Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
STORY OF DIFFERENT HOME
Suka
Favorit
Bagikan
13. SODH (scene 121-130)

121. INT. RUMAH SAKIT-DEPAN RUANG RAWAT MAMA. PAGI HARI.

ALLISYA

"jujur om, saya nggak tahu kalau om adalah kepala rumah sakit disini. tapi sepertinya ada kesalah pahaman."

Ayah mengangguk dan tersenyum.

ALLISYA

"saya cuma kecewa dengan suster yang kemarin menangani mama saya. harusnya sebagai tenaga medis, yang merawat pasien, tahu mengenai tata cara perawatan pasien baik fisik maupun mentalnya."

Ayah memandang tajam Allisya.

ALLISYA

"apalagi, mama saya ini depresi, tentu om tahu kan mentalnya sangat terganggu. lalu kenapa, dia malah dengan santainya membahas masalah yg membuat mama depresi di samping mama?"

ALLISYA

"mama saya sampai terbangun, dia ketakutan lagi, dan suster itu menyuntikkan obat penenang. dahh. masalah itu selesai. bagi suster! bukan mama saya!"

AYAH

"apakah benar kejadiannya seperti itu?"

Allisya terkejut.

ALLISYA

"apa anda pikir saya berbohong dan membuat cerita begitu saja?"

ALLISYA

"om, maaf sekali, saya bukan orang munafik, saya tidak naif dengan apa yang terjadi dengan saya."

AYAH

"saya minta maaf, tapi bukan itu maksud saya. saya benar-benar tidak tahu apa yang terjadi."

ALLISYA

"saya kecewa dengan perlakuan suster tadi, apakah dengan dia menyuntikkan obat penenang itu adalah jalan keluar yang baik, bukankah obat penengang juga ada dosis dan syarat penggunaanya."

AYAH

"yaa, kamu benar, untuk pasien depresi, tidak setiap dia kambuh harus di suntik dengan obat penenang."

ALLISYA

"itulah kenapa saya menampar suster anda, saya sangat kecewa, dan parahnya dia membuat mama saya tidak mengenali saya beberapa saat, sepertinya lebih baik saya bawa mama saya pulang, daripada saya tinggalkan dia disini dengan suster tersebut."

AYAH

"saya minta maaf atas kejadian ini, saya akan memproses masalah ini sesuai dengan kebijakan rumah sakit, terima kasih ya Allisya."

Ayah memegang bahu Allisya, Allisya meninggalkan dan masuk ruangan.

122. INT. RUMAH SAKIT-RUANG RAWAT MAMA. SORE HARI.

ALLISYA

"mama, Al pamit pulang dulu yaa, Al mau mandi terus masakin buat makan malam mama, mama pasti bosen dengan masakan rumah sakit."

Mama mengangguk.

ALLISYA

"Al pulang dulu ma, Assalamualaikum."

Allisya memeluk mama dan meninggalkan ruangan.

Ayah memasuki ruangan.

AYAH

"selamat sore Bu."

Mama terkejut dan ketakutan.

AYAH

"ibu tenang saja, saya dokter disini."

Mama mengangguk.

AYAH

"bu, boleh saya berbicara sebentar dengan ibu?"

Mama mengangguk.

AYAH

"ibu saya Hermawan. saya adalah ayah dari laki-laki yang sangat mencintai putri ibu."

Mama menatap Ayah.

MAMA

"maksud bapak?"

Ayah duduk di kursi dekat tempat tidur mama.

AYAH

"Allisya dan Reihan, sudah berpacaran cukup lama, saya tahu itu, dan saya adalah ayah dari Reihan."

MAMA

"lalu kenapa?"

AYAH

"kemarin, seusai putri ibuk wisuda, anak saya sempat melamar Allisya, belum secara resmi, tapi sudah berniat baik."

Mama menangis.

AYAH

"ibu tenang saja, saya yang menjamin, anak saya, Reihan, tidak pernah menyakiti putri ibuk, dalam hal apapun itu, bahkan dia, sangat menerima semua yang terjadi dengan Allisya, tak terkecuali dengan masa lalu Allisya."

MAMA

apa Allisya mau menerima ajakan anak bapak untuk menikah?

Ayah tersenyum.

AYAH

"sepertinya Allisya masih ragu buk, dia begitu memikirkan kondisi ibuk, dan saya pun pada awalnya meminta dia untuk menyelesaikan masalahnya dengan masalalu nya."

MAMA

"apa itu karena saya? apa saya salah pak?"

AYAH

"oh tidak buk, ibuk tidak salah dalam hal ini, ibuk hanya perlu kembali pulih dan cepat sehat, untuk meneruskan niat baik anak saya."

AYAH

"sepertinya saya lah yang salah disini, harusnya, saya tidak menuntut Allisya untuk menyelesaikan masa lalunya, sebab, masa lalu itu sudah selesai saat itu juga, hanya akibatnya yang belum usai, dan ternyata semua tidak bisa diusaikan, hanya perlu dimaafkan dan dibiarkan memberi pembelajaran untuk kehidupan sekarang dan masa mendatang."

Mama mengangguk.

MAMA

"saya akan cepat sembuh untuk Allisya, saya akan membahagiakan dia sebisa dan semampu saya, saya janji pak."

Ayah mengelus lengan mama.

AYAH

"bagaimanapun ibu sekarang, ibu akan tetap menjadi ibu dari Allisya, dan semua ibu, sudah pasti hebat, tanpa dinilai dengan hal yang sama, semua wanita adalah ibu yang hebat nantinya."

Mama mengangguk.

AYAH

"saya permisi buk, silakan istirahat kembali."

Ayah beranjak.

MAMA

"pak?"

Ayah menoleh ke arah mama.

AYAH

"iya buk?"

MAMA

"katakan pada Reihan untuk tetap mencintai anak saya, Allisya memang anak saya, tapi dia pasti lebih baik daripada saya, saya menjamin itu."

Ayah mengangguk, tersenyum, dan pergi.

(BEAT)

123. TALKING HEAD REIHAN.

REIHAN

"apa kisah cinta antara aku dan Allisya akan berhenti disini?"

124. EXT. RUMAH REIHAN-SAMPING RUMAH. MALAM HARI.

AYAH

"ngapain kamu nak?"

Reihan menoleh.

REIHAN

"ayah, sudah pulang?"

mencium tangan Ayah.

AYAH

"sudah, baru saja. kamu kenapa?"

Reihan tersenyum dan menggelengkan kepala.

AYAH

"masih kepikiran Allisya?"

Reihan menatap Ayah dan mengangguk.

AYAH

"sekarang ayah tanya, kamu benar-benar siap menikahi Allisya?"

Reihan mengangguk.

REIHAN

"Reihan yakin yah, dan Reihan juga percaya pasti niat baik akan mendatangkan hal-hal baik selanjutnya."

AYAH

"yaa, ayah tahu itu. sekarang ayah mau memberitahu kamu, perihal yang belum pernah ayah sampaikan sebelumnya."

Reihan menghadap Ayah.

REIHAN

"apa itu yah?"

AYAH

"menikah itu bukan perihal mengucapkan janji kemudian sudah. apa yang kamu ucapkan harus kamu pertanggungjawabkan. menikah bukan hal yang mudah. pasti kamu akan berpikir bahwa, setelah itu kamu akan menjalani semuanya sama-sama dengan istri kamu. tapi, masih ada yang harus kamu lakukan sendiri."

REIHAN

"apa yah?"

AYAH

"kamu harus menanggung semua tentang keluarga kamu, apapun yang terjadi, sebagai kepala keluarga."

Reihan mengangguk.

AYAH

"kamu harus menjadi yang pertama dan utama dalam menghadapi semuanya, karena kamulah penentu rumah tangga kamu mau dibawa kemana."

AYAH

"laki-laki, tidak perlu mengumbar perkataannya, tapi ia harus menyikapi dengan tindakannya."

AYAH

"dan menikah, bukan hanya perihal kamu dan istrimu nantinya. tapi juga orang-orang disekitar kalian."

AYAH

"satu lagi, laki-laki mudah sekali berubah, satu kali dia salah mengambil langkah, rumah tangganya juga akan rekah. simpan dan biarkan istrimu yang menjaga cintamu, karena jika tetap kamu bawa sendiri, akan ada penggoda yang mungkin akan berhasil merebutnya nanti."

REIHAN

"lalu, apakah ayah melihat aku sekarang, apa ayah berpikiran bahwa aku belum mampu melakukan semua itu?"

AYAH

"tidak, ayah melihat kamu tulus dalam niat awalmu, dan ketulusan itu, yang nantinya akan membawa kesiapan kamu sendiri."

REIHAN

"jadi ayah akan merestui pilihan Reihan?"

Mata Reihan berkaca-kaca.

AYAH

"silakan lakukan apa yang menurut kamu baik, kamu bukan lagi anak kecil ayah yang harus ayah atur kesana kemari sesuai yang ayah mau."

Reihan memeluk ayah.

REIHAN

"terima kasih atas kepercayaannya yah, Reihan akan menjadikan Ayah sebagai laki-laki panutan Reihan."

AYAH

"jangan, jadilah laki-laki yang jauh lebih baik daripada ayahmu ini."

(BEAT)

125. INT. RUMAH SAKIT-RUANG RAWAT MAMA. MALAM HARI.

Allisya menyuapi Mama makan.

ALLISYA

"mama udah enakan ya? keliatannya lebih semangat gitu, sumringah."

Allisya dan mama tersenyum.

MAMA

"mama harus sembuh lebih cepat."

Allisya mengangguk.

MAMA

"Al? kamu kok gak bawa Reihan kesini?"

Allisya terkejut.

ALLISYA

"ee, Reihan ma?"

Mama mengangguk.

MAMA

"iyaa, kamu baik-baik saja kan sama dia?"

ALLISYA

"darimana mama tahu soal Reihan?"

MAMA

"nak. kamu itu juga berhak bahagia."

ALLISYA

"mama belum jawab pertanyaan Al, darimana mama tahu perihal Reihan?"

MAMA

"tadi ayahnya Reihan mampir disini."

Allisya terkejut.

ALLISYA

"dia ngomong apa ma? dia nggak bikin mama sakit lagi kan?"

MAMA

"All. jangan bicara seperti itu. dari cara ayahnya berbicara, mama tahu bagaimana dia."

MAMA

"dia orang baik, dan pasti Reihan juga demikian."

ALLISYA

"mama nggak perlu pikirin masalah itu, yang terpenting mama sekarang sehat dulu."

MAMA

"kamu tahu Al? apa yang membuat mama pulih cepat, melihat kamu bahagia."

Mama meneteskan air mata.

MAMA

"Al. meskipun selama ini mama diam terhadap kamu, bukan berarti mama juga diam dalam doa mama atas kamu. sejak kamu diperut mama, mama selalu berdoa untuk kebaikan agar selalu menjadi teman dalam kehidupan kamu."

Allisya menahan tangis.

MAMA

"mama bukan wanita baik, juga bukan ibu yang baik untuk kamu, tapi mama, sangat beruntung, kamu bisa berenang dan membebaskan diri dari ketidakbaikan masa lalu kamu, dan itu kamu lakukan sendiri."

Allisya menangis.

MAMA

"sudah saatnya kamu berbahagia dengan laki-laki yang juga akan sangat bahagia dengan kamu."

ALLISYA

"tapi, Al masih belum yakin kedua orangtua Reihan menerima Allisya dan masa lalu Al maa."

Mama memeluk Allisya.

MAMA

"percaya sama mama, ini sudah saatnya, kamu sempurnakan kehidupan kamu ya Al, bangun kerajaan dalam rumah tangga kamu, dengan cinta, dan selalu dengan cinta."

(BEAT)

126. INT. RUMAH SAKIT-RUANG RAWAT MAMA. PAGI HARI.

HP Allisya berbunyi. Mama melirik.

MAMA

"Al, ada yang telepon."

Allisya mengambil HP.

ALLISYA

"halo?"

CUT TO:

REIHAN

"Allisya, aku mau ngomong sama kamu."

CUT BACK TO:

ALLISYA

"ada apa Rei?"

CUT TO:

REIHAN

"kita bisa ketemu hari ini?"

CUT BACK TO:

ALLISYA

"bisa, jemput aku di rumah sakit ya."

CUT TO:

REIHAN

"oke, aku siap-siap dulu, habis itu kesana."

CUT BACK TO:

ALLISYA

"iya Rei, aku tunggu."

Allisya menurunkan HPnya dari telinga.

MAMA

"siapa? Reihan?"

Allisya mendekat dan mengangguk.

MAMA

"bagus Al, jangan ragu untuk menciptakan kebahagiaan diri kamu sendiri."

ALLISYA

"iyaa maa, nanti Reihan aku ajak kesini dulu yaa, biar kenalan sama mama."

MAMA

"ahh iya itu benar. mama mau pakai minyak wangi biar wangi, apa mama ganti baju?"

Allisya tersenyum.

ALLISYA

"haha, mama ini, nggak usah gitu aja, udah cantik."

Allisya dan mama tersenyum.

(BEAT)

127. INT. RUMAH SAKIT-RUANG RAWAT MAMA. SIANG HARI.

Reihan masuk ruangan.

REIHAN

"assalamualaikum tante, Allisya"

Mama duduk, Allisya menghampiri Reihan.

ALLISYA

"waalaikumsalam, kok lama?"

MAMA

"waalaikumsalam nak"

REIHAN

"iyaa, maaf ya Sya, tante, tadi ada zoom sebentar sama dosen."

Allisya mengangguk.

ALLISYA

"yaudah kita jalan sekarang aja ya?"

Allisya melihat ke arah mama.

MAMA

"yaudah sana, hati-hati yaa."

Reihan mengangguk.

REIHAN

"Saya pamit dulu ya tante, saya bawa Allisya."

Reihan bersalaman dengan mama.

MAMA

"jaga dia ya nak, bahagiakan dia."

Reihan mengangguk. Allisya bersalaman dengan mama.

Reihan dan Allisya meninggalkan ruangan.

128. INT. JALAN RAYA-MOBIL REIHAN. SIANG HARI.

REIHAN

"makasih ya Sya, udah luangin waktu buat ketemu sama aku."

ALLISYA

"iya Rei, ini aku juga kebetulan mau ada yang aku omongin sama kamu."

Reihan tersenyum.

REIHAN

"kayaknya aku tahu apa yang mau kamu omongin."

Allisya menatap Reihan.

ALLISYA

"apaan?"

REIHAN

"masalah pernikahan?"

ALLISYA

"apa kamu juga udah ada pembicaraan lagi sama orangtua kamu?"

Reihan mengangguk.

REIHAN

"kamu juga?"

ALLISYA

"eee, mama kemarin itu tiba-tiba bahas tentang kita. dan dia menyuruh aku untuk menerima lamaran kamu."

REIHAN

"karena ayahku ya?"

ALLISYA

"katanya kemarin ayah kamu ketemu sama mama dan dia ngobrol sama mama."

REIHAN

"jadi gimana?"

129. TALKING HEAD ALLISYA

ALLISYA

"tapi kan aku belum minta ijin sama papa, bagaimanapun, papa adalah ayah kandungku."

130. INT. JALAN RAYA-MOBIL REIHAN. SIANG HARI.

REIHAN

"sya? gimana?"

ALLISYA

"ee, Rei?"

REIHAN

"iya? apa?"

ALLISYA

"kayaknya masih ada yang harus aku selesain."

REIHAN

"apaan lagi?"

ALLISYA

"Rei, aku juga punya papa, bagaimanapun dia harus tahu."

REIHAN

"yaudah kita sekarang kesana."

ALLISYA

"sekarang banget?"

REIHAN

"bukannya lebih cepat lebih baik?"

Allisya mengangguk.

(BEAT)

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar