Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
26 INT. RUANG GANTI. MOMENT LATER 26
Ruang ganti sudah mulai sepi. Tinggal Ganis dan Tari yang
ada di dalam. Ganis melipat baju putihnya dengan gerakan
pelan, dan memasukkannya ke dalam tas.
TARI
(mengerutkan
kening, muka tak
enak)
Nis, lo baik-baik aja, kan?
GANIS
(tersenyum tipis,
menghadap ke Tari)
Iya lah, Ri. Ada apa?
TARI
Sorry banget, ya. Gue gak sama
sekali gak ada maksud ngambil posisi
lo. Lo tau sendiri kan, ini semua
keputusan senior...
GANIS
(tersenyum.)
Gue gak apa-apa, Ri. Tenang aja.
TARI
Beneran, Nis? Gue gak enk banget
sama lo...
GANIS
Ngapain gak enak, sih. Gapapa
seriusan!
(beat)
Tapi syaratnya, lo harus semangat,
oke? Harus zero mistake!
TARI
(tersenyum)
Iya, Nis.
(memegang tangan
Ganis.)
BAGAS
(muncul dari balik
pintu)
Sayang...
(melongok, tergagap
melihat Ganis yang
masih di dalam)
eh Tari, ayo pulang keburu sore.
TARI
(tergagap)
Eh, iya.
TARI (cont'd)
(menatap Ganis
sambil memegang
tangan)
Lo jangan bilang siapa-siapa ya.
GANIS
(masih shock)
I- iya. Lo tenang aja.
TARI
(pergi meninggalkan
Ganis sendiri)
27 EXT. KOLAM IKAN. MOMENT LATER 27
Langit sudah menampakkan semburat-semburat merah. Ganis
duduk di pinggir kolam, bersedih sambil melempari dedaunan
ke kolam yang banyak ikannya. Sesekali ia menangis lebay.
Tiba-tiba, Andi muncul dari belakang Ganis.
ANDI
Hei. Kenapa masih disini? Kenapa
belum pulang?
GANIS
(tergagap, dengan
cepat menyeka air
mata)
Eh-nunggu dijemput Mama, Kak.
ANDI
Kamu baik-baik aja, kan?
GANIS
Baik, kok.
ANDI
(duduk di sebelah
Ganis, mengambil
daun juga sambil
melempari kolam)
Muka kamu bilang kamu gak baik-baik
aja.
(beat)
Kamu lagi nangis, kan?
(memandang Ganis
sambil tersenyum.)
GANIS
(tiba-tiba lanjut
mendembik dan
menangis)
ANDI
(tersenyum, sambil
menepuk-nepuk
pundak Ganis pelan)
Gapapa. Nangis aja. Kalau udah bisa
cerita, cerita aja.
GANIS
Gapapa, Kak.
ANDI
Heish. Kamu gak percaya ya sama aku?
GANIS
Enggak gitu, Kak...
ANDI
Terserah kamu deh mau cerita apa
engga. Aku mau disini aja mau
nemenin kamu.
(sambil lanjut
melempari daun-daun
ke kolam)
GANIS
(memandang ke Andi
sejenak)
Kenapa.
(menangis
sengsenggukan.)
GANIS (cont'd)
Kenapa gak ada orang yang suka sama
aku.
ANDI
Kenapa kamu mikir gitu?
GANIS
Aku ga bisa tampil di Gebyar Seni,
aku gajadi jadi pengibar, waktu aku
juara... huhuhu
ANDI
(menghela napas,
menepuk-nepuk
punggung Ganis.)
GANIS
(sengsenggukan)
Emang aku se-jelek itu ya Kak?
ANDI
Hei. Kenapa mikir gitu? Semua
perempuan itu cantik, hanya
kecantikan mereka itu bermacam-macam
jenisnya. Kamu cantik, kok. Kamu
baik. Bukannya itu yang paling
penting?
GANIS
Tapi kenapa aku dapat tatapan
tatapan itu, Kak?
ANDI
Karena kamu baik. Kamu Paski, kamu
disukai guru-guru. Kamu siswa
teladan. Akademik bagus, ekskul
bagus. Tapi sayangnya, di sekolah,
gak akan banyak yang suka sama kamu.
karena mereka cenderung suka sama
hal yang sama, sama mereka.
GANIS
(memandang Andi.)
Emang aku gak se-diterima itu ya Kak
sama orang-orang?
ANDI
Nis, gak semua orang bisa menilai
sebuah nilai dari perhiasan
berharga.
GANIS
Maksudn Kakak?
ANDI
Mereka belum paham aja... betapa
bersinarnya kamu.
GANIS
(memandang Andi,
terdiam)
ANDI
Selamat ya, Ganis. Kamu keren.
(tersenyum dengan
tatapan hangat.)
GANIS
(tersenyum juga,
walau air matanya
masih mengalir.)
Tiba-tiba, terdengar klakson mobil dari kejauhan. Mama
Ganis datang menjemput .
GANIS (cont'd)
Kak aku udah dijemput Mama.
(beat)
Makasi ya Kak.
ANDI
Jangan sedih lagi. Ada aku. Aku siap
dengerin kamu.
GANIS
(mengangguk sambil
tersenyum.)
Ganis berjalan menjauh meninggalkan Andi yang masih berdiri
di sebelah kolam.
28 INT. MOBIL MAMA. MOMENT LATER 28
Ganis masuk ke mobil Mama, tatapan Ganis masih melihat ke
Andi yang masih duduk di pinggir kolam. Disisi lain, ia
agak canggung ketika masuk mobil. Ia masih menyimpan
amarah.
MAMA
Hai, Ganis. Lama tak jumpa.
(sambil menjalankan
mobilnya)
GANIS
(menatap Mama
datar)
Ada apa Mama jemput Ganis? Tumben
banget.
MAMA
(menghela napas)
Maafin Mama, ya.
GANIS
Kenapa Mama minta maaf?
MAMA
Mama bakalan gak sering sama kamu.
GANIS
Mama gak perlu mikirin aku. Aku cuma
kasihan sama Ayah.
MAMA
(fokus ke jalan,
menampakkan muka
prihatin)
GANIS
Belakangan ini Ayah sering lembur.
Jam tiga pagi kadang piano Ayah
masih bunyi.
(beat)
Ganis cuma khawatir kalau Ayah
tambah sakit.
MAMA
(menitikkan air
mata, tanpa suara)
GANIS
(juga menitikkan
air mata, menghadap
jendela)
29 INT. MOBIL MAMA. NIGHT 29
Hari sudah gelap. Mama mengantar Ganis di depan rumah
Ganis. Seorang perempuan tua duduk di depan rumah.
MAMA
Kapan nenek datang?
GANIS
Kemarin.
(beat)
Nenek mau tinggal disini ngerawat
Ayah.
MAMA
(muka sedih,
mengangguk pelan)
Ganis ini uang saku.
(mengulurkan
amplop)
GANIS
Gak usah, Ma. Ayah beri banyak, kok.
Ganis keluar dari membuka pintu mobil, keluar, lalu
menutupnya kembali. Ganis terdiam, lalu masuk gerbang.
Ia memeluk neneknya sambil menangis.
30 INT. KAMAR GANIS. NIGHT 30
Ganis sudah ganti baju. Ia menjadi seikit pilek karena
kebanyakan menangis. Ia pun mengambil handphone dan tiduran
di kasurnya.
Ia membuka WhatsApp. Grup chatnya yang berisikan ia, Tari
dan Resa sedang ramai. Ganis scroll pembicaraan, ternyata
membahas Tari yang jadian sama Kak Bagas.
RESA
Oooo pantes Kak Bagas soft banget ke
Tari. Ternyata... hahahahaha.
TARI
Eh tapi beneran jangan bilang siapa
siapa. Yang tau cuma lo ama Ganis.
RESA
Iyeeee.
TARI
Eh btw pas tadi aku balik, aku lewat
sekolah lagi kan, kok kayaknya aku
lihat Kak Andi sama Ganis ^^
GANIS
(tertawa tertahan)
RESA
Orangnya udah online tuh! Woi jawab
Nis kami butuh klarifikasi!!
GANIS
Hehehehehehe
Ganis menutup handphone-nya sejenak. Ia memandangi langit
langit kamarnya. Membayangkan Kak Andi yang begitu manis
baginya. Ia pun menutup wajahnya dengan bantal karena
saking kegirangan.
Ganis bergumam sendirian.
GANIS (cont'd)
Ah. Aku jadi lupa keluh kesahku,
Kak...
(sambil senyum
senyum)
Ganis pun membuka kembali handphone-nya. Sambil senyum
senyum.