Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
53 EXT. PARKIRAN CAFE MANNA. ALMOST TWILIGHT 53
Ganis keluar dari mobilnya. Ia yang sekarang berubah
dibanding ia zaman SMA. Ia dengan rambut panjangnya
terlihat sangat cantik.
ALUMNI 1
(berbisik ke
sebelahnya)
Eh... itu Ganis bukan sih?
ALUMNI 2
(ikut berbisik)
Iya bener. Gile cantik banget.
ALUMNI 1
Bertahun-tahun reuni dia baru dateng
sekarang.
ALUMNI 2
Maklum lah. Dia udah nyampe mana
mana. Gue denger dia sekolah di New
York sama Mamanya.
54 INT. CAFE MANNA. NIGHT 54
Semua orang nampak melihat ke arah pintu masuk ketika Ganis
datang. Ganis masih agak salah tingkah.
TARI
Akhirnya dateng juga lo!
RESA
Parah banget emang baru dateng
sekarang.
GANIS
Hehe. Maafin gue.
TARI
Lo abis dari Tonight Show ya? Gue
ngefan banget sama vindest!
RESA
Lo ya temen gak ditanyain kabar
malah nyari kesempatan.
GANIS
(tertawa)
BERLIAN
Ganis! Gue kangen banget ama lo!!!
(berlari memeluk
Ganis)
Parah lo ya. Sibuk mulu sampe gabisa
ditemuin sama sekali.
GANIS
Iyaaa maaf maaf. Nanti kita main!
BERLIAN
Beneran yahh!
Tiba-tiba seorang lelaki berperawakan tinggi menghampiri
kerumunan Ganis, dan menghampiri Berlian.
NANDA
(mendekat ke
Berlian dan
berbisik)
Kapan pulang?
BERLIAN
Iya sayang aku sapa Ganis dulu ya.
GANIS
Oh ini suaminya Berlian? Hai. Maaf
banget ya gabisa datang ke
pernikahan.
(salaman dengan
Nanda)
BERLIAN
Lo ga datang tapi hadiah lo bejibun.
(beat)
By the way gue mau pulang cepet yah.
Ada acara keluarga juga nih di
keluarga suami.
GANIS
Ati-ati, Ber!
BERLIAN
Lo kudu calling gue oke?
GANIS
Iyah.
Ganis, Resa dan Tari lanjut ngobrol. Tiba-tiba Vidya yang
datang menghampiri. Vidya berubah menjadi gemuk sekali.
VIDYA
Hai Nis. Lama gak jumpa.
GANIS
Hai... Vidya.
RESA
Ini beneran elo Vid? Lo dari kapan
berubah banget gini?
VIDYA
Gue habis melahirkan Res makanya
badan gue bengkak banget gini.
(beat)
Gue juga sadar kalo setiap orang
pasti ada masanya di titik terendah
penampilannya. Gue nyesel dulu
pernah ngeremehin elo, Nis.
(memandang Ganis)
Sorry, ya.
GANIS
(tersenyum)
Waktu SMA kita semua masih belum
bisa mikir, Vid. Gapapa. Sekarang lo
juga ga perlu insecure sama body lo.
Lo tetep cantik. Apalagi lo jadi
ibu.
VIDYA
(tersenyum)
Gue tau lo baik banget dari dulu.
Mereka tersenyum bersama-sama.
55 INT. CAFE MANNA. MOMENT LATER 55
Ganis berjalan ke minuman berjejer. Ia bingung ingin minum
yang mana. Di ujung meja, Inu berdiri memandangi Ganis.
Mereka bertatapan dari jauh.
Ganis ingin menyapa, namun tiba-tiba Andi muncul di
hadapannya.
ANDI
Hai, Ganis.
GANIS
(tergagap)
Oh-- hai Kak Andi.
ANDI
Udah makan?
GANIS
Belum, sih.
(matanya melirik ke
arah Inu yang masih
mematung di
kejauhan.)
ANDI
Mejaku ada di sebelah sana. Masih
kosong. Meja lain udah penuh.
GANIS
O--oke kak.
(mengambil sirup
hijau dan selat
solo, mengikuti
Andi)
Sementara Inu dengan muka masam bergegas bergabung dengan
meja cowo-cowo yang ramai.
ANDI
Lama gak ketemu, Nis.
GANIS
Hehe. Iya, kak.
(memasukkan wortel
ke mulut)
Kakak kerja dimana sekarang?
ANDI
Aku jadi PNS di pemkot, Nis.
GANIS
Ooohh...
(makan lagi)
ANDI
By the way, kamu tambah cantik.
(beat)
Banget.
GANIS
(tersenyum tipis,
salah tingkah)
ANDI
Aku jadi nyesel kenapa dulu aku
jadian dulu sama orang lain.
GANIS
(tersenyum)
Gaada yang perlu disesali, Kak.
Semuanya punya hikmah sendiri
sendiri.
ANDI
(menghela napas)
Aku jadi menyia-nyiakan orang yang
luar biasa kayak kamu.
GANIS
(tersenyum samar)
ANDI
(melipat kedua
tangan di meja)
Sebenernya selama bertahun-tahun aku
masih berharap kalau aku masih punya
kesempatan.
GANIS
(memandang Andi)
Kesempatan apa Kak?
ANDI
Bilang iya waktu di lapangan basket.
GANIS
(tersedak minuman,
batuk-batuk)
Ah, jangan diingat, Kak. Aku jadi
malu.
ANDI
(tertawa)
Kamu waktu itu lucu banget, tau.
Kamu kelihatan grogi banget.
GANIS
Hehehe...
