDA!
Moeda berhenti, kemudian menoleh.
MOEDA
Ada apa lagi?
TOMI
Meski kita putus, masih boleh nggak aku ngutang ke kamu?
Moeda langsung menepuk jidat mendengar pertanyaan Tomi.
MOEDA
Utang ke aku nggak bisa. Tapi aku tahu caranya agar bisa kaya. Mau tahu?
Tomi mengangguk.
TOMI
Mau! Cara apa itu?
MOEDA
KERJAAAA!
Moeda langsung masuk ke dalam mobilnya. Tomi hanya garuk-garuk kepala.