Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
5 EXT. LAPANGAN SEKOLAH. DAY 5
Ganis berubah menjadi gadis berambut pendek dan sangat
hitam. Ia berdiri memegang bendera latihan. Inu (16) dan
Rosyid (16) berdiri di samping kiri kanan.
GANIS
Luruskan!
INU DAN ROSYID
(meluruskan
barisan)
GANIS
Lurus!
INU DAN ROSYID
(kembali tegap)
GANIS
Jalan ditempat, grak!
Mereka bertiga jalan ditempat.
GANIS (cont'd)
Langkah tegap maju, jalan!
Mereka bertiga jalan tegap menuju tiang bendera. Tiba-tiba
seorang senior yang kelihatan sangat sadis, Sita (17)
berteriak dari kejauhan.
SITA
SENYUM WOY!
GANIS
(tersenyum sedikit
memaksa)
SITA
KALO SENYUM YANG IKHLAS!
GANIS
(senyum sampai
matanya sipit)
SITA
SENYUMNYA GA USAH KEGATELAN GITU YA!
GANIS
(menahan emosi.
menghela napas, dan
tersenyum dengan
benar.)
CUT TO:
6 EXT. LAPANGAN SEKOLAH. MOMENT LATER 6
Ganis, Ibnu dan Rasyid sedang mengambil posisi push up di
depan tiang bendera. Sementara teman-temannya yang lain
berbaris dengan rapi dengan raut wajah tegang. Bagas (17)
yang seorang senior berdiri di hadapan barisan dengan wajah
marah dan tangan metenteng.
BAGAS
Kalian itu masih beruntung ya
mengibarkan bendera dalam keadaan
negara yang damai. Coba bayangkan
pahlawan-pahlawan kita yang mau
mengibarkan bendera saja ditembaki
sama penjajah.
SITA
Kalian disuruh senyum gabisa-bisa.
Kami tahu kalian capek. Tapi ketika
bertugas upacara nanti, gak akan ada
yang mau lihat wajah sepat kalian!
BAGAS
Semuanya. Komando saya ambil alih.
Siap grak! Ambil posisi push-up!
BARISAN
Siap ambil posisi push up!
(barisan mengambil
posisi push up)
BAGAS
Sambil kalian ngambil posisi push
up, kami mau mengumumkan siapa saja
yang akan jadi petugas pengibaran.
SITA
Petugas ini sifatnya masih
sementara. Jadi kalau kalian tidak
maksimal siap-siap akan kami ganti!
BAGAS
Rasyid, Ibnu dan Ganis.
INU, RASYID
(melengok semangat)
GANIS
(tersenyum senang)
SITA
Awas ya kalau kalian tidak serius!
7 EXT. RUANG GANTI. MOMENT LATER 7
Hari sudah mulai agak gelap. Anak-anak paski beres-beres
bersiap pulang. Sementara masih ada beberapa orang di ruang
ganti.
Ganis di pojok ruangan bersama Resa (16) dan Tari (16).
TARI
Lo gak jadi ikut paduan suara, Nis?
(melipat baju
kotornya)
GANIS
(melipat baju kotor
juga)
Mau gimana lagi. Kita selalu latihan
baris pulang sekolah sampai hampir
maghrib gini. Dan setiap hari. Gak
sempet...
TARI
Sayang banget padahal. Suara lo
bagus.
GANIS
Gue juga kepikiran apa mau keluar
aja dari Paskib.
RESA
Eh jangan dong... kita kan masuk ber
tiga puluh, kalau ilang satu mati
kita dibantai ama si Sita setan ama
si Bagas.
GANIS
Husss... jangan sembarangan
ngomongin senior. Nanti kalau
ketahuan kita seangkatan yang kena.
TARI
Bener. Gila serem banget si Sita.
(beat)
Lo tadi kena semprot si Sita gimana
Nis?
GANIS
(menghela napas)
Kayak mau mampus rasanya.
RESA
Hihihihihiihihhi.
(beat)
Senior emang nipu banget ya. Dulu
gue masuk gara-gara orang-orangnya
baik-baik. Dulu Kak Bagas sama Kak
Wira ramahnya gimana kan. Eh taunya
kek setan.
GANIS
Hihihi bener.
TARI
Gapapa. Kita kudu semangat!
RESA
Tujuh belas Agustus sebulan lagi
yey! Hehehe.
(ketawa ironis)
Sebulan non-stop kena semprot.
RESA (cont'd)
(bercermin di
cermin kecilnya)
Gila. Jadi tambah item parah. Nyesel
gak pakai sunblock.
TARI
Mana sempat keburu diteriakin si
Setan.
RESA
Bener juga. Tapi lo mah enak Tar
masih cerah mukanya.
GANIS
Iya bener. Tari masih selamat tuh.
TARI
Ya bener gue masih cerah. Tapi lihat
deh jerawat gue se-muka!
RESA
Heish.
(beat)
Mana bisa ngerasain romantisnya
pacaran SMA kalo mukanya kek gini.
GANIS
(tertawa ngakak)
Iya bener juga. Huhuhuhuhuhu.
TARI
Udah yuk balik dah sore. Keburu
gerbangnya ditutup.
8 EXT. JALAN KELUAR SEKOLAH. MOMENT LATER 8
Resa, Tari dan Ganis berjalan bertiga. Sementara mereka
papasan dengan gerombolan senior dari arah berlawanan.
Mereka bertiga menyapa dengan hormat. Kak Andi ada di
belakang sendiri.
ANDI
Hati-hati ya kalian pulangnya.
(tersenyum kepada
Ganis lalu berjalan
menyusul teman
temannya.)
GANIS
(membeku sejenak,
dan berkata lirih)
I-iya kak.
(garuk-garuk
kepala)
RESA
(tiba-tiba
mengehntikan
langkah)
Eh bentar-bentar. Perasaan Kak Andi
cuma senyum ke Ganis doang deh.
TARI
Hmmm iya ih.
Resa dan Tari melihat ke arah Ganis bersamaan. Ganis
tersenyum tipis malu-malu.
GANIS
Engga ya. Kak Andi senyum ke semua
kok.
(masih malu-malu)
TARI DAN RESA
Halaaaaaa...
(meninju lengan
Ganis)
TARI
Ada apa siiiiiii
RESA
Parah lo kalo gak cerita ke kita!
GANIS
Gak ada apa-apa. Hehehe
RESA
Bo'ong banget. Kalo gaada apa-apa
kenapa pipi lo jadi tomat gitu.
Tomat gosong hahaha.
TARI
Parah banget si Resa.
GANIS
Eh. Muka gue tu pas-pas an gini.
Mana bisa naksir Kak Andi.
RESA
Kak Andi gak begitu ganteng kok.
Gantengan juga Kak Bagas. Cowo
machooo.
TARI
Hihihi iya bener!
(beat)
Eh engga deng. Gantengan juga Kak
Wira.
RESA
Apaan sih Kak Wira ganteng kalo pas
diem aja. Pas ngomong ngondek abis!
Hahahaha
TARI
Iya sih tapi kan muanis buanget.
RESA
Yah pokoknya mereka lebih ganteng
ganteng deh daripada Kak Andi. Kak
Andi cupuuuu hahaha.
TARI
Hahahaha bener bener.
GANIS
Hish nyebelin banget sih kalian!
Hahaha.
TARI
Eh itu udah dijemput gue. Duluan ya!
(setengah berlari
sambil melambaikan
tangan)
RESA
Dadaaah!
(beat)
Eh gue juga udah dijemput juga
ternyata. Duluan ya Nis!
GANIS
Hati-hati guys!
Ganis berjalan sendiri keluar sekolah. Sekolah sudah nampak
sepi. Ganis menyapa Pak Satpam yang sedang berjaga dan
berjalan menuju halte bus yang berjarak beberapa meter dari
gerbang sekolahnya.
9 EXT. HALTE BUS. ALMOST TWILIGHT 9
Ganis menunggu di halte bus. Jalanan mulai ramai dengan
kendaraan-kendaraan pribadi. Namun Ganis tidak melihat satu
pun angkutan umum.
Hari sudah mulai gelap. Ganis mulai cemas. Ia pun mengambil
hp-nya. Ingin menghubungi Mama. Namun tiba-tiba Andi muncul
dengan mengendarai sepeda motor mio.
ANDI
Kok sendirian dek?
(muncul entah
darimana.)
GANIS
Eh-iya kak. Kayaknya busnya udah
abis.
(salah tingkah,
menggaruk dahi)
ANDI
Rumahmu dimana? Ayo kuantar.
GANIS
(terkejut sejenak)
Eh-rumahku jauh kak. Jalan Melati.
ANDI
Jalan Melati searah kok dengan
rumahku. Ayo. Keburu malam.
GANIS
Gak usah Kak. Aku mau telfon Mama
aja.
ANDI
Kasian lah Mama kamu jemput dari
Jalan Melati. Bareng aku aja udah.
GANIS
Eh-iya kak.
Ganis duduk miring di boncengan Andi. Andi mengemudikan
motornya dengan kecepatan pelan.
10 EXT. JALANAN KOTA. MOMENT LATER. 10
Awalnya, Ganis dan Andi saling diam. Ganis tampak canggung.
Sedang Andi nampak tenang di depan.
ANDI
Besok lagi kalau pulang jangan
kesorean. Angkutan sudah habis kalau
diatas jam lima.
GANIS
Hehe. Iya Kak.
ANDI
Btw kamu kelas apa?
GANIS
Kelas IPS-2 Kak.
ANDI
Sekelas sama Berlian yah?
GANIS
Iya. Kakak kenal sama Berlian?
ANDI
Tahu aja sih. Dia adik kelasku waktu
SD.
GANIS
Ooh...
11 EXT. DEPAN RUMAH GANIS. MOMENT LATER. 11
Andi dan Ganis masih diam. Tak lama kemudian, mereka sampai
depan rumah Ganis. Rumah Ganis berwarna putih bergaya lama.
Depan rumah banyak tanaman yang tampak tidak terawat.
ANDI
(memberhentikan
motor)
Ini rumah kamu?
GANIS
Iyah Kak. Mau mampir, Kak?
ANDI
Lain kali aja ya. Udah kesorean.
GANIS
Makasih ya Kak sudah mengantar.
ANDI
Sama-sama. Selamat istirahat ya.
GANIS
Iya kak.
Andi putar balik dan langsung pulang. Ganis memandangi Andi
sampai ia benar-benar hilang dari jalanan rumahnya.
Kemudian Ganis berjalan penuh kegirangan lalu masuk ke
dalam rumah.
12 INT. RUANG TENGAH. NIGHT 12
Ganis masuk rumah dengan mengucapkan salam. Namun tidak ada
yang menyahutnya. Ternyata, Ayah (40) dan Mamanya (39)
sedang bertengkar di dalam.
MAMA
Saya tu capek Mas seperti ini terus.
Saya seperti kerja sendiri. Mas sama
sekali gak tegas masalah royalti.
AYAH
Ya kan kita harus sabar, Ma. Tidak
bisa memburu-buru.
MAMA
Kebutuhan makin hari makin banyak
semuanya makin mahal. Kamu harusnya
ngurus royalti-royalti yang
seharusnya udah jadi hak kamu. Kalau
perlu sewa pengacara sekalian!
AYAH
Lebih baik ditunggu dulu kan, Mah.
Harus sabar. Kita harus sabar.
MAMA
Kurang sabar apa saya Mas. Biaya
terapi Mas itu juga mahal!
(beat)
Ah sudahlah. Sia-sia saya tiap hari
ngomel mulu. Saya sudah gak tahan
hidup sama Mas.
Ternyata, Mama sudah mengemasi barang-barangnya.
Ayah dan Mama agak terkejut melihat Ganis yang terdiam di
depan pintu. Namun Mama tetap mengambil tasnya dan
melangkah keluar.
AYAH
(menjalankan kursi
rodanya, meraih
tangan Mama)
Mah. Kita bicarakan dulu ya nanti
pelan-pelan.
MAMA
Kita sudah bicara berulang kali,
Mas.
(melepaskan tangan
Ayah, tetap
berjalan)
MAMA (cont'd)
(berjalan ke arah
Ganis)
Mulai sekarang kamu harus mandiri.
Mama mau pergi dari rumah.
GANIS
(mengerutkan dahi,
hanya memandang
ibunya dengan
tatapan aneh.)
Mamanya tetap melangkah pergi. Seketika rumah hening. Ganis
dan ayahnya diam seketika. Ayah memandang ke arah Ganis
dengan senyuman tipis tanda menyemangati.