ANDI
(terus bercerita)
GANIS
(mulai merasa tidak
nyaman, memandangi
Andi yang sedang
bercerita panjang
lebar dengan
tatapan kosong)
56 INT. KAMAR GANIS. NIGHT 56
Ganis yang lelah langsung berbaring di kasur. Ia mengecek
hp-nya sambil rebahan. Ada pesan masuk dari Inu.
INU
(txt)
Sombong banget temen duet kaga
disapa :'(
Ganis yang berbaring nampak memikirkan sesuatu. Ia
memandangi langit-langit kamar.
Tak lama, ia kembali membuka handphone-nya. Ia memutuskan
untuk menelfon Inu.
GANIS
(mulai telfon Inu)
Uy.
INU
Lo udah sampe rumah?
GANIS
Udah.
(beat)
Lo?
INU
Sama.
GANIS
Sorry banget ya tadi.
INU
Gue ngerti kok.
GANIS
Makasi ya.
Ada jeda agak panjang diantara percakapan mereka.
INU
Nis gue gamau nyesel.
GANIS
Ada apa?
INU
Gue mau bilang.
GANIS
Apa?
INU
Selama ini gue naksir sama lo. Dari
SMP. Gue gabisa ngelihat cewe lain
selain elo.
(beat)
Mungkin dengan gue bilang gue ada
dua kemungkinan. Kalo lo nerima gue
ya syukur, kalo lo nolak gue,
seenggaknya gue bisa move on terus
nyari cewe lain walau susah.
Bersamaan dengan Inu bicara, potongan-potongan kenangan
masa lalu muncul lagi.
Inu yang tersenyum memandang Ganis ketika akan masuk Paski.
Inu yang mukanya berkerut ketika Ganis disindir-sindir di
depan ruang guru.
Inu yang melihat Ganis dan Andi duduk berdua di kolam, ia
hanya bisa memandangi dari kejauhan dan beranjak pergi.
Inu yang sangat cemas ketika membonceng Ganis.
Inu yang memberikan senyum tulusnya ketika Ganis kembali
bernyanyi dengannya ketika peringatan hari guru.
Terakhir, ketika kelulusan ia masih disamping Ganis sebagai
sahabat, dan mereka bersenang-senang bersama mengenakan
toga kelulusan.
GANIS
Hah?
(beat)
Lo gak lagi mabuk, kan?
INU
Enggak, lah.
GANIS
Nu. Lo tuh sahabat gue. Gue gak mau
ini jadi...
INU
Mau lo nolak atau nerima, lo
selamanya sahabat gue. Gue gak
secetek itu.
GANIS
(menghela napas
panjang.)
INU
Gue tau ini mendadak banget buat lo.
(beat)
Tolong difikir dulu ya, Nis. Gue
menghargai apapun keputusan lo.
GANIS
Nu... gue gak tahu kudu ngomong apa
sekarang.
INU
Ga perlu nyusahin diri lo sendiri,
Nis. Udah lo istirahat dulu aja.
GANIS
Iyah...
INU
Gue tutup ya. Assalamualaikum.
GANIS
Waalaikumsalam.
Ganis membalik hp-nya. Ia memandangi langit-langit kamarnya
dengan raut muka penuh pertanyaan. Ia menghela napas lagi.
57 INT. RUANG MAKE UP. DAY 57
Ganis akan melakukan pemotretan untuk album barunya. Ia
duduk di depan cermin dengan banyak make up artist merias
wajahnya. Orang-orang sekitar nampak sibuk, ia hanya
melamun memandangi dirinya sendiri.
Tiba-tiba, seorang make-up artist menerima telfon.
MIRANDA
Halo? Nanti jam 2 baru jemput.
(beat)
Iyaaa gak minum kopi.
(beat)
Heiiiss.
Miranda menutup telfonnya dengan emosi. Ia pun segera
mematikan handphone-nya dan kembali ke Ganis.
MIRANDA (cont'd)
Maaf ya, Mbak Ganis. Saya tadi lupa
matikan telfon. Ya gini kalau dia
tahu hp saya aktif pasti diteror.
(sambil menebalkan
alis Ganis)
GANIS
(tertawa pelan)
Gapapa, Mbak. Namanya juga suami.
MIRANDA
Iya, Mbak. Saya gak nyangka. Saya
temenan sama suami dua belas tahun
dari saya SMP. Dulunya dia judes
banget sama saya.
(beat)
Eh kok demen. Terus pas udah jadi
suami istri gini malah dia bawel
banget berapa jam sekali ditelfon.
GANIS
Ah. Saya yang jomblo jadi iri, Mbak.
Hihihi.
MIRANDA
(tertawa)
Gak ada yang ngira Mbak saya
berjodoh sama sahabat saya sendiri.
GANIS
(tertawa, lalu
melamun lagi)
Ganis tak tahan. Ia beranjak dari kursi riasnya.
MIRANDA
Lah Mbak, mau kemana?
Ganis mengambil kunci mobil. Ia dengan pakaian yang agak
heboh itu berlari ke parkiran. Ia mengenakan gaun hitam
agak mengembang.
Ganis memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi.
58 EXT. MARKAS INU. DAY 58
Inu sedang memimpin latihan anak buahnya ketika Ganis masuk
ke parkiran.
Ganis keluar dari mobilnya. Ia berdiri dan memandangi Inu
dari kejauhan. Inu yang menyadari kehadiran Ganis pun
berlari menghampiri.
Ketika berjarak beberapa meter, mereka saling terdiam.
Ganis tersenyum. Inu juga.
Sebuah lagu yang indah mengalun.
- END -