Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
-Gelombang-
Suka
Favorit
Bagikan
3. Sekolah Runa

INT. RUMAH RUNA — SUBUH

Di rumah Runa. Sebuah rumah di daerah Bali Selatan. Kamera memperlihatkan patung Dewa Baruna. Suasana malam hari. Hanya ada suara jangkrik yang terdengar. Kemudian menampilkan sebuah rumah. Kamera kemudian menampilkan suasana kamar seorang perempuan. Ada foto seorang ibu dalam pakaian adat bali sedang menari. Lanjut ke suasana kamar yang rapi. Kemudian menampilkan gambar seorang gadis dengan rambut berantakan.


RUNA:

(Sedang terbangun dari tidurnya. Terduduk di atas kasurnya, napasnya terengah-engah.)
"Apaan itu barusan? Kok mimpinya serasa nyata banget?"


Runa mendengar suara sayup-sayup dari sebuah televisi. Runa memandang ke arah jam. Pukul 05.00 pagi. Runa mengedip-ngedipkan mata dan turun dari kasurnya. Ia berjalan keluar dari kamarnya,menyibak serngkaian kerang-kerang yang diikat menjadi satu, menuju ke ruang tamu. Di ruang tamu, suara televisi semakin terdengar.seseorang sedang menonton tv.

INT. RUANG TAMU RUMAH RUNA — SUBUH

Suara tv:

"...ya betul sekali, Rangga. Supermoon ini adalah salah satu fenomena alam yang paling ditunggu-tunggu oleh para pecinta ruang angkasa. Ini adalah supermoon terbesar sepanjang sejarah. Kita ada di saat yang sangat beruntung sekali ya, bisa menyaksikannya secara langsung di sini. Beberapa lokasi yang akan mendapatkan view paling bagus dari bulan ini adalah jika anda menyaksikannya dari Argentina, South Africa, West Australia, dan menurut para ahli akan dapat terlihat paling besar dari Indonesia. Kira-kira dalam waktu 2 bulan dari sekarang. Tepatya pada tanggal..."
(Suara TV menyala terus sembari Runa mendatangi ruang tamu)

Runa:

"Ajik?"

Ajik:

"Oh, sudah bangun? Tumben pagi."
(menghidu kopi panas)

RUNA:

"Kebangun tadi. Jadi tidak bisa tidur lagi."

Ajik:

"Heh, tidak mau tidur lagi kamu?"

RUNA:

"Tidak, jik. Saya dapat mimpi aneh. Takutnya keterusan kalau saya tidur lagi."

Ajik:

"Heeheh. Kamu mimpi apa memangnya?"

RUNA:

(Duduk di sebelah ayahnya)

"Masa jik, Runa mimpi ketemu sama cowok bule. Tapi dia bisa ngomong pake bahasa indonesia. Runa seharian ikut dia ke sekolah, dengerin pembelajaran, ngobrol sama temannya. Hehh... Aneh sekali deh, jik. Rasanya seperti bukan mimpi tadi tuh."

Ajik:

"Cowok bule?"

Runa:

"Iya, jik."

Ajik:

"Kamu mimpiin jalan sama cowok?"

RUNA:

"Bukan jalan berdua, jik. Ah sulitlah dijelaskan. Gak penting juga lagian."
(Runa mengambil cangkir kopi ayahnya)

Ajik:

"Eh, eh, mau ngapain?"

RUNA:

"Mau, minum kopi. Bagi sedikitlah jik."

Ajik:

"Heleh, bikin sendirilah. Ini kopi ajik, kamu bikin yang baru sana."

RUNA:

"Ah, yasudah jik. Runa ke dapur dulu." (Beranjak pergi ke dapur)

Ajik:

"Jangan telat datang ke sekolah ya. Jangan lupa juga kamu ada latihan tari hari ini, Runa."


Transisi sinematik



INT. RUANG KELAS RUNA — PAGI

RUNA:

(mengeluarkan buku-buku pelajaran dan catatan)

Guru:

"Runa, kok kamu malah bawa banyak sekali buku hari ini?"

RUNA:

"Siap-siap untuk belajar, bu. Hehehe."

GURU:

"Belajar?"
(Mengernyitkan dahinya)
"Kamu tidak tahu hari ini kita ujian semester?"

RUNA:

(Ekspresi senyumnya perlahan menghilang. Kamera zoom out tapi wajah runa tetap stay tidak di zoom out. Color tone berubah dari kekuningan jadi abu-abu)
"U...ujian bu?"

GURU:

"Iya. Kamu sudah belajar 'kan?"


beat to

Satu per satu sesi di sekolah dimunclukan. Dari sesi ulangan pertama, kedua, dan ketiga. Di setiap sesi, Runa mengalami berbagai kesulitan. Ulangan pertama, matematika. Runa meneteskan keringat sambil terus mengerjakan soal dengan raut wajah kusut. Ulangan kedua, kimia. Runa menggigit-gigit pensil dan mengacak-acak rambutnya. Ulangan ketiga, biologi. Runa hanya tertunduk dan membenamkan wajahnya di atas meja. Sambil sesekali menatap soal-soal tersebut dan tertawa jengkel. Runa menarik napas panjang, bersiap berteriak.

instant transition

Scene berganti menjadi di luar kelas.

EXT. TEPI DANAU DEKAT SEKOLAH — SIANG

Di danau dekat sekolah. Suara Runa berteriak disambung dengan adegan sebelumnya.

RUNA:

(Memegang kepalanya)

"AHHHHHHHHHHHHHHHHH!!!! KENAPA BISA-BISANYA AKU LUPA, LINA!!!"

LINA:

"Hahahahaha. Yasudah kak. Masih ada kesempatan. Baru hari pertama, masih banyak pelajaran yang belum dihadapi 'kan? Setelah ini pelajaran apa kak?"

RUNA:

"Bahasa Inggris, dek."

LINA:

(Menahan gelak tawa)

"Hahah, sepertinya aku siap jadi anak tunggal nih."

RUNA:

"Ihhh! Jadi adek pengertian dikit kek."

LINA:

"Hahahahaha! Makanya kak, lain kali diingat-ingat dong jadwalnya. Masa jadwal ujian semester bisa lupa. Dah kak, aku mau jajan dulu di kantin. Kakak mending sekarang belajar. Supaya nilainya gak jelek-jelek banget nantinya."

(Berangsur-angsur berlajan meninggalkan Runa)

RUNA:

(Memandang jengkel adiknya)


cut to

INT. KANTIN SEKOLAH RUNA — SIANG (HUJAN)

Berganti tempat ke kantin sekolah. Shot kamera menunjukkan sebuah buku pelajaran terbuka dari atas. Berbagai macam percakapan dalam Bahasa Inggris terpampang di buku tersebut. Sebuah tangan membalik halaman demi halaman buku tersebut. Kamera turun perlahan dan memperlihatkan wajah Runa yang sambil berkomat-kamit menghapal. Kamera memperlihatkan ke arah jam dinding. Pukul 12.45. Awan mendung, Hujan mulai turun. Beberapa tetesan tampias air hujan kecil-kecil mengenai wajah Runa. Namun, ia masih fokus belajar.

(Sebuah suara seorang remaja pria terdengar)

BARA:

"Where is this?"
*"Ini dimana?"

RUNA:

"Where...where... Oh... This is on..in....? at...ummm.. Bali. Bali...is...a... Beautiful country."
*"Di...di... oh.... ini di....? di....ummmm Bali. Bali...adalah...negara...yang indah."

BARA:

"Bali? Since when Bali is a country?"
*"Bali? Sejak kapan Bali itu negara?"

RUNA:

"Tunggu sebentar..."

(Menengok ke kanan-kiri. Ke belakang.)

"Kok ada suara orang, tapi gak ada orangnya ya?"

BARA:

"This is weird. What is this place? Why I can't move my body? Wait, is this a girl's body?"
*"Ini aneh. Tempat apa ini? Kenapa gua gak bisa gerakin badan gua? Tunggu, apa ini tubuh cewek?

RUNA:

(Membuka botol air minum. Menenggak air sebanyak mungkin. Tangannya gemetar)

BARA:

"Hello, miss?"
*"Hello, bu?"

RUNA:

(mengatupkan kedua tangannya)

"Jangan hantui aku...jangan hantui aku..."

BARA:

"Oh, Indonesia ya? I see. Permisi, ini dimana ya?"

RUNA:

(Berlari ke kamar mandi)

BARA:

"Hei, hei. Mbak?! Mau kemana?"

RUNA:

(Segera mengunci pintu kamar mandi dan masih merapal doa)

"Semoga dia pergi,"

Hening.

(Setelah beberapa detik, Runa membuka kembali pintu kamar mandi.)

RUNA:

"Sepertinya dia udah gak ada."

(tengok kanan-kiri)


KRIIIIINNNGGGG!

FX. Bel sekolah

beat to

INT. KELAS RUNA — SIANG

Runa kembali ke kelas. Semua murid duduk di bangku masing-masing.  

GURU:

"Silahkan balik kertas soal kalian."

RUNA:

(Membalik soal ujian Bahasa Inggris)

"Gara-gara roh jahat tadi, aku jadi gak belajar banyak. Habis lah sudah"

Kamera memperlihatkan soal nomor satu.

RUNA:

"Gimana ini...? Aduh... Kok susah banget ya."

(Menggaruk-garuk kepala) 

(Setelah beberapa saat, Runa menuliskan 'susah-tau ah-pusing' di kertas soalnya.)

BARA:

"B."

RUNA:

"Heh...?" (bingung dan takut) 

Hening sejenak.

BARA:

"Jawaban nomor satu B."

RUNA:

(Masih terdiam, bingung)

BARA:

"Nomor dua A. Tiga C. Empat D, Next E, B, A, A, D, E. Astaga, ini gampang banget."

RUNA:

"Tunggu-tunggu-tunggu dulu. Kamu ini siapa sih?!"

GURU;

"Shhhhh!! Jangan berisik saat mengerjakan soal ya."

RUNA:

(Kembali memegang pensilnya. Menuliskan 'Kamu siapa sih?')

BARA:

"Kenalin, gue Bara. Kayaknya lu gak tahu sama sekali jawaban-jawaban soal ini 'kan?"

RUNA:

(Kembali menulis 'Iya sih. Kenapa bantuin aku?')

BARA:

"I don't have any idea either. Gua juga bingung, tapi karena gak ada kerjaan lain, gua bantuin aja lu kerjain ini. Balik halamannya."
*"Gua juga gak ngerti kenapa."

RUNA:

(Membalik halaman soal)

BARA:

"C, B, D, A, A, E, ummm... E, A, B, D. Soal bagian dua. Nomor satu is. Dua where. Tiga were. Empat us. Bukan AS tulisannya u-s. C'mon this is basic, dude. (Penekanan di kata AS)"
*"...Ayolah, ini mah pelajaran dasar."

RUNA:

(Menggoreskan pensil terus menerus di kertas jawabannya.)

BARA:

"Does... Moon... Sounds... Beach...disaster... Nomor sepuluh jawabannya......
 love? Love. sudah pasti"

RUNA:

(Meletakkan pensilnya, sambil terengah-engah.)

BARA:

(Menguap)

"Gampang banget. Ini mah anak SD juga bisa. Dah, kumpulin sana."

RUNA:

(Menulis di kertas 'gimana aku tahu kalau semua ini jawaban yang benar?)

BARA:

"Heheh, kalau lu gak dapat seratus, ummmm
(Mengubah suaranya jadi lebih pelan, seperti berbisik)
"Gua samperin lu!"
(Suara tawa berubah menjadi menggelegar) "Hahahaha!"

RUNA:

(Bergidik ngeri. Beranjak berdiri dan mengumpulkan kertas soalnya.)

beat to

EXT. TEPI DANAU SEKOLAH RUNA — SIANG (MENDUNG)

Pindah lokasi ke danau sekolah. Suasana sehabis hujan. Masih agak mendung.

RUNA:

"Kamu siapa? Kenapa ngikutin aku terus?"

(duduk termenung di atas rumput tepi danau)

BARA:

"Heh, Gak tau juga. Kalau gua bisa pergi jalan-jalan, gua udah lakuin daritadi."

RUNA:

"Apa jangan-jangan kamu roh nenek moyang ya?"

BARA:

"Gua enggak bangkotan. Gua masih hidup."

RUNA:

"Bohong. Kamu pasti roh gentayangan yang ingin mencari kebebasan di alam baka. Tapi karena mati penasaran, kamu menggentayangi aku dan menunggu kesempatan kapan akhirnya bisa ngerasukin aku."

BARA:

"Buset, kagaklah cuy. Gua gak bo'ong. Gua masih muda. Kelas dua SMA di Inggris."

RUNA:

"Inggris? Kamu bule?"

BARA:

"Bukan. Orang Indo, tapi study abroad ke Inggris"

RUNA:

"Kita sepantaran?"

BARA:

"I don't know. Maybe yes. Maybe no. Tapi dari soal Bahasa Inggris barusan kayaknya gua lebih percaya lu anak SD deh."

RUNA:

(berdiri dari tempat duduknya.)

"Kurang ajar!"

BARA:

"Hehehe, soalnya gampang begitu kok. Kenapa harus depresi banget kerjainnya?"

RUNA:

(Mengepalkan tangan)

"Karena aku gak sempat belajar kemarin."

BARA:

"Gua bisa kerjain itu tanpa belajar."

RUNA:

"Ya terus? Mau sok hebat gitu? Sok pintar gitu?"

BARA:

"Heheh, jangan emosi dong. Santai aja. Tapi ngomong-ngomong, kenapa bisa kejadian kayak gini ya?"

RUNA:

"Kayak gini gimana?"

BARA:

"Ya, begini. Lu bisa dengar suara gua. Kan aneh bet."

RUNA:

"Hanya ada satu alasan yang pasti. Kamu ini pasti roh jahat!"

Lina mengamati kakaknya dari jauh. Beranjak mendatangi Runa.

LINA:

"Kak! Kok ngomong sendiri?"

RUNA:

"Eh, Lina."

BARA:

"Siapa si cebol ini?"

RUNA:

"Dia adikku!"

LINA;

"Kakak, ngomong sama siapa sih?"

BARA:

"Weh, jangan ngomong sama gua keras-keras dong."

RUNA:

"Eh...ummm.. Enggak papa Lina. Gimana ujiannya?"

LINA:

"Seharusnya Lina yang tanya kakak. Kakak gimana?"

RUNA:

"ummm... Lihat aja nanti.. Heheheh..."

LINA:

"Hehem... Kalau nilai kakak jelek di Bahasa Inggris, kakak bisa dimarah ajik loh. ajik 'kan paling marah kalau Bahasa Inggris kita jelek."

BARA:

"Hah? Apa itu ajik? Sejenis makanan traidisional?"

RUNA:

"Heheh, mending sekarang kita jajan es krim yuk."

LINA:

"Lina pengen sih kak. Tapi bukannya kakak ada jadwal nari ya abis ini?"

RUNA:

"Eh..."

(Pakai efek yang sama seperti tadi, ketika Guru Runa mengingatkan Runa tentang ujian)

LINA:

"Kakak gak lupa 'kan?"

RUNA:

"Waduh, iya lagi...!.... Ahhhhh....!!"

(Runa berlari semaksimal mungkin)

cut to

INT. SANGGAR TARI — SIANG MENJELANG SORE

Pindah lokasi ke sebuah sanggar tari. Suara musik gamelan memenuhi ruangan.

Pak Ketut:

"1....2....3....4....1....2....3 (menggerak-gerakkan tangan, memandu para penari)"

Pintu geser terbuka

(Semuanya diam)

RUNA :

"Per-permisi Pak Ketut. Mo-mohon maaf saya terlambat. Tadi ada ujian pak."

PAK KETUT:

(Melotot ke arah Runa)

"Runa... Ini sudah ke berapa kalinya kamu terlambat datang?"

RUNA:

(Tertunduk diam)

PAK KETUT:

"Bapak tidak bisa terima murid yang tidak disiplin. Seni itu butuh disiplin. Kamu punya bakat spesial seorang penari. Tapi tanpa disiplin, kamu tidak akan pernah bisa menjadi penari hebat seperti almarhum ibumu loh nanti."

RUNA:

"Mohon maaf, Pak Ketut. Saya tidak akan mengulanginya lagi."

PAK KETUT:

"Sudah, lakukan pemanasan sana. Untuk yang lain, istirahat 5 menit. Setelah Runa selesai pemanasan, kita akan ulang lagi dari awal. Ini latihan serius untuk festival budaya. Saya harap, ke depannya semuanya bisa datang tepat waktu. Kan kalian sudah berjanji akan memberikan usaha yang terbaik untuk sanggar tari kita. Jika tidak ingin berada di sini, jangan melakukan semua ini dengan terpaksa. Oke?"

PENARI 1:

"Yaelah, karena satu telat semuanya jadi kena."

PENARI 2:

"Padahal kita udah latihan ke bagian yang lebih santai, sekarang harus ulang lagi karena ada yang terlambat."

PENARI 3:

"Udahlah, namanya juga anak kesayangan Pak Ketut."

RUNA:

(Masuk ke dalam kamar ganti. Memandang wajahnya di cermin. Tetesan air mata mulai mengalir di wajahnya.)

BARA:

"Kok lu nangis?"

RUNA:

"Hiks...Mataku kelilipan aja."

(Melepaskan tas ranselnya dari punggungnya)

BARA:

"Lu nangis sih itu, fix."

RUNA:

(Melepaskan kancing-kancing seragam.)

BARA:

"Tapi seenggaknya lu sadar dikit gitu. Gua 'kan cowok nih... So, bisa nggak ya kalau ganti bajunya gak-"

RUNA:

"Ihhh! Dasar mesum!"
(Menutupi dadanya dengan kedua tangannya.)

RUNA:

"Mesum! Mesum! Mesum! Ah, udah gentayangan masih aja mesum."

BARA:

"Whoa, wow. Santai. Gua juga gak pengen liat kok. Tapi kalau lu gak keberatan, why not 'kan? Hehehehe."

RUNA:

"Ahelah. Bisa gak kau enyah sekarang?!"

BARA:

"Kalau gua tahu caranya, gua udah pergi daritadi cuy. Wait, wait, wait. Gua punya ide. Lu tutup mata aja coba. Kayaknya apa yang lu lihat, itu yang gua lihat deh."

RUNA:

(perlahan menutup matanya)

BARA:

"Nah, kan bener. Udah, lu bisa ganti baju secara aman. Gua gak bisa liat apa-apa kok."

RUNA

"Awas sampe kau bohong ya!"

BARA:

"Sumpeh dah, asli. Gak keliatan kok."

RUNA:

"Awas aja ya. Awas sampai kau bohong!" (Membuka kedua matanya)


cut to


Di hadapan Runa ada cermin yang memperlihatkan penampilannya sekarang.

BARA:

"Whoa...You look...kinda pretty...., I guess."

*"Whoa...lu keliatan...cukup cantik...., menurut gua."

RUNA:

"Maksudnya?"

BARA:

"(terdiam sejenak) Lupain aja."

RUNA:

"Hmm... Kamu beneran gak lihat 'kan?"

BARA:

"ya, ya, ya. Sudah sana. Keluar."

RUNA:

"Udahlah, aku mau keluar dulu."

BARA:

"Oke, oke."

RUNA:

(Menyibak kain kamar ganti dan beranjak mengambil riasan.)

LINA:

"Kakak?! Hati-hati!"

(Lewat di depan Runa dengan membawa satu cup kopi.)

RUNA:

(Menabrak Lina)

"Aduh!"

Kopi Lina terjatuh

RUNA:

(Menginjak tumpahan kopi dan terpeleset)

 FX. Suara Gedebuk.

BLACK OUT


Beat to


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar