Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
-Gelombang-
Suka
Favorit
Bagikan
17. Sebuah Jalan
SELLER (VO):
"Sudah sadar, bahwa ini hanyalah ....'jembatan'.....?"

INT. KAMAR BARA DAN JOHN DI INGGRIS - PAGI HARI

Bara terbangun dari tidurnya dengan terengah-engah. Hujan deras di luar.

BARA:
(Bangun dari tidur dan terkejut)
"Hah......Kenapa gua di sini?"
(Menengok ke kasur milik John)
"John! Wake up! Why are you here?!"
*"John! Bangun! Kenapa lu di sini?!"
JOHN:
(keluar dari kepompong selimutnya perlahan)
"....erhhh....Shut up, dude! What the heck?! It's in the bloody mornin'!"
*".....erhhh....Diemlah, cuy! Anjirlah?! Ini masih pagi buta!"
BARA:
"We should be in Bali! Why are we here?!"
*"Kita seharusnya di Bali! Kenapa kita di sini?!"
JOHN:
"Huh...? Are you high?!"
*"Hah...? Lu mabok ya?!"
BARA:
"We should be in Bali, right now!"
*"Seharusnya kita di Bali, saat ini!"
JOHN:
"I think you are not fully awake. I've never gone there with you!"
*"Hehehe, kayaknya lu masih setengah sadar. Gua gak pernah pergi ke sana bareng lu!"
BARA:
"What...? You forget our holiday?"
*"Apa....? Lu lupa liburan kita?"

FX. dering ponsel John berbunyi.

BARA:
(Berjalan bolak-balik dan mengacak rambutnya)
JOHN:
"Erghhh..."
(menangkat telpon dan mendengarkan suara lawan bicaranya)
"Hello, dad. This should be urgent matters."
*"Halo, Pa. Ini sebaiknya masalah urgent."
(Ekspresi John berubah menjadi serius)
"No way.... Oh my...Oh my gosh... I...I'm sorry to hear that....I'll be there soon..."
*"Gak mungkin.....Ya....Ya Tuhan... Aku...Aku turut menyesal mendengarnya.... Aku akan ke sana segera..."
(Menutup telepon. Menengok ke arah Bara)
"Bara, do you want to go with me?"
*"Bara, lu mau pergi bareng gua?"
BARA:
(Menatap John)


cut to

EXT. JALANAN DI LUAR FLAT BARA DAN JOHN - PAGI

Bara dan John keluar dari flat mereka.

BARA:
"No! It's all a lie! This world is fake! Fake! You're not real! The news not real! All things are fake! Fake!"
*"Enggak! Ini semua kebohongan! Dunia ini palsu! Palsu! Lu gak nyata! Beritanya gak nyata! Semua hal ini palsu! Palsu!"
JOHN:
"Calm down, wha-why are you like this?! Bara, wake up mate!!"
*"Tenang, ke-kenapa lu kayak gini sih?! Bara, bangun cuy!!"
BARA:
(Mencengkram kerah John)
"I'll tell you this once madafaka! You cannot lie to me! You're not even real, little piece of shit!"
*"Gua peringatin lu sekali ini aja bajingan! Lu gak bisa bohongin gua! Lu bahkan gak nyata, dasar sampah!"
JOHN:
(Mendorong Bara hingga ia terjatuh)
"What's the matter with you?!"
*"Lu kenapa sih?!"
BARA:
(Bangkit berdiri. Berputar-putar, berteriak dan menendang tong sampah kosong)
"No way! NO WAY!"
*"Gak mungkin! GAK MUNGKIN!"
JOHN:
"Look, if you can't control yourself, we won't fly to Bali. I'm not in a good mood, Bara. If you want to come with me, behave yourself!"
*"Gini, kalau lu gak bisa kontrol diri lu sendiri, kita gak akan terbang ke Bali. Mood gua lagi gak bagus, Bara. Kalau lu mau ikut gua, jaga perilaku lu!"
BARA:
(Tertunduk lemas)
"....So what I've been into this whole time......? We went to Bali, John! We did that, together and meet Runa and Lina! Ni Nyoman Runaswara!"
*"....Jadi gua ngapain aja selama ini......? Kita sempat pergi ke Bali, John! Kita lakukan itu, bareng-bareng dan ketemu sama Runa dan Lina! Ni Nyoman Runaswara!"
JOHN:
(Hendak pergi, langsung terhenti langkahnya)
"How could you know her name?! I've never told you."
*"Gimana lu bisa tahu namanya?! Gua gak pernah kasih tahu lu."
BARA:
"I met her, John. With you too! She can't be dead right now! She's still there! Alive!"
*"Gua ketemu dia, John. Bareng sama lu juga! Dia gak mungkin mati sekarang! Dia masih ada! Hidup!"
JOHN:
"Let's just go right now. We will talk about it later."
*"Ayo kita pergi dulu. Kita akan bicarakan nanti."


transisi sinematik

INT. PESAWAT TERBANG - SIANG

Bara menceritakan semua kejadian yang dialaminya di pesawat. Tapi John tidak ingat sama sekali. Bara dan John sampai di Bali.

PILOT:
"Perhatian semua, kita akan segera sampai di Bandar Udara Internasional Bali Utara, Kabutambahan...."
BARA:
"What happened with Ngurah Rai?"
*"Apa yang terjadi dengan Ngurah Rai?"
JOHN:
"...There was a tsunami close to Ngurah Rai. Local authorities said it's too dangerous there. I told you...That's the reason.... Nyoman passed away..."
*".....Ada tsunami terjadi dekat Ngurah Rai. Pemerintah lokal bilang bahwa di sana terlalu berbahaya. Gua udah bilang....itu alasan.....Nyoman meninggal...."


cut to

INT. BANDARA KATUMBAHAN — SIANG

Semua televisi di bandara menampilkan berita di Bali Selatan yang hancur parah. Beberapa pakar juga sedang berdiskusi bahwa tsunami tersebut adalah tsunami paling mematikan yang pernah terjadi di indonesia.

BARA:
(Berdiri dan menonton acara berita di salah satu televisi)
PAKAR:
"...Jika tidak ada Supermoon semalam, pasti tidak akan separah ini. Kejadian ini satu dibanding satu juta kemungkinannya. Nyaris terlalu mustahil untuk terjadi. Jika dibandingkan dengan yang pernah terjadi sebelumnya,..."

 JOHN:
(Menghampiri Bara)
"C'mon..."
*"Ayo..."


EXT. HALAMAN RUMAH DUKA - SIANG

Bara dan John sampai di rumah duka. Sudah ada ayah Runa dan Lina. Mereka menangis di depan peti Runa, di halaman luar.

BARA:
"...No...."
(Menghambur ke peti daun tersebut. Terlihat Runa sedang tergletak di tengahnya. terbujur kaku.)
"....Runa..."
(Bara ikut menangis)
AJIK:
(Menatap bingung.)
"Kamu siapa? Kamu kenal Runa?!"
BARA:
"Om, ini saya Bara...."
JOHN:
(Membopong Bara)
"Bara, Bara, c'mon. Snap it out, man, snap it out... Sorry, this is my friend sir. I'm John. Deepest condolence about what happened to Nyoman.."
*"Bara, Bara, ayolah. Sadar, men, sadar....maaf, ini teman saya pak. Dukacita yang terdalam untuk apa yang terjadi kepada Nyoman.."
(membungkuk sambil mengatupkan tangannya)
BARA:
(Kembali memeriksa jenazah Runa)
"...Is this, really ....you....?"
*....Apa ini, beneran..... kamu...?"
Lina:
*hiks*
"Kakak ini siapa? Teman sekelas Kak Runa?"
(Menepuk pundak Bara)
BARA:
"Lina...., kamu seriusan lupa...? Kita pernah ketemu."
LINA:
(Menggeleng pelan) 

Hujan rintik mulai turun.

AJIK:
"...Kita harus memindahkannya ke dalam dulu... Sudah mau hujan....Ini sudah rintik..."
JOHN:
(Menarik Bara ke tempat yang lebih sepi di dalam rumah duka)
"Bara....!"
BARA:
"What...?"
*"Apa...?"
JOHN:
"Ck...Is this even real? Have you....talked with her before?"
*"Ck...Apa ini asli? Lu pernah....bicara dengannya sebelumnya?"
BARA:
"...John, You don't believe me?! Why it's so hard for you to believe me? Why would I be like this if I don't know the girl...?!"
*"John, lu gak percaya gua?! Kenapa susah sekali untuk lu buat percaya sama gua? Kenapa gua jadi sampai kayak gini kalau gua gak kenal siapa gadis itu....?!"
JOHN:
"Hmmm.. You're right, you aren't a drama queen. But please, stay here for a moment. If you are much better, let's talk. But I think you need to wait until tomorrow, bro. My dad and I will definitely talk after this."
*"Hmm.. Lu betul, lu bukan ratu drama. Tapi tolong, diam di sini untuk sebentar. Kalau lu udah lebih baik, ayo bicara. Tapi kayaknya lu harus tunggu sampai besok, bro. Bokap gua dan gua bakal ngobrol dulu sih abis ini."
BARA:
"...I... still can't believe it..."
*"...Gua... masih gak bisa percaya..."
JOHN:
"Me too....... I haven't even met her, you know? (menghela napas) I kinda envy you."
*"Gua juga.....gua bahkan belum ketemu sama dia, lu tahu? Gua agak iri sama lu."
(tersenyum getir)
"It feels like...., you know her more than I do...."
*"Rasanya kayak...., lu kenal dia lebih dari gua...."
(Pergi meninggalkan Bara)
"Don't do anything stupid, Bara. Wait until I got to talk to you."
*"Jangan lakukan hal yang bodoh, Bara. Tunggu sampai gua bisa ngobrol sama lu."
BARA:
(Duduk meringkuk)
"........Runa..... Kenapa tahu-tahu begini....?"

BIG CLOSE UP — TANGAN BARA

Tetesan hujan mengenai tangan Bara.

BARA:
(Masih diam, menangis, menunduk)

Kamera gelap sementara, mengambil sudut pandang Bara.

Suara familiar:
"Kenapa nangis...?"
BARA:
(Menengok ke depan)
"....Hah..... Suara barusan...?"
SUARA FAMILIAR:
"Ternyata kamu bisa nangis juga ya...? Kenapa kamu sedih, Bar..? Kamu lagi dimana ini? Kok kayak bukan di Inggris?"
BARA:
"Runa! Ini lu?!"
(Berteriak agak kencang, hingga kedengaran orang-orang di sekitar)
RUNA:
"Eh...eh... kenapa teriak-teriak? Iyalah, siapa lagi? Kenapa banyak orang di sini?"
BARA:
"Runa....Runa....!
(Memeluk diri erat-erat)
".....Gua kira...... lu udah meninggal...."
RUNA:
"Hah? Apaan sih...? Ngomong sembarangan banget! Orang baru tadi kita ngobrol di bandara. Kamu tahu-tahu maksa pengen balik!"
BARA:
"Hah.... Tadi...?"
RUNA:
"Iya. Malemnya kamu langsung pengen pulang. Padahal besok 'kan kita mau lihat bulan...!"
BARA:
"Runa, dengerin gua. Gua akan kasih lihat lu sesuatu. Setelah itu gua akan jelasin yang terjadi."
RUNA:
"Ada apaan memangnya sih? Kenapa kamu jadi absurd banget."
BARA:
(Berjalan mendekati peti Runa)

*Background noise

AJIK:
"Seharusnya kemarin kita ajak Runa pergi ke Ubud ya Lina.... (menangis lebih keras sambil memeluk Lina)
RUNA:
".....astaga....ini...."
BARA:
(berjalan menjauh dari peti kembali)
"Iya betul. Itu badan lu. Sudah meninggal."
RUNA:
"Hah......? Kok bisa....?"
BARA:
"Lu hanyut kena tsunami.... Di hari Supermoon itu terjadi."
RUNA:
"...Enggak...Enggak mungkin.. Fenomena Supermoon itu seharusnya besok!"
BARA:
"Hah...............Besok......? Sebentar, kalau begitu....saat ini..... lu lagi tidur?"
RUNA:
"Lah, iyalah!"
BARA:
"....berarti gua nggak gila..... Kita liburan bareng 'kan?!"
RUNA:
"Iya betul kok!"
BARA:
"Sama John dan Lina 'kan?! Ke Tamblingan, hutan monyet, dan lain-lain?"
RUNA:
"Iya!"
BARA:
"Di sini, Lina bahkan gak kenal sama gua!"
RUNA:
"Hah.....?"
BARA:
"Ini aneh banget sumpah..."
RUNA:
"......Masa aku udah meninggal sih........?"
BARA:
"Tapi at least, gua tahu lu masih ada, itu aja udah cukup, Run. Untuk saat ini, kita harus melakukan pencegahan untuk tsunami besok, di dunia lu."
RUNA:
"Kita harus coba ngomong sama Lina... tentang hal ini. Kamu harus kasih tahu kalau kamu masih bisa ngobrol sama aku."
BARA:
"... Dia gak bakal percaya."
RUNA:
"Kita harus coba."


cut to

INT. RUMAH DUKA - SIANG

Bara menghampiri Lina.

BARA:
"Lin, bisa ikut sebentar gak. Buat ngobrol?"
LINA:
".....Ngobrol...?"
BARA:
"Ini tentang Runa. Gua bisa komunikasi sama dia."
LINA:
"...Hah? Kakak bisa ngehargain nggak sih?! Aku lagi berkabung!"
BARA:
"To-tolong Lin. Sebentar aja. Kalau ternyata gak bisa, yaudah lu boleh anggap gua gak ada di hidup lu. Gua bisa buktiin."


cut to

INT. BELAKANG RUMAH DUKA - SIANG

Bara dan Lina pergi ke tempat lebih jauh dari tempat awal.

LINA:
"Kalau ini cuma main-main, mending kakak pergi aja keluar."
BARA:
"Adek lu judes banget..."
RUNA:
"Turunan mama."
BARA:
"Ummm... Sebentar ya Lina. Gua pikirin dulu caranya."
LINA:
"Ck!"
BARA:
"Ah...co-coba tanyain rahasia yang cuma kalian berdua tahu!"
RUNA:
"Ide bagus!"
LINA:
"Hmph... Sebutin berapa banyak mantan Lina?"
Bara:
"Hah?!"
RUNA:
"Hah? Lina pernah pacaran?"
BARA:
"Lu gak tahu, Run?! Yaelah..."
LINA:
"Cepetan."
RUNA:
"Ummm... Bentar-bentar, jawabannya nol."
BARA:
"Nol ya?"
LINA:
"Oke... Lumayanlah. Sekarang, coba jawab. Umur berapa ibu kita meninggal?"
BARA:
(diam sebentar)
"30 tahun."
LINA:
"...hmmmm....oke... Ini pertanyaan terakhir. Kalau bisa jawab pertanyaan ini, Lina akan percaya kakak bisa ngomong sama Kak Runa."
BARA:
"Pertanyaan terakhir, Run. Siap-siap."
RUNA:
"Iya."
LINA:
"Dulu, pas kelas dua SMP, Kak Runa pernah melakukan hal yang paling memalukan yang dia rahasiain ke siapa pun. Tiap kali kubahas, dia pasti ngambek. Yang tahu hal itu, cuma aku sama kakak aja di dunia ini. Apa itu?!"
BARA:
"Hah....?!"
RUNA:
".......Hah.....Ahhhhhh....!! enggak....jangan itu doooooooooooong...............!"
BARA:
"Ummm... Boleh diganti-"
LINA:
"Kenapa?! Gak bisa jawab?! Jawaban sebelum-sebelumnya cuma beruntung 'kan?"
RUNA:
"Aduuhhh...Lina...! Aku malu Linaaaaaa!!!!!"
BARA:
"Runa, Run, jawab aja. Please, supaya dia percaya."
RUNA:
"...Ahhhhhh, masa harus kukasih tahu ke kamu?!!!"
LINA:
"Heh, buang-buang waktu. Aku tuh lagi berkabung Kak! Kalau mau becanda tuh, gak kayak gini juga caranya!"
(Berbalik pergi)
BARA:
"Runa! Cepetan apa?!"
RUNA:
"Ahhhh!"
Hening.

Lina terus berjalan meninggalkan Bara.

BARA:
"Lina, tunggu! Runa, Runa,"
LINA:
(Berbalik badan)
BARA:
"Di-dia...Duh kenapa jadi gua yang malu sih...."
(Mengusap wajah gusar)
LINA:
"Apa?!"
BARA:
"Dia pernah ngompol pas kelas dua SMP dulu."
Hening.
RUNA:
"Huaaaahhhh.....!!! Kamu jahat Lina!"
LINA:
"Gak mungkin...."
(Matanya membesar dan mengatupkan kedua tangan ke mulutnya)
"Kakak...?"



cut to

INT. SAUNG DEKAT RUMAH DUKA - SIANG MENJELANG SORE

Bara menceritakan semua yang terjadi kepada Lina. sembari bercerita, Lina terus menerus memastikan dengan pertanyaan yang hanya bisa dijawab oleh Runa. Lina menjadi lebih tenang dan mendengarkan.

BARA:
"Heh... Udah lebih dari 10 pertanyaan...."
LINA:
"Iya, iya..."
LINA:
"Jadi,"
(menghela napas panjang)
"Kak Runa benar-benar masih di sana?"
(menunjuk ke arah dada Bara)
BARA:
"Iya. Sampai sekarang pun dia masih terus ngoceh, gak habis-habisnya."
RUNA:
"Kurang ajar kamu, Lina. Cara kamu licik. *hiks*"
LINA:
(Menahan tawa)
"Kak, apa mungkin arwah Kak Runa gak tenang ya di sana?"
RUNA:
"Hah..? Aku masih hidup kok."
BARA:
(Mengeryitkan dahi)
"Ummm.. Dia masih hidup sebenarnya, Lina."
LINA:
"Kak Bara, coba nanti kita tanya bareng-bareng ke Ajik. Kalau sesuai dengan cerita Kak Bara, maka seharusnya Kak Bara sekarang berada di Inggris dan belum terjadi tsunami. Kak Bara ingat gak, kenapa bisa ada di sini?"
BARA:
"Hmm....terakhir yang gua ingat, gua lagi ada di depan rumah Runa. Terus ada pertengkaran dari dalam, setelah itu..."
INSERT —
(Ingat kejadian satu detik yang memperlihatkan seller)
LINA:
"Setelah itu...?"
BARA:
"Setelah itu, gua liat, kakek tua pake tudung warna hitam. Dia kakek-kakek yang sama yang ngejual kalung, wait- Ya ampun....!"
(Memegang kepalanya)
"Kakek itu pernah ngasih gua kalung di Inggris. Astaga... Jangan-jangan, dia pelaku semua ini!"
LINA:
"Kak-"
(Lina menatap Bara tidak percaya)
"Kakak yakin gak lagi ngehalu?"
BARA:
"Beneran Lina! Habis gua liat dia, semua gelap. Tahu-tahu aja gua ada di kasur. Baru bangun tidur, dan pagi ini dapet kabar Runa meninggal."
Hening.
LINA:
"Ciri-ciri kakeknya gimana kak?"
BARA:
"Ciri-cirinya? Dia pake hoodie warna hitam. Kayaknya dia udah tua banget deh. Terus di hoodienya...., ada gambar hewan gitu. Kayak buaya, tapi kayak ikan juga. Tapi ada belalainya kayak gajah, sama rada mirip naga."
LINA:
"Buaya, gajah, atau ikan kak?"
BARA:
"Haduh...apa ya...? Ahelah...gua kenapa gak ingat sih gambar di hoodienya itu...?! Hewan apa itu ya...?"
(Mengacak rambutnya)
LINA:
(Lina mengeluarkan ponselnya dan mengetik sesuatu)
BARA:
(Menghela napas panjang)
"....kamu ngapain?"
LINA:
"Searching."
(Mengetuk-ngetuk jarinya di ponsel)
RUNA:
"Sebenernya ini kita ngapain sih? Kok serem banget ya, ada hal-hal supernatural gitu?"
BARA:
"Kejadian kita bisa denger suara satu sama lain aja udah supernatural. Jadi wajar aja kalau kakek tersebut juga adalah mahkluk supernatural."
RUNA:
"Kak-
(memperlihatkan ponselnya ke arah Bara)
"Kita harus tanya Ajik."


cut to

INT. RUMAH DUKA - SIANG MENJELANG SORE

Lina dan Bara menghampiri Ajik.

LINA:
"Jik, kita harus ngobrol."


cut to

INT. RUMAH DUKA - MALAM

Hari sudah malam. Ajik, Bara dan Lina berbicara. Mata Ajik melotot mendengarkan penjelasan mereka.

AJIK:
"Oke, Ajik percaya Runa ada di dalam diri kamu."
RUNA:
"....Kenapa sih caranya harus sama...? Kenapa harus kayak gitu...?! Hah?!!! Hah?!!!!"
BARA:
"Udahlah, Run...."
(bisik Bara)
AJIK:
"Kakek tua yang kamu lihat, jika ada kaitannya dengan gambar di jaketnya, maka bisa diasumsikan dia adalah titisan, mungkin berhubungan dengan mahkluk mitologi yang tergambar di jaketnya, Makara"
BARA:
"Makara...?"
AJIK:
"Sepertinya ada sesuatu yang harus kamu lakukan untuknya."
BARA:
"Ajik boleh ceritakan lebih lagi tentang Kakek Makara ini?"
AJIK:
"Hmmm.... Di dalam salah satu dongeng yang terkenal, dia adalah tunggangan dari penguasa lautan. Saya ingat, itu cerita tentang sepasang kekasih yang terpisah satu sama lain. Di tengah cerita, sang pemuda harus melewati lautan. Dia meminta pertolongan sang penguasa lautan untuk membantunya, namun tak terjawab-jawab. Akhirnya dia mengirimkan anak-anak panah api, dan lautan menjadi darah. Sang penguasa lautan geram. Tapi karena ketulusan sang pemuda, ia akhirnya membantu dengan memerintahkan para jinnya untuk membangun jembatan supaya sang pemuda dapat menyebrang."
BARA:
"Hemmmm...."
RUNA:
"Ceritanya kayak pernah denger."
BARA:
"Saya harus apa ya, sekarang?"
AJIK:
"Saya tidak tahu, 'nak Bara. Tapi buat saya, mengetahui Runa masih hidup saja, saya senang sekali. Walau disangka gila, tapi rasanya tidak mungkin kalau pertanyaan-pertanyaan itu bisa kamu jawab dengan benar hanya karena kebetulan. Runa, sekarang apa yang ingin kamu lakukan?"
RUNA:
"Aku mau bantu Bara, jik."
AJIK:
"Dia bilang apa...?"
BARA:
"Dia bilang, dia ingin bantuin saya."
AJIK:
(menghela napas, mengelus rambut Bara)
"Saya percayakan keselamatan anak saya ke kamu, 'nak Bara. Saya sudah mengikhlaskan kepergiannya. Jika memang dia sudah harus meninggal, biarlah itu terjadi. Saya senang, karena bisa berpamitan dengan Runa, melalui perantaraan 'nak Bara."
BARA:
"Ajik....Saya.."
(Menggenggam tangan Ajik dengan mantap)
"...saya akan berusaha."
AJIK:
(bangun dari tempat duduknya dan meninggalkan Bara sambil tersenyum)
LINA:
"Kak, selanjutnya kakak mau apa?"
BARA:
"Gua.... gak tahu, Lin."
RUNA:
"Aku juga pusing...."


Hening sejenak.

LINA:
"Kak Bara akan stay di sini 'kan ya malam ini? Jangan kemana-mana ya, kak."
RUNA:
"Emang kita mau pergi ya, Bar?"
BARA:
"Hah....Kenapa..?"
LINA:
"Iya, karena udah malem."
BARA:
"Enggak, maksudnya kenapa lu mikir gua akan pergi ke suatu tempat....?"
RUNA:
"Kayaknya Lina tahu sesuatu deh."
LINA:
(Ingin beranjak pergi)
BARA:
(Menggenggam tangan Lina)
"....Ide apa yang ada di kepala lu, Lin....?"
LINA:
"Sudah malam. Kak Bara tidur saja sekarang."
BARA:
"Enggak... Kasih tahu gua. Apa yang ada di pikiran lu."
LINA:
"Itu ide konyol..."
BARA:
"Lina, situasi sekarang buat gua udah gak jelas. Ide sekonyol apa pun, akan gua dengarkan dengan baik."
LINA:
(Menghela napas)
"A-aku mikir supaya Kak Bara pergi ke laut da-dan...bawa obor sama panah gitu....sesuai dengan ceritanya. Aku mikir, mungkin aja ada kaitan dengan cerita tersebut. "
Hening.
BARA:
(Beranjak pergi)
"Dimana gua bisa dapetin obor dan panah?"


cut to






Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar