Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
131. EXT. RUMAH ALLISYA-DEPAN RUMAH. SORE HARI.
Allisya dan Reihan keluar mobil.
REIHAN
"ayo. kita masuk."
ALLISYA
"Rei?"
REIHAN
"kenapa sayang?"
ALLISYA
"aku takut, bagaimana kalau ini nanti gagal?"
Reihan mengelus kepala Allisya.
REIHAN
"kita hadepin bareng-bareng yaa, pasti bakalan ada jalan terbaiknya."
Reihan menggandeng tangan Allisya tapi Allisya menahan diri.
REIHAN
"kenapa lagi?"
ALLISYA
"hatiku bilang kali ini kita gagal minta ijin sama papa."
Reihan menatap ke arah Allisya.
REIHAN
"sya, kamu sayang kan sama aku?"
Allisya diam.
REIHAN
"kamu sayang nggak sama aku?"
REIHAN
"kalau kamu sayang aku, kita perjuangkan sama-sama"
Allisya diam
REIHAN
"kalau kamu nggak sayang sama aku, yaudah nggak usah dipaksain."
Allisya mengambil tangan Reihan dan menuntun ke dalam rumah.
132. INT. RUMAH ALLISYA-RUANG TAMU. SORE HARI.
Allisya, Reihan, Papa, Istri Papa duduk.
PAPA
"ada apa Al kamu kesini?"
Allisya menatap Reihan.
ALLISYA
"ada yang perlu Al bicarakan sama Papa."
ALLISYA
"Papa, ini Reihan, pacar Al, dan kami berniat untuk lebih serius dalam hubungan ini."
Papa terkejut dan menatap tajam Reihan.
REIHAN
"begini om. hubungan saya dan Allisya sudah cukup untuk dijadikan persiapan dan pembelajaran untuk memulai ke jenjang yang lebih serius."
PAPA
"kalian mau menikah?"
Reihan mengangguk.
PAPA
"terserah."
Allisya terkejut.
ALLISYA
"maksud papa?"
Papa mengalihkan pandangan.
PAPA
"terserah."
Allisya meneteskan air mata.
ALLISYA
"jawaban terserah itu maksudnya apa pa?"
Reihan mengelus tangan Allisya.
REIHAN
"om, saya berjanji akan menjaga Allisya semampu saya, saya akan bahagiakan dia, saya janji om."
Papa berdiri.
PAPA
"terserah."
Papa masuk ke kamar.
ALLISYA
"paa?? papa!!"
Allisya berdiri dan memanggil Papa.
REIHAN
"kita coba lagi lain waktu ya."
REIHAN
"permisi tante, kami pamit."
Reihan menuntun Allisya keluar rumah.
133. EXT. RUMAH ALLISYA-DEPAN RUMAH. MALAM HARI.
Allisya menangis, mukanya sedih, Reihan memegang pipi Allisya.
REIHAN
"jangan nyerah yaa! kita coba lagi."
Allisya semakin menangis dan dipeluk Reihan.
REIHAN
"hei, heii, sayang! dengerin aku, papa kamu nggak bilang dia melarang kan? itu bukan hal yang buruk Sya."
Allisya mempererat peluknya.
ALLISYA
"aku takut, aku takut papa tidak merestui kita, dan apa lagi selanjutnya, apa Rei??"
Reihan memeluk erat Allisya.
134. INT. RUMAH SAKIT-RUANG RAWAT MAMA. MALAM HARI.
Allisya dan Reihan memasuki ruangan. Mama tersenyum.
MAMA
"sayang, bagaimana?"
Allisya mempercepat langkahnya dan menangis dipeluk mama.
MAMA
"kenapa kamu Al? kenapa nak Reihan?"
Reihan terdiam.
ALLISYA
"papa, papa, dia mengatakan terserah maa!"
Mama memeluk dan menangis.
MAMA
"maksudnya?"
Allisya melepas peluknya dan menatap dalam mama.
ALLISYA
"apa itu tandanya, papa tidak setuju dengan rencana kami?"
MAMA
"nggak, nggak begitu mungkin Al."
Allisya memeluk mama.
(BEAT)
Mama mengelus kepala Allisya yang tertidur di sampingnya.
135. TALKING HEAD MAMA
MAMA
"Al, asal kamu tahu, mama pengin sekali, melihat kamu bahagia dengan pernikahan kamu, mama tahu dan mama ikut merasakan kebahagiaan dan rasa cinta antara kamu dan Reihan."
MAMA
"tapi kamu harus menelan pahit atas masa lalu yang sebenarnya adalah kesalahan kami orangtua kamu. kamu harus menelan rasa yang harusnya kamu tidak terlibat di dalamnya."
MAMA
"mama tahu, hampir 23 tahun, mama tidak pernah memeluk bahkan sekedar menanyakan bagaimana keadaan kamu, mama salah Al."
Mama menangis dan menghapus air matanya.
136. INT. RUMAH SAKIT-RUANG RAWAT MAMA. PAGI HARI.
MAMA
"mama janji Al, mama akan tebus kesalahan mama ke kamu, mama akan memberikan kebahagiaan sebagaimana hak kamu. mama janji."
Allisya terbangun.
ALLISYA
"mama? mama nggak tidur? mama pusing?"
Mama menggeleng.
MAMA
"Al?"
Allisya menatap mama.
ALLISYA
"iya ma?"
Mama memegang tangan Allisya.
MAMA
"mama boleh minta tolong?"
Allisya mengangguk.
ALLISYA
"apa ma? apa yang bisa Al bantu?"
MAMA
"bawa Papa kamu kesini."
Allisya mengalihkan pandangan.
MAMA
"mama nggak papa, mama bisa jaga emosi mama, yaa?"
ALLISYA
"mama yakin?"
Mama mengangguk.
137. INT. RUMAH ALLISYA-RUANG TENGAH. PAGI HARI.
Allisya duduk di kursi dengan Istri baru Papa.
ISTRI PAPA
"tunggu bentar ya Al."
Allisya mengangguk. Papa keluar kamar.
PAPA
"ada apa Al?"
Allisya melirik ke arah istri papa.
ALLISYA
"paa, mama mau papa menemui mama di rumah sakit."
Papa melirik ke arah istri papa.
PAPA
"maaf Al, sepertinya papa nggak bisa. papa nggak enak sama istri papa."
Allisya mengangguk dan meneteskan air mata.
ALLISYA
"papa benar, papa harus menjaga hati wanita papa. Al pamit."
Allisya keluar rumah.
ISTRI PAPA
"mas, jangan seperti itu. hubungan mas dengan mantan istri mas memang sudah berakhir, tapi tidak akan pernah untuk hubungan kamu dan anak kamu, Allisya."
Papa terdiam.
ISTRI PAPA
"kejar dia, sebagai wanita, aku juga tahu rasanya. lakukan apa yang Al mau, aku ikhlas, dan aku tidak cemburu, aku tidak apa."
PAPA
"sungguh?"
Istri papa mengangguk.
PAPA
"aku pergi dulu."
Papa mencium kening Istri papa.
138. EXT. RUMAH ALLISYA-DEPAN RUMAH. PAGI HARI.
Allisya berdiri dan menangis di dekat motornya. Papa datang dan menaiki motor Allisya.
ALLISYA
"Apa-apaan pa?"
Papa menengadahkan tangan.
PAPA
"mana kuncinya?"
Allisya memberikan kuncinya.
PAPA
"cepat naik, sebentar lagi jalanan akan macet."
Allisya menaiki motor.
139. EXT. JALAN RAYA-MOTOR ALLISYA. PAGI HARI.
Allisya memeluk papa dan menangis dipunggung papa.
PAPA
"maaf ya Al."
Allisya terdiam.
PAPA
"Al?"
papa teriak.
ALLISYA
"apa pa?"
PAPA
"maafin papa!!"
Allisya mengangguk dan memeluk erat papa.
140. TALKING HEAD PAPA.
PAPA
"Al. asal kamu tahu. Papa sangat merindukan pelukan ini dari kamu."
PAPA
"papa tahu, papa bukan lelaki sempurna dan yang baik untuk kamu."
PAPA
"tapi papa bangga, kamu bisa tumbuh dengan hebat tanpa pekuk kami orangtua kamu."
PAPA
"rasanya tiap melihat kamu, papa langsung merasa sangat bersalah, bisa-bisanya papa menjadikan kamu sesakit ini di kehidupan kamu."
PAPA
"maafin papa ya Al, papa udah jahat sama kamu."
141. TALKING HEAD ALLISYA
ALLISYA
"paa, betapa berharganya rasa dari peluk ini. peluk dari laki-laki yang kujadikan patah dan jatuh hati pertamaku."
ALLISYA
"sampai besarku sekarang, bisa terhitung peluk yang aku rasakan."
ALLISYA
"Al juga salah Pa. seharusnya Al tidak membenci papa ataupun mama. karena kalian pun tidak berkuasa memilih jalan takdir kalian."
ALLISYA
"terimakasih pa, sudah memberikan Al jalan kedunia ini, meski dengan perih dan sakit tiap tapakan kakiku, aku sekarang merasa sebagai anak yang sangat beruntung, menjadi bagian dari kisah ini."
142. INT. RUMAH SAKIT-RUANG RAWAT MAMA. SIANG HARI.
Allisya dan Papa memasuki ruangan.
Allisya memeluk mama dan mama menepuk punggung Allisya.
MAMA
"mama tidak papa."
Papa melihat mama.
PAPA
"bagaimana keadaan kamu?"
Allisya melepas peluknya dan duduk disamping mamanya.
MAMA
"alhamdulillah, sudah membaik."
Papa mengangguk.
MAMA
"mas?"
PAPA
"iya? ada apa?"
MAMA
"tidakkah kamu mencintai Allisya?"
Papa dan Allisya terkejut.
MAMA
"kita boleh gagal dalam membangun rumah tangga. karena memang kita memulainya tanpa cinta."
(BEAT)
MAMA
"lihat Allisya, tatap mata indahnya. apa dia pantas mendapat sakit yang luar biasa atas akibat masa lalu kita?"
Papa meneteskan air mata dan Allisya memeluk erat mama dari samping.
MAMA
"yang salah disini adalah kamu dan saya. kita yang tidak bisa menjaga diri kita di masa lalu. aku terlalu membesarkan cintaku hingga mengorbankan diriku, dan kamu terlalu membesarkan nafsumu untuk menghancurkan masa depanmu. Al disini tidak salah. sama sekali."
Mama menangis dan tubuhnya bergetar.
MAMA
"silakan meninggalkan saya tanpa cinta, tapi rawat cinta itu untuk Allisya. saya mohon."
Allisya mengelus pundak mama.
ALLISYA
"sudah ma, sudah."
Papa menarik nafas panjang.
PAPA
"Yura, aku sama sekali tidak berhenti dalam mencintai anak kita, Allisya. mulai dari pertama aku melihat dia berdarah dan keluar dari tubuh kamu, aku tidak pernah berhenti untuk cinta itu."
PAPA
"aku memang sempat membencinya, ketika dia belum berwujud dan aku mengira dia hanyalah penghancur untuk kehidupanku selanjutnya."
Allisya dan mama semakin menangis.
PAPA
"tapi... ketika matanya bisa terbuka lebar, disana, aku seperti bercermin, aku melihat cinta yang suci, cinta yang lahir dari cara yang mungkin salah."
Papa tubuhnya bergetar, dan mendekati Allisya.
PAPA
"dan ketika, aku menyuarakan adzan ditelinganya, aku tak karuan, begitu cepat kuasa Tuhan merubah rasa benciku menjadi rasa cinta yang sangat besar."
Allisya berdiri dan memeluk Papa.
PAPA
"aku selalu berusaha membebaskan Al untuk mencari kebahagiaan, karena aku merasa, itu tidak mungkin dia temukan pada orangtuanya."
Allisya menangis dan semakin erat memeluk papa.
PAPA
"papa akan melakukan dan memberikan apapun untuk kebahagiaan kamu Al, apapun itu."
(BEAT)
PAPA
"tapi papa kembali merasa gagal, ketika kamu menangis hebat, atas perpisahan papa dan mama. maafkan papa."
Papa memeluk dan mencium kepala Allisya.
Allisya melepas peluknya.
ALLISYA
"paa... papa tidak pernah gagal. semua sakit ini ada karena kesalahpahaman. maka penjelasan itu perlu diantara kita. Al memang marah, karena Al tidak memahami bagaimana posisi mama dan papa masing-masing."
ALLISYA
"Al marah ketika melihat bahagia tidak menghampiri kalian berdua, Al kecewa karena Papa bahagia dengan cinta papa, dan mama harus berjuang dengan sakitnya, itu paa. tapi perlahan, Al paham pa, Al bisa menerima itu semua."
Papa menarik Allisya kedalam pelukannya.
MAMA
"sekarang, jawab mas. apa kamu tidak merestui pernikahan Al dan Reihan?"
PAPA
"itu juga yang membuat papa berpikir hebat Al."
MAMA
"biarkan Al bahagia mas, izinkan dia menikah."
Papa menggeleng dan memeluk erat Allisya.
PAPA
"aku tidak pernah membayangkan gadisku diambil laki-laki lain, aku tidak bisa."
MAMA
"jangan seperti itu, jangan terlalu memenjara dia dalam pelukan kita, ketika dia sudah bisa berjalan sendiri."
PAPA
"Yura, kamu tahu? ada yang menyakitkan dari pernikahan Al nantinya."
MAMA
"apa?"
PAPA
"bagaimana aku bisa, melihat putriku menikah tanpa aku sebagai walinya? bagaimana?"
Allisya menangis hebat.
PAPA
"aku juga ingin menjabat tangan calon suami Al dan mengucapkan ijab untuk mereka, tapi aku tidak bisa."
Papa menarik dirinya ke belakang.
MAMA
"lalu sampai kapan kamu tidak rela atas pernikahan yang membahagiakan Al?"
MAMA
"sampai kapan? apa dengan kamu menunda, kamu akan mendapatkan apa yang kamu mau?"
MAMA
"duduk disampingnya, saksikan pernikahan itu, kamu tidak bisa memaksa apa yang memang itu nggak bisa."
Allisya menatap papa dan mama bergantian.
ALLISYA
"Pa.. Maa.. menikah bukan hal yang ingin Al dapatkan dalam waktu dekat, apalagi tanpa restu dari Papa ataupun Mama."
Papa memeluk Allisya.
PAPA
"tidak.. tidakk. menikahlah Al, papa bisa, papa bisa melihat itu semua, papa bisa."
Mama mengelus punggung Allisya.
MAMA
"bangun rumah tangga yang lebih baik dari kami."
PAPA
"papa tahu, Reihan adalah lelaki yang lebih baik dan sangatt baik daripada papa, papa yakin dia bisa menjaga kamu, dan membahagiakan kamu, itu yang utama."
Allisya melepas peluk dan menggeleng.
ALLISYA
"nggak Paa. maa. seburuk apapun kasih sayang yang papa dan mama berikan, itu adalah hal terbaik yang pernah Al dapatkan, dan tidak seorangpun yang bisa menggantikan itu semua."
Reihan memasuki ruangan. Semua melihat ke arah Reihan.
REIHAN
"ee.. Assalamualaikum om, tante, Allisya."
PAPA
"waalaikumsalam"
MAMA
"waalaikumsalam"
ALLISYA
"waalaikumsalam, kok nggak ngabarin dulu kalau mau kesini?"
REIHAN
"maaf Sya, tadi buru-buru soalnya."
PAPA
"nak, saya mau bicara sama kamu"
Papa mendekati Reihan. Reihan melihat ke arah Allisya dan terlihat kebingungan.
PAPA
"kamu serius mau menikahi Allisya?"
Reihan mengangguk.
REIHAN
"iya om, saya akan bertanggung jawab atas Allisya sebagai istri saya."
PAPA
"saya restui hubungan dan pernikahan kalian."
Reihan terkejut, tersenyum.
REIHAN
"ini serius om?"
PAPA
"tapi, kalau sampai saya dengar Allisya menderita karena kamu, inii (menunjukkan tangan) yang akan menghabisi kamu."
Reihan memeluk papa.
REIHAN
"iya om. saya janji, saya akan menjaga Allisya. saya janji."
Papa menepuk punggung Reihan.
MAMA
"kami titip Al ya nak, semoga Tuhan selalu memberikan kepada kalian kebahagiaan."
Reihan menuju Mama, mencium tangannya.
REIHAN
"iya tante, Reihan janji."
143. EXT. TAMAN/LOKASI PERNIKAHAN. SIANG HARI.
Ayah dan Ibu datang dan duduk di kursi. Papa datang dengan istrinya. Mama didorong di kursi roda oleh suster.
144. TALKING HEAD PAPA.
PAPA
"nakk, maafkan papa, harusnya, papa lah yang menggenggam tangan kamu dan mengijabkan Reihan kepadamu, tapi Papa tidak bisa untuk hal itu."
145. EXT. TEMPAT PERNIKAHAN. SIANG HARI.
Reihan duduk di kursi meja ijab qobul, dengan muka cemas, tegang.
Allisya datang dengan berjalan pelan, memasuki area pernikahan, dan duduk di kursi samping Reihan.
Reihan menjabat tangan penghulu.
PENGHULU
"saudara Reihan Abraham Sanjaya, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan, Auristela Allisya Lesham Shaenette binti Ahmad Jalendra, dengan mas kawin emas seberat 15gram dan seperangkat alat sholat dibayar tunai."
(BEAT)
Papa menangis, dan mengalihkan pandangan.
REIHAN
"saya terima nikah dan kawinnya Auristela Allisya Lesham Shaenette binti Ahmad Jalendra, dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."
PENGHULU
"bagaimana para saksi?"
#SAKSI 1
"sah"
#SAKSI 2
"sah"
Allisya menangis dan melihat ke arah papa kemudian mama.
Allisya mencium tangan Reihan, Reihan mencium kening Allisya.
Allisya berjalan ke arah papa.
PAPA
"nak, papa tidak menyangka, waktu begitu cepat sampai sekarang, anak yang dulu masih kecil, selalu mengurung diri di kamar, sekarang sudah menjadi istri orang, maafkan papa ya nak.."
Allisya lalu memeluk papa.
ALLISYA
"paa... aku masih putri kecilmu, aku masih ingin terus menjadi itu, ijinkan Allisya untuk membahagiakan papa yaa.."
Papa mengelus punggung Allisya.
PAPA
"berbaktilah kepada suamimu, dia adalah ladang surga untukmu, jaga diri baik-baik, dan berjanjilah untuk bahagia, karena papa hanya meminta itu untuk kamu kepada Allah."
Allisya melepaskan peluknya.
ALLISYA
"Al ke mama dulu ya paa..."
Papa mengangguk.
Allisya berjalan ke arah mama.
Mama menatap kosong ke depan.
ALLISYA
"mama..."
Allisya bersimpuh di depan kursi roda mama.
MAMA
"Al, sudah selesai tugas mama sampai disini, selanjutnya berbahagialah, maafkan mama dan papa sebagai orangtuamu yang masih belum sempurna memberikan arti rumah untuk kamu."
Allisya menangis dan memeluk kaki mama.
ALLISYA
"berjanjilah untuk segera sehat maa, dan mama akan Al rawat sampai kapanpun."
Reihan mendekati Allisya.
REIHAN
"mama.."
Mama melihat ke arah Reihan dan meneteskan air mata.
MAMA
"titip Al ya nak.."
Reihan duduk di samping Allisya.
REIHAN
"pasti maa, Reihan akan menjaga Allisya, dan akan juga merawat mama, karena mama adalah mamaku juga."
Allisya menatap Reihan.
REIHAN
"nanti, kita bawa mama pulang ke rumah, biar aku yang merawatnya."
ALLISYA
"bagaimana dengan ayah dan ibu kamu?"
Ayah dan Ibu mendekat.
AYAH
"yaa... ayah setuju, lebih baik kita rawat dan pulihkan mama kamu dengan bersama-sama."
IBU
"mbak, saya akan menjadi teman untuk mbak, dan saya akan menemani mbak selama di rumah."
MAMA
"makasih bu, saya sangat lega, anak saya menemukan mertua yang sangat menyayangi dia."
Semua tersenyum.
-SELESAI-