Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
66.INT. KAMAR RS GILANG - DAY (FLASHBACK.)
Gilang kecil baru saja siuman dan terbaring lemah, dilihatnya di ranjang sebelah Ibunya pun tampak tergolek lemas. Ayah tampak muram menggenggam tangan Ibu, sementara Om Arga di luar terlihat sedang berbicara serius dengan seorang pria yang tak bisa Gilang lihat.
Mereka berdua kaget melihat Gilang sudah siuman. Mereka saling bertatapan kebingungan.
Gilang kecil mengangguk mengerti, suasana hening sesaat hingga terdengar azan Dzuhur berkumandang dari Mushola RS.
Ibu pun menengok ke Gilang.
67.INT. DEPAN KAMAR RS GILANG - MOMENTS LATER (FLASHBACK.)
Om Arga sedang duduk terpekur melihat sebuah surat bermaterai bertuliskan “Surat Perjanjian”.
Ia menghela napasnya yang berat, ia berdiri melihat dari kaca kamar RS Gilang. Dilihatnya keluarga kecil itu sedang sholat berjamaah, dipimpin oleh Ayah yang berdiri, sementara Gilang dan Ibu menjadi makmum sambil berbaring.
(Flashback End.)
68.INT. RUANG TAMU APARTEMEN GILANG - DAY
Gilang sedang diskusi dengan Om Arga. Di meja terlihat poster “Cahya Suci Ramadhan” dengan tampilan Gilang yang berbaju kok dan SUCI (22 tahun) yang berhijab syar’i.
Gilang mengangguk mengerti sambil fokus menatap poster tersebut. Om Arga terlihat cemas.
69.INT. KAMAR APARTEMEN GILANG - NIGHT
Gilang menatap whiteboard-nya, telah tertulis sasaran selanjutnya “4. Perempuan Religius”.
70.INT. STUDIO LOKASI SHOOTING - DAY
Gilang dengan pakaian koko bersama Suci yang berhijab syar’i berakting di depan kamera.
Langsung saja kesibukan berganti, semua bersiap makan siang. Para kru makan nasi kotak di lokasinya masing-masing. Ada yang dekat kamera, ada yang duduk lesehan.
Sementara Gilang dan Suci menuju ruang tunggu artis, di sana sudah ada prasmanan beragam makanan. Gilang heran melihat Suci malah mengambil sajadah yang diberikan oleh Tante yang merangkap manajernya, seorang wanita berjilbab setengah baya.
Tantenya menggamit gemas Suci, lalu mereka beriringan ke tempat sholat darurat yang dibangun dadakan di sudut studio. Dipisahkan dengan partisi sederhana untuk memisahkan jamaah lelaki dan perempuan.
Gilang menatap kepergian Suci dan Manajernya.
71.INT. KAMAR APARTEMEN GILANG - NIGHT
Gilang tekun membaca beberapa literatur dan buku. Mulai dari “Perempuan” karya Quraish Shihab hingga pencarian di internet soal kata “Ta’aruf”.
72.INT. STUDIO SHOOTING - RUANG SHOLAT - NIGHT
Terlihat Suci bersiap mau sholat magrib berjamaah, saat dia menyadari di ruang cowok baru selesai iqamat dan bersiap sholat jamaah.
Terdengar suara Gilang menjadi imam dengan bacaan dan tartil yang lumayan.
73.INT. STUDIO SHOOTING - DAY
Break shooting Gilang asik membaca “Fiqih Sunah” karya Sayyid Sabiq. Suci tak bisa menyembunyikan kekagumannya.
Gilang dengan kalem menjawab.
Masih dengan sopan menjaga jarak, Gilang berdiskusi soal isi buku tersebut dengan Suci, yang ditanggapi dengan senang hati. Percakapan tersebut ditanggapi dengan senyum penuh arti dari manajer Suci, tapi Om Arga malah menghela napas berat.
74.INT. KAMAR APARTEMEN GILANG - NIGHT
Gilang sedang menekuni laptopnya, di kasurnya bergeletakan bermacam buku agama.
Gilang berpikir keras menatap layar laptopnya.
Tampak Gilang memantapkan tekadnya sambil menutup laptopnya.
75.INT. STUDIO SHOOTING - RUANG SHOLAT
Gilang baru saja selesai menjadi imam. Gilang sudah gelisah menengok ke belakang, meski terhalang partisi dia tahu tinggal tersisa Suci di ruang jamaah perempuan. Suci masih khusyuk berdoa.
Hening tidak ada jawaban.
Suara nafas tercekat dari balik partisi yang diikuti langkah tergesa keluar dari mushola darurat tersebut.
76.INT. KAMAR APARTEMEN GILANG - NIGHT & EARLY DAY
Gilang uring-uringan melihat wa-nya belum juga dijawab. Wa yang sangat to the point. tampil grafis percakapan wa tersebut. Gilang : “Ci, bolehkah aku datang melamar ke rumah kamu?” Pesan yang dikirimkan beberapa jam lalu itu belum juga dijawab Suci.
(timelaps) HP Gilang menyala terang, berbunyi notifikasi wa. Gilang yang masih tidur ayam segera bangun, dia tahu ini jawaban dari Suci. Sepintas dilihatnya jam, sudah masuk jam 3 dinihari.
Grafis jawaban wa dari Suci : “Kak Gilang masih bangun? Bisa ngobrol?”
Gilang langsung menghubungi seketika itu juga.
INTERCUT.
77.INT. KAMAR SUCI - EARLY DAY
Suci menerima telpon dengan masih mengenakan mukena, dia ada di atas sajadah.
Hening, tak ada jawaban dari Suci.
Hening, hanya terdengar helaan napas tak teratur dari Suci, Gilang sabar menunggu.
Gilang tidak menyangka jawaban tersebut yang akan keluar.
Hening, hanya terdengar isakan Suci.
Jawaban Suci membuat Gilang mati kutu, tak mampu lagi mencari celah jawaban.
78.INT. KAMAR APARTEMEN GILANG - MOMENTS LATER
Jam 6 pagi, Gilang baru saja tidur sebentar ketika terbangun dengan suara ketukan mendesak di pintu kamarnya. “TOK! TOK! TOK! TOK!”
Merasa terganggu Gilang segera bangun sambil bersungut-sungut, membuka pintu kamarnya. Om Arga langsung menerobos masuk, membuka jendela kamar, hingga situasi seketika terang bermandikan matahari. Gilang menyipitkan matanya.
Om Arga menyerahkan hp-nya ke Gilang. Tampil grafis percakapan wa antara Om Arga dan Manajer Suci dengan screen shot-an percakapan Gilang dan Suci.
Manajer Suci : “Maaf Mas, ini serius Gilang mau melamar Suci?”
Gilang mencoba mengumpulkan nyawanya dulu untuk membuat alasan. Belum selesai, suara Om Arga yang lebih marah sudah menginterupsinya. Tidak berteriak, tapi malah menyiratkan kemarahan yang teramat.
Om Arga sudah berdiri di depan whiteboard tempat korban-korban Gilang tercatat. Gilang ternganga menyadari kebodohannya yang lupa menutup whiteboard-nya tadi malam.
Om Arga mengguncang bahu Gilang dengan tak percaya.
Gilang membalas tatapan Om Arga dengan ketenangan yang mengerikan.
Reflek tangan Om Arga melayang ke wajahnya.
CUT TO BLACK.
SFX : PLAKK!!