96.INT. BANDARA SOEKARNO HATTA - RUANG TUNGGU KHUSUS - DAY
Gilang dan Om Arga sudah ada di ruang tunggu khusus di bandara. Hingga Gilang bisa leluasa tampil tanpa penyamaran.
OM ARGA
Ok Lang, ini penampilan pertama kita setelah kamu viral kemarin. Jadi, tolong jaga sikap. Janganlah main-main dengan hati perempuan lagi.
GILANG
Ya nggaklah Om, tenang..
GILANG (V.O.)
(nada suara sinis)
..kan sudah ada hatinya Ibu yang bisa gue sakitin langsung.
97.INT. RUANG TUNGGU RUMAH SAKIT - NIGHT (FLASHBACK.)
Ayah, Ibu dan Om Arga sedang berbicara serius. Di tengah mereka sudah ada surat perjanjian dari Om Tan.
OM ARGA
(Lirih, nggak tega)
Jadi, gimana? Sebaiknya kita diskusikan lagi sama Om Tan.
Ayah dan Ibu saling tatap, kemudian Ayah menatap Arga dengan pasrah.
AYAH
Memangnya bisa berubah, Ga? Manusia seTan itu memang cuma mau lihat aku menderita.
Ibu menggenggam tangan Ayah menguatkan, Ayah menatap mata Ibu.
AYAH
Ya, setidaknya kamu gak akan hidup susah lagi, Neng. Gak akan menderita lagi.
Ibu menatap mata ayah tak percaya. Ada marah bercampur putus asa dalam tatapannya.
IBU
Akang kira aku senang, Kang? Kalau harta yang Neng cari, sudah sejak awal Neng gak akan nikah sama Akang.
Ibu mulai terisak, ayah tersentak, sadar sudah salah bicara.
AYAH
Ma .. Maaf, Neng. Akang kalut. Akang gak mau kehilangan kamu. Gak mau kehilangan Gilang.
IBU
Yah, seperti Akang sering bangga-banggakan sebagai quotes orang miskin. "Orang susah mana punya pilihan, bukan?"
Ayah terdiam dengan sindiran Ibu. Suasana sejenak hening, tak nyaman. Om Arga serba salah tak tahu harus berbuat apa, sebentar-sebentar melihat jam.
OM ARGA
Eh .. maaf. Satu jam lagi kita sudah harus memberi .. memberi keputusan ke Om Tan.
Ayah dan Ibu saling tatap, kali ini saling menguatkan.
AYAH
Kamu nggak pa pa, Neng? Kalau kamu kuat, Akang akan coba kuat juga.
IBU
Demi Gilang, Kang. Akang gak boleh coba kuat. Akang HARUS KUAT. HARUS! Gilang cuma punya Akang sekarang.
Ayah mengangguk lemah.
AYAH
Tapi setidaknya, biar Akang yang jadi donornya.
IBU
(Tak sabar)
Kan golongan darah Akang beda sama Gilang. Lagian aku kan Ibunya, jalanin aja. Udah jalan-Nya Kang.
(Menatap Arga)
Udah, Ga. Kami setuju. Iya kan, Kang.
AYAH
(Menunduk, suara lemah)
Iya, Ga. Demi Gilang. Harus setuju.
Om Arga menghela napas. Segera ia menghubungi seseorang.
OM ARGA
(Di telepon)
Halo, kami setuju.
(menunggu lawan bicara di telepon)
Iya, untuk detil perjanjiannya akan saya bicarakan dulu, ya. Terima kasih.
Om Arga menutup telepon. Suasana hening. Dalam diam Om Arga mengambil berkas di atas meja. Dia berdehem mencari perhatian. Ayah dan Ibu mengangguk mempersilahkan Om Arga mulai bicara.
OM ARGA
Oke, aku bacakan surat perjanjiannya, silakan kalau ada yang mau ditambah. Poin-poin utamanya saja ya.
Ayah dan Ibu mengangguk dengan pasrah.
OM ARGA
Satu. istri pihak pertama akan menjadi istri pihak kedua setelah diceraikan secara resmi.
Ayah menunduk, Ibu menatap Arga dengan mata basah dan mengangguk. Om Arga tampak merenung sejenak.
OM ARGA
Di sini aku tambahkan poin ya, kalau Om Tan harus menikahi secara resmi di KUA, tercatat negara. Bukan nikah siri.
AYAH
Betul itu, biar seTAN itu nggak menyia-nyiakan kamu, Neng.
Ibu hanya mengangguk dalam diam. Om Arga setelah memberi catatan dengan pulpen langsung melanjutkan.
OM ARGA
Dua. Semua biaya rumah sakit dari anak pihak pertama, tanpa kecuali akan menjadi tanggungan pihak kedua.
Ayah dan Ibu mengangguk.
OM ARGA
Tiga. Semua biaya hidup pihak pertama termasuk untuk pendidikan anaknya akan ditanggung oleh pihak kedua.
IBU
Sampai kuliah, Ga.
Om Arga pun mengambil pulpen dan melakukan catatan di pasal perjanjian yang dimaksud.
OM ARGA
Ok, intinya itu sih, yang lain detail-detail soal rincian biaya dan waktu pelaksanaan saja.
Hening. Ibu dan Ayah bingung tak tahu mau bicara apa lagi. Hingga terdengar detak jam dinding rumah sakit yang mengisi kesunyian.
IBU
Akang. Arga. Boleh aku minta satu permintaan lagi?
Ayah dan Om Arga menatap Ibu penuh tanya. Ibu menarik napas panjang baru mulai berbicara.
IBU
Ini bukan hal mudah buat kita semua sebagai keluarga. Aku harus pisah sama Akang dan Gilang. Akang, apalagi Gilang, pasti akan kehilangan.
Ayah mengiyakan, Om Arga masih menanti kata-kata lanjutan.
IBU
Maka itu demi Gilang, Akang boleh.. ngg, malah harus nikah lagi!
Ayah terperanjat.
AYAH
NGGAK! NGGAK AKAN!
IBU
Tapi Gilang butuh Ibu, Kang. Belum lagi urusan kerjaan rumah tangga.
AYAH
Kamu Ibunya, gak akan bisa diganti. Soal kerjaan rumah tangga Akang bisalah. Kamu gak usah mikirin yang nggak-nggak.
Ibu langsung menengok ke Arga.
IBU
Tambahin Ga, sediakan pembantu rumah tangga.
Arga pun mencatat revisi di surat perjanjian tersebut.
IBU
Oke kalau Akang tidak mau menikah lagi, maka Arga tolong bantu jaga keponakan kamu.
OM ARGA
Pastilah. Pasti itu!
Ibu menghela napas.
IBU
Nanti kalau ini terjadi pasti Gilang marah sama aku. Jadi tolong Ga, Kamu bilang Kamu adiknya Akang, BUKAN ADIKKU. Biar Gilang lebih gampang menerimanya.
Om Arga mau menyela keberatan tapi tatapan memelas Ibu mencegahnya.
IBU
Tolong Ga, demi Gilang. Itu aja yang aku minta dari kamu. Lupakan van Houten di nama kamu, lagian Mami-Papi di surga pasti ngerti kok.
Om Arga mengangguk lemah, Ayah tak bereaksi pikirannya seolah ada di tempat lain.
(Flashback End.)
98.INT. BANDARA SOEKARNO HATTA - DAY
Om Arga gelisah menerima telepon. Sementara Gilang menunjuk jam di tangannya. Panggilan boarding sudah terdengar, Om Arga memberi gestur untuk menunggu pada Gilang.
OM ARGA
(Ke hp)
Oke, yaahh mau gimana lagi? Oke, nanti kita tunggu reda ya. Plis, jangan dibatalin, re-sechedule aja.
(jeda)
Baik, terima kasih banyak.
Om Arga menutup telepon dan menghela napas berat.
GILANG
Kenapa Om?
OM ARGA
Kita gak bisa jalan, di tempat kita shooting ada demo menolak kehadiran kamu.
Gilang terhenyak tak percaya, segera dibukanya sosial media. Sudah tersebar foto-foto Gilang saat di apartemennya. Foto Gilang yang sedang bergestur marah ke Ibunya, Gilang yang sedang memberi amplop berisi cek ke Ibunya. Di twitter #GilangPenipu trending nomor satu.
GILANG
Ini privacy Om, foto di ruang pribadi diambil tanpa permisi. Bisa kita tuntut
UU ITE.
OM ARGA
Lang, jaman sekarang, suara netizen adalah suara Tuhan. Gak bisa kita lawan.
Gilang tertunduk lemas. Suasana hening. Tiba-tiba terdengar pengumuman di pelantang suara bandara.
ANNCR
Panggilan kepada penumpang GA 402. Bapak Gilang Cahya Gemilang dan..
Wajah Om Arga memucat, Gilang heran dengan perubahan ekspresi ini.
ANNCR
..Bapak Arga Dewantara Van Houten harap segera naik ke pesawat.
Gilang tersentak, menatap wajah Om Arga tak percaya.
GILANG
Van Houten??! Om .. Om Ara seorang Van Houten??
Om Arga tak perlu menjawab, karena pelantang suara kembali memberikan informasi tersebut.
ANNCR
..Arga Dewantara Van Houten harap.. (backsound).
GILANG
Van Houten?!! Om bukan adik ayah?.. Om adik perempuan itu?!!
99.INT. BANDARA SOEKARNO HATTA - LOBI - DAY
Gilang diam, wajahnya merah padam sambil menelpon Pak Min. Om Arga di depannya susah payah berusaha menenangkannya.
GILANG
(Ke hp)
Pak Min kalau udah dekat langsung misscall saya ya. Tengs.
OM ARGA
Lang, tolong dengar penjelasan Om dulu.
GILANG
Pantas. Pantas aja selama ini Om selalu ngebela perempuan itu. Hebat banget Gilang pikir. Om bisa sebaik itu sama orang yang ngebunuh kakak Om sendiri. Ikhlas banget. Gak taunya, ckckck..
OM ARGA
Oke, duduk dulu yang tenang Lang. Ada penjelasannya.
Gilang menatap tak percaya, tangannya bersedekap menunggu penjelasan Om Arga. Tapi hp di tangan Gilang menyala, memperlihatkan “PAK MIN” di layar. Gilang pun segera bangkit menyeret kopernya.
GILANG
Sori, gak ada waktu, Om.
Gilang segera menuju mobil yang disopiri Pak Min. Om Arga memburu mengikuti.
Pak Min segera turun dari mobil menghampiri.
GILANG
Mobilnya saya pakai dulu ya, Pak. Nanti Pak Min pulangnya sama orang ini. (melengos ke arah Om Arga).
Pak Min dengan gugup mengangguk dengan bingung. Om Arga menepuk pundak Gilang lalu menyerahkan sebuah CD.
OM ARGA
Kamu boleh marah, bahkan berhak marah. Tapi tolong ini didengar, sebelum kamu makin menyesal nanti.
Gilang tidak menanggapi, diabaikannya tangan Om Arga yang mau menyerahkan CD.
GILANG
Ya, aku nyesel sudah percaya banget sama Om selama ini.
Gilang pun langsung masuk ke mobil. Pak Min bingung tak tahu mau berbuat apa. Om Arga melakukan usaha terakhirnya. Melemparkan CD tersebut ke jok penumpang di sisi sopir.
OM ARGA
(Putus asa)
Tolong didengar, Lang. Tolong.
Gilang tidak bereaksi, segera menutup pintu mobil dan berpacu hingga meninggalkan decit ban di aspal, mengejutkan mereka semua yang ada di situ.
Pak Min memandang ternganga, Om Arga hanya menghela napas menatap kepergian mobil tersebut.
MATCH CUT TO: