Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Bersende Gurau Bersame
Suka
Favorit
Bagikan
2. Bagian 2

EXT. LORONG PASAR - PASAR — PAGI

Orang-orang berjalan, membawa barang belanjaan, ada yang berhenti, melihat barang yang di cari para Pedagang yang berjualan, kegiatan jual beli di lakukan.

Keranjang Dorong berjalan di antara itu semua, Farah menarikya, dengan santai ia melewati semua orang dengan Keranjang Dorong di belakangnya. Ia melihat kiri dan kanannya, mencari-mencari barang yang ia cari.

Farah berhenti di depan Penjual Bumbu, IBU PENJUAL, 50-an, berbicara kepada Farah dan sesaat kemudian, Ibu Penjual mulai mencampurkan bumbu ke dalam Plastik berukuran besar.

Dengan sabar, Farah menunggu, melihat bagaimana Ibu Penjual itu mengerjakan pesanannya.

IBU PENJUAL

Udah mulai terima pesanan Katering lagi, Farah?

FARAH

Iya. Udah Bu.

IBU PENJUAL

Kerja jadi cara terbaik buat hilangin masalah.

Mendengarnya membuat Farah hanya tersenyum. Farah melihat Sebuah Kertas di tangannya.

EXT. LORONG PASAR - PASAR — PAGI

Farah berjalan dengan barang belanjaan di keranjang dorongnya, terlihat beberapa jenis sayur dan tumpukan Tempe berada di dalam tempat penyimpanan kereta itu.

CUT TO:

Farah berada di Lapak Pedagang Ayam. Ia berbicara kepada PENJUAL AYAM, 60-an, mereka berbicara sebentar dan Penjual Ayam itu mulai mengambil Ayam dan memotongnya.

PENJUAL AYAM

Apa yang kamu lakukan sekarang Farah?

Sesaat Farah hanya diam, melihat Penjual Ayam itu.

PENJUAL AYAM

Bu Sofi udah meninggal, jadi kamu bisa balik lagi ke kerjaan kamu sebelumnya.

Pedagang itu memasukan potongan-potongan Ayam ke dalam Kantong Plastik dan memberikannya kepada Farah.

Farah memberikan beberapa lembar seratus ribu kepada Penjual Ayam itu. Kemudian ia memindahkan kantong-kantong Ayam itu ke dalam keranjangnya satu persatu, Penjual Ayam itu melihat Farah.

PENJUAL AYAM

Kamu terus lanjutin usaha Bu Sofi?

FARAH

Iya, Pak. Saya terusin usaha Ibu.

Penjual Ayam itu mengangguk, masih melihat Farah.

PENJUAL AYAM

Kamu terusin usaha ini karena Ibu kamu yang minta atau karena hal lain? Kerjaan kamu sebelumnya, bagus, kan?

Mendengar pertanyaan itu hanya membuat Farah tersenyum kecil.

FARAH

Makasih, Pak.

Farah menarik keranjang dorongnya. Penjual Ayam itu hanya melihatnya, datar.

EXT. JALAN - BERGERAK — PAGI

Farah mengendarai Motornya dengan tenang, melewati kendaraan-kendaraan yang ada di depannya.

Terlihat barang belanjaan berada di Keranjangnya, penuh.

Terlihat wajah Farah yang tenang dan datar. Sesekali melihat kiri dan kanan melalui Kaca Spion Motornya.

INT. DAPUR - RUMAH FARAH — PAGI

Farah duduk di meja makan, Kopi ada di depannya. Farah mengambil Pastel dari Kantong Plastik dan memakannya. Kemudian, ia meminum Kopi dari gelas.

Terdengar suara-suara Orang yang berbicara dari kejauhan, suara Mesin Cuci yang sedang bekerja. Bercampur menjadi satu.

Farah menikmati pagi itu, ia melamun sambil memakan Pastel. Dengan perlahan, ia menguyahnya. Ia melihat sekitar, hening. Ia melihat satu titik, melamun. Lama sekali.

Terdengar suara langkah kaki dan suara orang yang berbicara, membuat Farah tersadar dari lamunannya.

Tiga Orang Perempuan itu, IBU WAHYUNI, 40-an, IBU RAHMA, 40-an, dan IBU ROHMAH, 40-an, berjalan menuju Dapur.

Farah melihat mereka yang mendekat.

FARAH

Mau kue, Bu?

IBU WAHYUNI

Gak Farah, Ibu udah sarapan tadi. Ibu langsung kerja.

Ibu Wahyuni dan Ibu Rohmah langsung berjalan Pintu Belakang yang terbuka.

IBU RAHMA

Mau dong, Ibu. Menu yang mereka pesan apa, Farah?

Rahma mengambil kue Pastel dan memakannya.

FARAH

Ayam kecap, oseng-oseng kacang panjang sama kentang balado, Bu.

Rahma memakan pastel itu, mengangguk.

FARAH

Saya beli di tempat biasa.

IBU RAHMA

Gak pernah salah kamu beli di situ.

Rahma berjalan ke belakang sambil memakan Pastel. Farah menghabiskan Pastel dan menenggak habis Kopinya.

CUT TO:

INT. DAPUR LUAR - RUMAH FARAH — SIANG

Farah dan Ibu-ibu membersihkan Peralatan Masak dan membersihkan Ruangan. Tumpukan Kotak-kotak Nasi ada di depan pintu.

IBU RAHMA

Mereka gak komplain kayak kemarin lagi kan?

IBU ROHMAH

Ini orang yang sama Farah?

FARAH

(tersenyum)
Iya, Bu.

IBU WAHYUNI

Ternyata ada ya orang kayak gitu.

IBU ROHMAH

Ya adalah bu, namanya juga orang.

Farah hanya tersenyum mendengarnya, ia melanjutkan memberishkan ruangan.

FARAH

Setidaknya dia tahu masakan kita enak. Mereka tahu kita gak salah.

IBU RAHMA

Kalau Ibu, Farah, Ibu lawan, udah jelas-jelas itu salah mereka, kita kan bikin sesuai pesanan.

FARAH

(tersenyum)
Udah Bu, udah selesai juga masalahnya. Dia juga udah minta maaf ke kita.

IBU ROHMAH

Kamu selalu gitu, tahan aja ngadepin orang-orang kayak gitu. Sesekali di lawan Farah, sabar banget kamu.

IBU RAHMA

Kalau masih ada Bu Sofi, pasti di lawan, Farah.

FARAH

(tersenyum kecil)
Saya kan bukan kayak Ibu, Bu. Memangnya saya kayak Ibu Rohmeh, kalau kerja suka cerita, sampai-sampai lupa kerja.

IBU ROHMEH

Itu karena kamu tanya Ibu soal sinetron semalam, kan. Makanya Ibu cerita, kamu pasti penasaran sama Mas Aldebaran sama Mbak Andine, kan?

FARAH

Iya, saya penasarasan, Bu. Jadi Mas Al tahu Elsa yang buang Anak Andine, Bu?

Mereka tertawa melihat Ibu Rohmeh cerita, sambil melakukan pekerjaan mereka masing-masing.

EXT. DEPAN RUMAH FARAH — SORE

Farah berbicara dengan LAKI-LAKI, 30-an, Farah menunjuk kantong plastik itu dan Laki-laki itu mengangkat kantong plastik besar itu, berjalan menuju keluar Rumah. Farah memperhatikannya.

INT. RUANG TAMU - RUMAH FARAH — SORE

Farah menulis sesuatu di Buku yang ada di depannya. Di tangannya terdapat sebuah kertas, ia melihatnya. Di sebelah Buku itu terdapat kertas-kertas yang tertumpuk rapi.

Ibu Rahma dan Ibu Rohmah muncul dari belakang rumah, berjalan di depan Farah.

IBU RAHMA

Farah, kami pulang ya.

FARAH

Makasih Bu. Udah dibawa makanannya?

IBU ROHMAH

(mengangkat kantong plastik)
Ini, udah.

FARAH

Bu Wahyuni?

IBU ROHMAH

Dia lagi beres-beres, tanggung katanya.

Farah melihat mereka keluar dari rumah. Ia melanjutkan kembali melihat kertas-kertas di depannya.

Ibu Wahyuni keluar, membawa kantong plastik di tangannya. Ia mendekati Farah --

IBU WAHYUNI

Farah... Ibu bisa ambil gaji Ibu bulan ini dulu gak? buat keperluan rumah.

Farah yang menulis di buku berhenti, ia melihat Ibu Wahyuni.

FARAH

Bisa bu... setengah apa semuanya?

IBU WAHYUNI

Setengah aja Farah...

Farah mengambil Kotak Pensil Kain, ia mengambil Uang Seratus Ribu beberapa lembar dan memberikan kepada Ibu Wahyuni.

IBU WAHYUNI

Makasih ya Farah... ngerepotin kamu jadinya.

FARAH

Ibu gak repotin, ini kewajiban saya.
(jeda)
Bapak udah baikan bu?

IBU WAHYUNI

Gitu-gitu aja Farah...

Farah membuka lagi Kotak Pensilnya dan mengambil dua lembar uang seratus ribuan.

FARAH

(memberikan uang)
Buat Denis sekolah... dia kan butuh uang buat keperluannya.

Ibu Wahyuni ragu melihatnya, tetapi ia tetap mengambilnya.

FARAH

Saya hanya bisa bantu sebisa saya, Bu.

IBU WAHYUNI

Makasih Farah, Ibu pulang dulu...

Ibu Wahyuni berjalan ke arah pintu keluar dan menghilang. Sesaat Farah masih melihat ke arah pintu keluar.

Farah mengambil kertas dari tumpukan itu dan melihatnya.

Handphone Farah berbunyi, Farah mengangkatnya --

FARAH

Halo.
(mendengarkan)
Iya, bisa, menu makanannya disitu semua.
(mendengarkan)
Besok ya?... siang? Bisa. Untuk menunya apa saja?
(mendengarkan)
(menulis di buku)
Iya... Iya... Iya... Baik.
(mendengarkan)
Baik, kebetulan kami tidak melalukan pengantaran, jadi harus di jemput... pesanannya atas nama... Kartika... Baik, terimakasih, selamat siang.

Farah meletakkan handphonenya di meja, ia kembali menulis di buku, ia kembali melihat kertas-kertas di atas meja.

Handphonenya kembali berbunyi, ia mengangkatnya --

FARAH

Halo.

LAKI-LAKI (V.O)

Farah?

FARAH

Iya, saya Farah, ini siapa ya?

PAK RT (V.O)

Ini Bapak Farah. Abdul Sidiq, Ketua RT rumah Pak Jamal.

Ada jeda di antara mereka.

FARAH

...Iya, Pak, kenapa?

PAK RT (V.O)

Pak Jamal... meninggal.

Ada jeda di antara mereka, lama sekali.

PAK RT (V.O)

Bapak minta maaf baru bisa kasih tahu sekarang. Sepuluh hari dari sekarang, masuk empat puluh hari.

FARAH

Karena komplikasi, Pak?

PAK RT (V.O)

Iya, Farah.

FARAH

Makasih sudah telfon saya, Pak.

PAK RT (V.O)

Sama-sama... Bapak telpon Farah juga mau kasih tahu. Pak Jamal sebelum meninggal, tinggalin wasiat.

Ada jeda di antara mereka. Lama sekali.

PAK RT (V.O)

Bapak cuma di mintai tolong. Begitu Pak Jamal meninggal, Bapak kasih tahu kamu.

Farah hanya diam, ia melihat ke Pintu.

PAK RT (V.O)

Farah harus ke sini biar wasiatnya bisa di buka.

Farah melihat Buku Catatan dan Tumpukan Kertas-kertas.

FARAH

Sebenarnya saya tidak tahu kapan bisa ke sana. Karena saya baru kembali bekerja.

PAK RT (V.O)

Iya... Bapak faham Farah.

Ada jeda di antara mereka.

PAK RT (V.O)

Yang penting, Bapak dah sampaikan ke Farah.

Farah hanya diam, sesaat ia melihat ke arah luar rumah.

FARAH

Terimakasih, Pak.

PAK RT (V.O)

Sama-sama. Farah harus pikirkan tentang wasiat Bapak... ini ada hubungannya sama Adik Farah.

Ada jeda di antara mereka, lama sekali.

FARAH

Saya ngerti, Pak. Terimakasih udah kasih tahu saya.

Sambungan dimatikan, Farah meletakkan handphone di atas meja. Ia bersandar di kursi, melihat ke arah lain.

Terdengar suara jam yang berdentang di ruangan itu.

Tik...tik...tik...

Terdengar bunyi ombak, suara angin yang berhembus, suara orang-orang yang berbicara dari kejauhan, semuanya bercampur menjadi satu.

EXT. PONDOK - PANTAI TRIKORA — SIANG - MASA LALU

Sandal-sandal dan Sepatu berada di tanah pasir putih. Sebuah Pondok berpanggung dan itu memiliki jarak dengan dasar tanah.

Tiga Orang duduk di pondok, angin berhembus, mereka menikmatinya. Fokus dengan kegiatan mereka masing-masing.

Seorang Perempuan, SOPHIA DARMANSYAH, awal 40-an, Ibu Farah, memakan sesuatu dari kantong plastik hitam, sesuatu dari daun pisang yang dibakar, Otak-otak. Ia memperhatikan sesuatu, di depannya.

IBU

(berteriak)
Hati-hati, jangan main air.

Farah, 17, lebih muda dari kita lihat sebelumnya, sedang membaca buku, terputus dari dunia disekitarnya. Tidak terpengaruh dengan teriakan Ibu.

Seorang Laki-laki, JAMAL NURMAN, 40-an, Bapak Farah, memakai Topi, menikmati suasana pantai, juga memperhatikan sesuatu di depannya.

IBU

(berteriak)
Jangan main Air, nanti masuk angin. Adek tak bawa baju.

Ibu Farah berteriak kepada seseorang. Farah tidak menghiraukannya, tenggelam dalam dunianya sendiri. Bapak juga melihat kearah yang sama dengan Ibu.

IBU

Kak, jagain Adek, dia tak bisa berenang.

Farah tidak bereaksi, masih tetap membaca bukunya.

IBU

Kalau Ibu suruh itu coba dibuat, jangan diam.

Farah melihat Ibu, terganggu, ia mendecap.

BAPAK

Farah, buat apa yang Ibu suruh, tengok adek.

Farah meletakkan bukunya, ia melihat ke belakang.

Seorang ANAK LAKI-LAKI sedang bermain air di pinggir pantai, berlarian mengejar ombak dan sebaliknya.

IBU

Kejar Adek, Kak. Suruh dia lepas sendal.

Farah hanya diam, ia masih melihat Anak Laki-laki itu dari kejauhan.

FARAH

(berteriak)
Wooi... lepas sandal ko tu... Ibu suruh.

Anak Laki-laki itu tidak mendengar, tetap bermain air.

IBU

Jagain Adek dari sana, bukan disini.

Farah marah, kesenangannya di ganggu.

FARAH

(menghela nafas)
Dah diajarkan berenang, tak bisa-bisa, Laki-laki padahal.

BAPAK

Apa hubungannya Laki-laki dengan bisa berenang Kak, mengade.

FARAH

Biarkanlah dia Bu, pandailah dia bawa diri main tu. Ibu lah tengok dia, kalau nak sangat.

Farah kembali melanjutkan membaca bukunya. Ibu melihat Farah dengan tatapan bingung, sesaat kemudian ia melihat Bapak.

BAPAK

Farah, siapa lagi yang bisa jaga Adek kalau Bapak, Ibu tak ada? Farah kan. Kan Kakak jaga Adek. Tengok Adek, sekarang.

Farah menurunkan buku yang ia baca. Waktunya hilang, ia menghela nafas panjang.

EXT. PANTAI TRIKORA — SIANG - MASA LALU

Dari kejauhan, Farah berjalan menuju anak Laki-laki itu, meninggalkan Pondok.

FARAH

(berteriak)
Woooi!!... Engkau tu dah tak bisa berenang, main air pulak, tenggelam baru tahu. Buat susah orang ade je, kapanlah kau besar ha...

Farah berdiri di pinggir pantai, memperhatikan Anak Laki-laki itu bermain air.

IBU

(berteriak)
Farah bawa Adeek... Makan.

Farah berjalan ke arah Pondok, sesaat ia melihat Anak Laki-laki itu.

FARAH

Fauzi... Ibu suruh makan, balek pondok sekarang.

FAUZI NURMAN, 7, Adik Laki-laki Farah, tidak mendengarkan apa yang Farah katakan kepadanya. Ia masih bermain air.

Sementara di depan Pondok, Bapak sudah berdiri, memperhatikan mereka.

Farah berhenti, melihat Fauzi yang tidak mempedulikannya. Kemudian ia berjalan mendekatinya --

Farah mendorong Fauzi hingga terjatuh, membuat Pakaian Fauzi basah kuyup. Farah belari menuju Pondok.

FAUZI

(berteriak)
Ibuuuu... Kak Faraaah tolak Fauziiiii...

Bersamaan dengan suara Ibu yang berteriak kepada Farah. Sedangkan Bapak hanya diam melihat Anak-anak mereka.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar