Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Second Chance.apk
Suka
Favorit
Bagikan
8. Mangu Zulmat
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

EXT. JALAN RAYA - NIGHT

Ito mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Wajahnya seperti orang yang menahan tangis. Ia menggigit bibir, bernapas dengan engal dan hampir sesenggukan, dengan mata berkaca-kaca.

ITO

Ya Allah, Ya Allah, Ya Allah, Ya Allah. Ya Allah, Kenapa? Kenapa? Kenapa, Ya Allah?

Di depan, lampu lalu lintas berubah menjadi merah. Ito mengerem mendadak, namun ia berhasil berhenti di belakang garis.

EXT. LAMPU MERAH - NIGHT

Ito berhenti paling depan. Tangannya yang gemetar melepas setang kemudi. Ia memandangi tangannya yang bergetar hebat, lalu mengepalnya, dan memukul kaca speedometer dengan kencang. 

Kepala Ito perlahan menunduk, punggungnya membungkuk. Kepalanya semakin turun, tenggelam dalam kedua lengannya yang terlipat di atas speedometer. Terdengar suara sesenggukan, banyak senggukan. Yang setelah beberapa lama dilanjutkan dengan teriakan tangisan Ito, yang bercampur dengan sumpah serapah.

ITO

(seseunggukan)

Anjir, anjir, anjir, anjir.

(berteriak)

ANJING!

Ito mengangkat kepalanya, melihat ke arah lampu, masih merah.

ITO (V.O.)

Ini gak adil Ya Allah, saya gak terima Ya Allah. Kenapa harus Latsa? Dia itu orang baik. 

Dari arah lain ada seorang pengendara motor yang tidak pakai helm, mengebut dengan motor modif yang suara knalpotnya memekakkan telinga. 

ITO (V.O.)

Kenapa gak orang tolol kayak dia aja Ya Allah yang kecelakaan? Dia jelas-jelas ganggu banyak orang loh. 

ITO

Tapi kenapa Latsa?

INT. RUMAH SAKIT - DAY

DOKTER mendatangi AYAH LATSA dan IBU LATSA. Sang dokter membuka maskernya, membuat wajah menyesalnya terlihat. Tidak ada senyum di sana. Dokter itu menepuk pundak Ayah dan Ibu Latsa secara bergantian.

DOKTER

Saya selaku pihak rumah sakit mengucapkan permintaan maaf sebesar-besarnya. Tapi dengan kondisi anak bapak ibu saat ini, kemungkinan besar dia tidak akan bertahan lebih dari tiga hari.

Ibu Latsa meneriakkan tangisnya. Tubuhnya terhuyung jatuh, namun lekas ditangkap oleh pelukan suaminya. Sambil menangis, pasangan suami istri itu saling memeluk erat untuk menguatkan.

Di balik tembok, ada Ito yang menguping pembicaraan itu. Dirinya hanya mematung tanpa ekspresi.

INT. RUMAH SAKIT - RUANG OPERASI - DAY

Latsa terbaring, tubuhnya penuh perban, tangan dan kakinya penuh luka. Mulutnya tertutup oleh sebuah alat penutup yang tersambung ke selang. Dan wajahnya hampir tidak berbentuk.

Di sana ada ibunya yang memeluknya erat, dengan tangis yang menjadi-jadi.

IBU LATSA

(berteriak dan menangis)

Latsaaa... Anakkuu... Sayaaangg... Ya Allaaahh....

Ayah Latsa berdiri di belakang wanita itu, yang bisa ia lakukan hanya mengelus punggung istrinya dan berusaha menenangkan. Meski tangannya yang lain beberapa kali menekan dahinya sendiri, menyembunyikan matanya yang memerah dan berkaca-kaca.

AYAH LATSA

Yang sabar ya Buk. 

Dari sudut tempat tidur lain, ada Vivi yang juga terus berusaha menghapus air mata dari pipinya yang tak kunjung berhenti menetes.

VIVI

Latsa, katanya bulan depan kita mau ngerayain anniv kita yang kedua? Mana buktinya? Kamu curang, Sa!

Latsa yang terbaring tidak bisa mengatakan apapun. Yang terdengar hanya suara napasnya. Mata Latsa menatap nanar. Bola matanya bergerak melihat satu-persatu orang di situ. Setelah cukup lama, ia berkedip. Latsa mengarahkan pandangannya kepada Ito.

Ito sendiri sedang memunggunginya dan meyandarkan dahinya pada lengan tangan yang menempel di tembok.

ITO (V.O.)

Gue gak terima.

ITO

(berbisik)

Gue gak terima.

ITO (CONT’D)

(lebih keras)

Gue gak terima.

Ito menghantamkkan kepalan tangannya ke tembok.

ITO (CONT’D)

(berteriak)

Gue gak terima!

Ito membalikkan badan dan menunjuk Latsa. 

ITO (CONT’D)

Gue bakal nyelametin lo, Sa. Gimana pun caranya. 

INT. KAMAR ITO / INT. KAMAR IMEL - SPLIT SCREEN - NIGHT

Ito sedang duduk di kursi / Imel sedang tiduran di kasur.

ITO

Sori banget, Mel. Tapi aku gak bisa kalau besok.

IMEL

(dengan suara manja)

Alah, kok gitu sih. Bisa ya Ito sayang? Yah?

ITO

Enggak ya enggak. Aku udah punya janji sama Latsa. Aku tahu kamu pacar aku. Tapi bukan berarti semua permintaan kamu bakal aku turutin ya.

IMEL

Hmm, ya udah deh. Kalau gitu senin ya?

EXT. JALAN RAYA - AFTERNOON

Ito dan Latsa yang memakai celana training sedang lari di pinggir jalan. Latsa yang berlari di depan, dan Ito mengikuti di belakangnya. Ia menatap punggung Latsa dengan tajam.

ITO (V.O)

Mata gue gak akan gue lepasin dari elo, Sa.

EXT. PINGGIR JALAN RAYA - AFTERNOON

Ito dan Latsa kini sedang hendak menyebrang. Mereka berhenti di pinggir jalan dan menolah-noleh menunggu jalan sepi.

Terlihat dari jauh truk yang berjalan sangat cepat akan melewati jalan itu.

IBU-IBU KORBAN COPET (O.S)

(berteriak)
Copet! Tolong, ada copet.

Setelah terdengar suara itu. Tidak jauh dari tempat Ito dan Latsa berdiri, ada seorang bapak-bapak PENCOPET yang berlari menerobos orang-orang. Ketika melewati belakang Ito dan Latsa, pencopet itu mendorong tubuh Latsa hingga terpelanting masuk ke jalan aspal.

Dan di saat yang sama, truk yang super cepat tadi sudah datang dan menghempaskan badan Latsa seperti kertas. Terdengar jeritan orang-orang yang histeris melihat kejadian itu.

Ito sendiri memandangi adegan itu dengan badan membeku, mulut ternganga dan tak bisa berkata apapun.

EXT. PINGGIR JALAN RAYA - AFTERNOON

Ito dan Latsa sedang berdiri di pinggir jalan, mau menyebrang. Ketika terlihat dari kejauhan ada truk besar yang datang dengan cepat. Ito menarik tangan Latsa menjauhi jalanan.

Tangan Ito agak gemetar dan berkeringat.

LATSA

Lo kenapa, To? Sakit? Pulang sekarang aja apa gimana?

IBU-IBU KORBAN COPET (O.S)

(berteriak)

Copet! Tolong, ada copet.

Latsa menoleh mencari sumber suara itu. Truk pun lewat, kali ini tidak terjadi kecelakaan.

Latsa berlari ke arah copet dan meninggalkan Ito.

ITO

Mau kemana lo Sa?

Akhirnya Latsa berhasil mencengkram tangan si pencopet.

LATSA

Mau kemana lo?

PENCOPET

Lepasin, bocah!

LATSA

Balikin dulu tasnya.

Para laki-laki di sana sudah mulai berkumpul dan mendekati Latsa dan si copet.

Ada seorang laki-laki yang muncul di belakang Latsa. Ia seperti mau memeluk Latsa dari belakang. Yang ternyata orang ini malah menusukkan pisau ke dada kiri Latsa.

Si copet kemudian menarik paksa tangannya sampai lepas. Ia lalu menyabetkan tas yang dicurinya ke wajah Latsa. Sedangkan TEMAN PENCOPET yang telah menusuk dada Latsa mencabut pisau itu, menusukkannya lagi ke perut. Baru kemudian mereka berdua melarikan diri.

Lagi-lagi Ito hanya bisa mematung melihat tubuh sahabatnya yang tersungkur di tanah dengan penuh darah.

ITO (V.O)

Setelah itu gue nyoba untuk nyelametin Latsa lagi, lagi, lagi, dan lagi.

INT. KAMAR ITO - NIGHT

Ito tiduran di tempat tidur, menatap langit-langit. Di tangan kanannya yang terlentang ia memegang hape.

IBU (O.S.)

Itooo.... sini keluar nak. Ayo makan malem. Bapak udah beli bakso favoritmu loh.

Ito tidak menjawab. Terdengar suara pintu kamarnya mau dibuka dari luar, tapi tidak bisa.

IBU (O.S.) (CONT’D)

Buka kuncinya To!

Ito sempat melirik ke arah pintu. Tapi badannya tidak beranjak. Ia tetap hanya tiduran, diam, dan kembali menatap langit kamar.

BAPAK (O.S.)

Udah buk, udah. Mungkin anak kita lagi butuh waktu sendiri. Nanti kalau udah laper juga pasti keluar.

Ito mengangkat hapenya ke depan wajahnya masih dengan posisi tiduran. Ia scroll terus beranda instagramnya. 

ITO (V.O.)

Berapa kalipun gue melompati waktu, semuanya sia-sia. Pada akhirnya Latsa tetap meninggal.

Jarinya berhenti ketika muncul gambar seorang ksatria yang berhadapan dengan tiga monster yang terbentuk dari alam. Yakni yang pertama adalah monster yang terbuat dari tanah, batu serta pepohonan yang berdiri membentuk golem. Yang kedua ada awan yang menyerupai burung, dan yang terakhir letusan lava gunung berapi yang menjelma menjadi naga.

ITO (V.O)

Rasanya udah kayak bertarung ngelawan takdir itu sendiri.

EXT. TERAS - AFTERNOON

Cuaca sedang hujan deras. Ito duduk di kursi teras sambil memandangi hujan dengan tatapan kosong.

Ibunya keluar dari rumah dan mendatanginya.

IBU

Nak, kamu belum sholat ashar kan? Udah mau magrib tuh.

Pandangan Ito masih ke arah hujan, sama sekali tidak menoleh ke Ibunya.

ITO

Emang sholat bisa bikin Latsa hidup lagi?

IBU

Hus, Ito! Gak boleh ngomong gitu nak.

Setelah ibunya kembali masuk, Ito tetap duduk termangu di sana. Dalam waktu yang cukup lama. Tidak bergerak, tidak bersuara. Hanya mengamati kucuran hujan yang berjatuhan.

INT. COFFESHOP - NIGHT

Di Coffeshop yang sepi, dengan pencahayaan remang. Di suatu tempat di dinding kafe itu ada jam yang menunjukkan pukul 19:10.

Ito dan Mas Yogas sedang duduk berhadapan di salah satu meja di sana. Di depan mereka sudah ada coklat panas yang masih utuh, dan kopi panas yang baru berkurang sedikit.

ITO

Gue gak tahu harus tanya ke siapa lagi, Mas. Dan elo adalah orang paling bijak yang gue kenal. Maka dari itu gue ngajak lo ke sini.

MAS YOGAS

Widih, tegang banget pembukanya. Santai bro. Jadi, hal serius apa yang pengin lo tanyain?

Mas Yogas menyeruput kopinya.

MAS YOGAS

Mau tanya soal eksistensi lagi kah?

Ito menggeleng.

ITO

Gue to the point aja ya, Mas. Sebelumnya gue mau bilang kalau ini mungkin kedengerannya kayak halu. Tapi gue minta lo jangan langsung nganggep ini candaan.

Mas Yogas mengangguk.

MAS YOGAS

Iya, udah buruan.

Ito menatap Mas Yogas serius.

ITO

Gue dateng dari masa depan.

Mas Yogas tersenyum dan menoleh ke samping secara reflek. Dari reaksinya kita tahu kalau dia menganggap ito sedang bercanda.

MAS YOGAS

(tergelak)

Abis nemu ganja di mana lu coy?

Namun Ito masih tetap bergeming dan menatapnya dengan serius. Setelah beberapa detik, senyum di wajah Mas Yogas menghilang.

Mas Yogas balas menatap Ito. Lalu ia membuat gestur mempersilahkan untuk melanjutkan kepada Ito dengan tangan kanannya.

MAS YOGAS

Oke, lanjutin.

Ito kemudian menjelaskan kepada Mas Yogas.

ITO (V.O)

Lalu gue jelasin semuanya ke Mas Yogas. Dari awal banget pas pertama kali gue nemuin aplikasi second chance, momen-momen gue ngelompatin waktu, sampai sekarang gue bisa duduk di depan dia.

Jam dinding di sana sudah menunjukkan pukul 20:05. Kopi panas di depan Mas Yogas sudah hampir habis, sedangkan coklat panas di depan Ito masih banyak.

MAS YOGAS

Pertama, gue harus ngasih peringatan dulu kalau gue bukan orang yang paling ahli masalah perjalanan waktu.

(beat)

Dan kedua, dari cerita lo, gue cuma kepikiran satu solusi yang kemungkinan berhasilnya paling efektif. Tapi kayaknya lo gabakal suka cara ini.

ITO

Gue gak peduli, Mas. Apapun bakal gue lakuin.
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar