Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
38 EXT. LAPANGAN BASKET. DAY 38
Area lapangan basket sangat sepi. Andi yang sedang bermain
sendirian berkali-kali melempar bola ke ring. Ganis dengan
langkah pelan dan hati-hati. Andi pun menyadari keberadaan
Ganis.
ANDI
Hei, Nis.
(beat)
Kamu sakit ya?
GANIS
Hai, Kak Andi.
(berdiri satu meter
di hadapan Andi.)
Eh- enggak.
ANDI
Kok mukamu abu-abu gitu.
GANIS
Gapapa Kak. Ini gapapa. Hehe
(makin salah
tingkah)
ANDI
Ada apa?
GANIS
(menggaruk kepala)
Ada yang mau aku... katakan.
ANDI
Ada apa? Kamu ada masalah?
GANIS
(tersenyum
canggung.)
Enggak, Kak. Makasih udah nanya.
ANDI
Terus ada apa?
Ada jeda diam agak lama diantara mereka. Andi dengan raut
bingungnya, Ganis dengan salah tingkahnya hingga menggigit
bibir.
GANIS
Kak sebenernya aku suka sama Kakak.
Dari awal masuk, Kak. Selama ini aku
mendem perasaan ke Kakak.
(menyerahkan surat
warna biru dan
sekuntum mawar
putih)
Ada jeda lagi diantara mereka. Ganis masih menunduk dengan
tangan terulur. Andi mengerutkan kening.
ANDI
(menghela napas.)
Emm... maaf ya, Nis.
(beat)
Udah ada orang yang aku sayangi.
ANDI (cont'd)
Maaf ya...
GANIS
(berkaca-kaca,
perlahan menurunkan
tangannya)
ANDI
Kamu orang baik, Nis.
(beat)
Kamu pasti ketemu orang yang jauh
lebih baik dari aku.
(mendekat ke Ganis,
menepuk pundak
Ganis)
GANIS
(menghela napas,
mengangguk samar.)
Iya, Kak. Makasih, ya.
Ganis berbalik dengan cepat. Ia menutupi mukanya dengan
satu tangan.
Tari dan Resa yang menunggu di kejauhan kaget melihat Ganis
menangis.
RESA
Ganis!!
TARI
(menahan tangan
Resa)
Kayaknya ada sesuatu terjadi. Kita
tunggu dulu.
Resa dan Tari berpandang-pandangan dengan tatapan prihatin.
39 EXT. PARKIRAN. MOMENT LATER 39
Ganis duduk di sudut sekolah dekat parkiran motor yang tak
terlihat. Disana, ia menangis sengsenggukan. Ia memandangi
bunga mawar dan kertas biru yang sudah luntur tulisannya
karena terkena keringat dari tangan Ganis.
Setelah beberapa saat berlalu, ia melihat Berlian berdiri
sendiri di parkiran. Ganis penasaran, ia beranjak
menghampiri Berlian. Namun tiba-tiba, seseorang menghampiri
Berlian terlebih dahulu. Ternyata Andi.
BERLIAN
Hei.
ANDI
Udah lama nunggu? Maaf ya... mau
makan dimana, yang?
BERLIAN
Aku pengen makan bakso!
ANDI
Tapi gak boleh pedes-pedes ya! Nanti
maag kamu kambuh lagi.
BERLIAN
Bakso gak enak kalau gak pedes!
(manja)
ANDI
Yaudah yuk!
(menggandeng tangan
Berlian.)
Berlian dan Andi tertawa-tawa lalu berboncengan dengan
motor Andi.
Ganis yang melihat makin menangis.
40 EXT. HALTE BUS. DAY 40
Ganis, Tari dan Resa duduk bertiga di kursi dalam halte.
Ganis duduk di tengah, dengan mata sembab dan tatapan
kosong.
RESA
Jadi... Kak Andi udah jadian sama
Berlian?
GANIS
(mengangguk lemas)
Jahat banget gak sih gue.
(beat)
Gue gak tahu...
TARI
(menghela napas)
Semua ini salah Kak Andi, lah! Dia
tuh perhatian banget ama lo!
GANIS
Ya ternyata dia perhatian ama gue
karena gue temen deket pacarnya.
(sebulir air mata
jatuh)
RESA
Heish... seganteng apa sih dia sok
sok an jadi fakboi!
TARI
Gue malah mikirnya gimana lo nanti
sama Berlian.
GANIS
Gue gak bakal bisa marah sama
Berlian...
TARI
Sabar ya Nis…
Mereka bertiga menghela napas diantara ramainya kendaraan
yang berlalu lalang. Tari dan Resa memeluk Ganis dengan erat. Ganis mulai menangis. Resa dan Tari pun ikut menangis.
41 INT. RUMAH GANIS. NIGHT 41
Ganis masuk rumah dengan menyalakan lampu. Ia menghela
napas. Ia menemukan selembar memo dan beberapa uang kertas.
'Ayah dan Nenek pergi terapi. Makan diluar, ya.'
Ia lalu mengembalikan memo dan uang di tempat semula. Ia
masuk ke kamar. Di kamar, ia menangis dengan keras.
42 INT. BURGER KING. DAY 42
Mama dan Ganis makan burger bersama. Ganis masih mengenakan
seragam sekolah.
MAMA
Ganis baik-baik saja, kan?
GANIS
(mengangguk)
MAMA
(menghela napas dan
mengerutkan dahi)
GANIS
Mama... ga ada niat buat balik ke
Ayah?
(pelan, agak lirih)
MAMA
(menghela napas
berat)
Mama udah gabisa sama Ayah lagi,
sayang.
GANIS
(menghela napas
panjang, minum cola
pelan)
MAMA
Sebenarnya Mama mau ngomong...
setelah ini Mama mau pergi ke New
York.
GANIS
(mengerutkan dahi)
Ngapain?
MAMA
Ada suatu hal yang pengen Mama
lakukan dari kecil.
(beat)
Kau tahu, Mama menyesal karena nikah
muda.
(beat)
Tapi Mama tak pernah menyesal punya
Ganis.
(beat)
Mama pergi biar Ganis bangga dengan
Mama.
GANIS
Mama mau ninggalin Ganis?
(beat)
Banggain Ganis kan gak harus pergi
jauh Ma? Gak harus ninggalin Ayah.
MAMA
Nis, Mama sepertinya tahu apa
masalah Mama selama ini. Mama cinta
dengan Ayahmu. Mama cinta sama
Ganis. Tapi Mama lupa hal yang
paling penting. Mama belum bisa
cinta pada diri sendiri.
GANIS
(mengerutkan
kening, memakan
kentang dengan mata
berkaca-kaca)
MAMA
Intinya, Mama mau mengejar sesuatu.
Agar Ganis nanti ketika bercita-cita
terhadap sesuatu, Ganis juga harus
mengejarnya.
GANIS
(mengangguk pelan)
MAMA
(menyeka poni Ganis
yang agak terurai)
Maafin Mama, ya. Mungkin Ganis bakal
benci Mama. Tapi suatu saat nanti,
kamu pasti ngerti.
Ganis menyantap burgernya dengan muka murung dan menahan
tangis.
43 EXT. JALANAN KOTA. MOMENT LATER. 43
Ganis pulang tidak diantar Mamanya. Ia berjalan menuju
halte. Tiba-tiba, seseorang menghentikan motor di dekat
Ganis.
INU
(melepas helm)
Oy!
GANIS
Ngapain lo disini?
INU
Mau balik. Ni naik motor. Elo yang
kayak orang hilang disini.
GANIS
(mengangguk lesu)
INU
Mau kemana?
GANIS
Balik.
INU
Gak dianter?
GANIS
Gak ada. Mamaku sibuk.
INU
Bareng ama gue aja.
GANIS
(mengehela napas,
menuju motor Inu)
Inu menjalankan motornya pelan.
INU
Kenapa lo?
GANIS
Gapapa.
INU
Muka lo berkata sebaliknya.
GANIS
Diem lu.
INU
Iyeee...
GANIS
(mulai menangis)
INU
Eh lo nangis?
(agak panik)
Eh kenapa lo???
(teriak)
GANIS
(tambah menangis
kencang)
Ayo yang cepet pulangnya huhuhu...
INU
Lo nangis gara-gara pengen cepet
pulang??
Inu menambah kecepatan motornya. Sementara Ganis terus
menangis keras-keras tanpa memperdulikan sekelilingnya.