Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
-Gelombang-
Suka
Favorit
Bagikan
18. Selamat Datang Kembali

EXT. PANTAI - SUBUH

Bara, Lina, dan Runa pergi ke pantai. Hari sudah gelap.

LINA:
"Kak Bara! Kak Bara yakin?!"
(Lina berteriak)
BARA:
(Sudah melangkah jauh di pesisir pantai)
"Gua! Akan balikin! Runa lagi!!!!! Gua juga! akan kembali ke dunia kita berasal!!!! Thank you udah bantuin gua, Lina!"
LINA:
"Hah...?"
BARA:
(Melihat ke arah lautan kosong dan gelap. Hanya ada cahaya obor di tangannya)
RUNA:
"Sekarang apa Bar?"
BARA:
"Kalau sesuai dengan cerita, maka gua harus ikutin cara si pemuda itu! Kakek itu harus muncul lagi."
(Membakar satu anak panah, menancapkannya di laut)

Panah api tersebut langsung padam

RUNA:
"Bara...."
BARA:
(Terus melakukan hal serupa)
RUNA:
"Bara....Kamu mau sampai berapa kali mencoba?"
LINA:
"Kak Bara, ini jam 2 pagi! Kita pulang aja dulu yuk!"
BARA:
"Gua gak bisa nunggu!"
(Terus melakukan hal serupa)


Time skip

Bara melihat ke arah jam tangannya. Waktu menunjukan pukul 3 dinihari. Sudah satu jam ia melakukan hal yang sama berulang kali.

RUNA:
"Bara, sudah cukup. Kamu bakalan sakit kalau begini terus."
BARA:
(Terengah-engah, mulai mengigil)
"Sepertinya ada yang kurang...."
LINA:
"Kak Bara! Kembali dulu ke sini, aku beli makanan!"
(Lina menenteng-nenteng sebuah kantong plastik hitam)
RUNA:
"Udah, Bar. It's okay..."
*"Gak apa-apa..."
BARA:
"A-aku bakalan coba terus Runa... Sebentar.."

Fx. Backsound Dunia Paralel-Adhitia Sofyan playing.

INSERT —
(mengingat perkataan Ajik)
AJIK (VO):
"....Akhirnya dia mengirimkan beberapa anak panah api, dan lautan menjadi darah..."
BARA:
"Darah..."
RUNA:
"Hah...?"
BARA:
(menatap tangannya, diam sejenak)
"Runa, tunggu sebentar. Gua bakalan buat semuanya kembali seperti semula."
(Menggengam panah dengan tangan gemetar, menusuk panah ke tangannya, kamera hanya shot wajah Bara saja)

SHOT CLOSE UP — WAJAH BARA

BARA:
"Arghhhh!!!"
RUNA:
"Bara! Kamu ngapain...?!"
BARA:
"....Darah....gua ...hergh... Butuh darah...."
LINA:
"Kak Bara! Kak Bara ngapain...?!"
(Beranjak pergi ke tempat Bara berdiri di tepi pantai)
BARA:
(Menatap ke depan, ada bayang-bayang seseorang muncul perlahan. Hanya siluet saja)
".....Heh.... Berhasil...."
LINA:
"Kak, berhenti! Kakak jangan gila!"
BARA:
(Menggoreskan panah tersebut ke tangannya sekali lagi)
"Arghhhh!!!!
RUNA:
"Bara! Bara! Udah berhenti!"
(Mulai menangis)
SELLER:
".....lagi....."
BARA:
"....Heh......heh..... Arghhhhh!!!!"
(Masih terus menusuk dirinya, darah mengalir di sektiar tempat Bara berdiri)
SELLER:
".....lagi....."
LINA:
(Berlari terus menghampiri Bara)
"Stop, Kak! Udah...!"
SELLER:
".....lagi....."
BARA:
(Terengah-engah)


cut to

Kamera shot melalui perspektif Bara. Awalnya di hadapan Bara, hanya lautan gelap yang kosong. Bara menatap ke bawah untuk sekilas ke arah tangan yang memegang panah. Kemudian ketika menatap ke depan kembali, si penjual sudah berdiri mengambang di atas lautan.

Seller:
"Selamat....kamu telah membuka pintu menuju alam lain..."
(tersenyum ke arah Bara)

BLACK OUT

hening sejenak.

SELLER (VO):
"Waktu itu fana.... Ruang itu fana... Hanya janji dan rasa yang abadi.......Hai pemuda, inikah ikhtiarmu...?"


cut to

INT. RUMAH SAKIT - MALAM

Bara sekarang berada di rumah sakit. Tidak sadarkan diri. Gelap. Hanya terdengar suara Lina menangis, suara alat pendeteksi jantung, dan hiruk pikuk kamar UGD.

Dokter:
"Kita butuh kantong darah golongan AB..."
Suster:
"...Ini ada dok. Sisa satu saja.."
Dokter:
"....Langsung transfusikan ke pasien..."
BARA:
(membuka matanya perlahan)

dissolve to


INT. KAMAR RUNA

Kamera shot dari sudut pandang Runa. Runa terbangun dan menatap wajahnya di cermin. Matanya berkaca-kaca.

Narator berita di TV:
"...Ya inilah hari yang ditunggu-tunggu oleh para pecinta luar angkasa. Fenomena Supermoon paling besar dalam sejarah akan terjadi malam ini. Para turis dari seluruh dunia, berdatangan ke Indonesia, khususnya ke kota Denpasar, Bali, untuk bisa menyaksikan Supermoon ini dengan lebih jelas."
BARA:
"....Runa....berhasil...Kita berhasil....!"
RUNA:
"Bara, terimakasih....! Terimakasih......."
(menangis sejadi-jadinya)
BARA:
"Waktu kita gak banyak. Aku sekarang ada di rumah sakit. Kamu harus selamat dari tsunami yang akan datang. Pergi dengan keluarga kamu ke Ubud."
RUNA:
"Tapi, kamu gimana...?"
BARA:
"Don't worry about me. Kalau kamu selamat, kejadian aku ke laut besok, tidak akan terjadi."
*"Jangan khawatirkan aku."
LINA:
"Kak, aku sama ajik berangkat ya."
RUNA:
"Tu-tunggu!"
(Berlari keluar)
AJIK:
(Menatap heran)
"Ada apa, Runa?"
RUNA:
"Runa ikut! Heh...heh...."
AJIK:
"Heheh, yasudah. Segera siap-siap. Kita tungguin."
LINA:
"Hehh...? Jik, Lina ditungguin temen di Ubud."
AJIK:
"Hmmm, gak papa. Kita tunggu dulu saja, Lina."
(Berteriak agak lebih kencang)
"Sepertinya jalan-jalan kemarin bikin kamu jadi ingin jalan-jalan terus ya, Runa? Kita tungguin kamu ya... Segera mandi dan ganti baju, Runa."
BARA:
"...Nice, Runa....Kerja bagus..."

Runa sudah rapi dan masuk ke dalam mobil.

AJIK:
"Bawaan kamu banyak banget, Runa."
RUNA:
"Ummm... Runa pengen aja bawa barang banyak, heheheh.."
AJIK:
"Hmmm... Oke, kita jalan ya.."


FX. backsound sedih

INTERCUT

Di sepanjang jalan, Runa melamun. Melihat anak kecil bermain di lapangan, ibu-ibu bercengkrama satu dengan yang lain, ayah yang memebelikan anaknya es krim, orang yang sedang bermain dengan peliharaan mereka.

RUNA:
"Ajik, tolong berhenti."
AJIK:
"Hah..? Kenapa?"
BARA:
"Hah.... Runa?! Kenapa..?!"
LINA:
"Apaan sih kak? Udah ditungguin juga!"
RUNA:
"Tolong berhenti sekarang! A-ada yang Runa lupain."
AJIK:
"Haduh, Runa.... Udah bawa barang banyak kayak gitu, masih ada yang lupa?"
RUNA:
"Ummm.... Bukan barang jik, tapi Runa baru ingat, heheh, ada acara sama teman..."
AJIK:
"Haduh....Kamu ini minta dimarahi ya...?!"
RUNA:
"Aduh, maafin Runa, jik. Runa lupa banget. Gak papa, nanti Runa balik sendiri naik taksi."
LINA:
"Jik, gak papa. Kak Runa sepertinya ada urusan penting."
(mengedipkan mata ke arah Runa, sambil berbisik "Kak Bara ya?")
RUNA:
(Mengangguk)
LINA:
"Jik, udah gak papa. Aku terlambat sedikit, gak apa kok."
BARA:
"Runa! Jangan turun?! Lu mau ngapain sih?!"


cut to


EXT. PINGGIR JALAN — SIANG

Runa turun di tengah jalan.

BARA:
"Runa! Runa! Lu udah gila ya?! Ada tsunami nanti malam! Lu harus selamat, Runa!"
RUNA:
"Bar.... Aku gak bisa...."
BARA:
"....Hah....Apa......?"
RUNA:
"Aku.... gak bisa seegois itu! Kamu gak lihat sepanjang jalan tadi...?! Orang-orang ini, akan meninggal nantinya..."
BARA:
"Runa...! Keselamatan lu lebih penting!"
RUNA:
(Menarik napas)
"Keselamatan semua orang sama pentingnya, Bara! Kamu sadar gak sih sama ucapan kamu sendiri?! Kamu itu calon dokter!!"
BARA:
(terdiam sejenak)
"...heh... Terus apa mau lu?"
RUNA:
"Setidaknya, aku akan mencoba semampuku, untuk menyelamatkan mereka..."
BARA:
"Mereka- Gak akan percaya sama lu!"
RUNA:
"Aku harus coba!"
BARA:
"(menghela napas).....You're unbelievable, Runa."
*".....Kamu gak bisa dipercaya, Runa."
RUNA:
"Kamu mau bantu aku atau enggak? Aku gak akan pergi di saat aku seharusnya bisa melakukan sesuatu untuk mereka."
BARA:
"Hmmm oke deh..heheh...."
RUNA:
"Apa yang lucu..?"
BARA:
"Lu mau mulai dari mana? Teriak-teriak di jalanan...? Lu yakin ada yang bakal percaya?"
RUNA:
"Aku akan coba..."


cut to

INTERCUT —

Runa pergi ke semua tempat untuk berteriak-teriak. Dari mall, sekolah, rumah sakit, pura, dan sebagainya.

RUNA:
"AKAN ADA TSUNAMI HARI INI!"
RUNA:
"PERGI DARI BALI SELATAN, AKAN ADA TSUNAMI!"
RUNA:
"AKAN ADA TSUNAMI!"

Orang-orang di sekitar Runa, menjauhinya. Tidak percaya dengan apa yang ia katakan.


cut to

EXT. HALTE BUS

Runa terengah-engah. Hari sudah sore, pukul 3.30. Dalam waktu beberapa jam lagi, akan terjadi tsunami.

BARA:
"Gua udah bilang, gak akan ada yang percaya."
RUNA:
"Heh...heh... Terus gimana..?"
BARA:
"Sebaiknya kita bujuk orang yang punya otoritas untuk berbcara. Seperti Badan pusat gempa, atau pemerintah."
RUNA:
"Kalau mereka kasih peringatan, seharusnya di dunia yang kamu datangi tidak akan ada korban jiwa 'kan...?"
BARA:
"Eh......eh...! Iya bener juga ya..."
RUNA:
"Hah...?"
BARA:
"kenapa gak ada peringatan ya?"
Hening.
BARA:
"BUOYS! WAKTU GUA SAMA JOHN KE PANTAI KEMARIN-KEMARIN, BENDA ITU SEPERTINYA MATI!"
RUNA:
"Itu apaan?"
BARA:
"Alat pendeteksi tsunami! Robot Buoys! Alat itu gua lihat mengambang di pantai kemarin. Tapi, anehnya, gosong seperti tersambar petir."
RUNA:
"Bara, alat pendeteksi tsunami itu, kalau disiapkan pemerintah, gak mungkin cuma satu."
BARA:
"Tapi, Run... Kita harus cari tahu. Kalau alat itu berfungsi, seharusnya sudah ada pengumuman gempa."
RUNA:
"Kita harus kemana?"
BARA:
"Kita perlu bicara sama bokap gua."


cut to


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar