Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
EXT. JALAN RAYA - NIGHT
Ito mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Wajahnya seperti orang yang menahan tangis. Ia menggigit bibir, bernapas dengan engal dan hampir sesenggukan, dengan mata berkaca-kaca.
ITO
Di depan, lampu lalu lintas berubah menjadi merah. Ito mengerem mendadak, namun ia berhasil berhenti di belakang garis.
EXT. LAMPU MERAH - NIGHT
Ito berhenti paling depan. Tangannya yang gemetar melepas setang kemudi. Ia memandangi tangannya yang bergetar hebat, lalu mengepalnya, dan memukul kaca speedometer dengan kencang.
Kepala Ito perlahan menunduk, punggungnya membungkuk. Kepalanya semakin turun, tenggelam dalam kedua lengannya yang terlipat di atas speedometer. Terdengar suara sesenggukan, banyak senggukan. Yang setelah beberapa lama dilanjutkan dengan teriakan tangisan Ito, yang bercampur dengan sumpah serapah.
ITO
(seseunggukan)
(berteriak)
Ito mengangkat kepalanya, melihat ke arah lampu, masih merah.
ITO (V.O.)
Dari arah lain ada seorang pengendara motor yang tidak pakai helm, mengebut dengan motor modif yang suara knalpotnya memekakkan telinga.
ITO (V.O.)
ITO
INT. RUMAH SAKIT - DAY
DOKTER mendatangi AYAH LATSA dan IBU LATSA. Sang dokter membuka maskernya, membuat wajah menyesalnya terlihat. Tidak ada senyum di sana. Dokter itu menepuk pundak Ayah dan Ibu Latsa secara bergantian.
DOKTER
Ibu Latsa meneriakkan tangisnya. Tubuhnya terhuyung jatuh, namun lekas ditangkap oleh pelukan suaminya. Sambil menangis, pasangan suami istri itu saling memeluk erat untuk menguatkan.
Di balik tembok, ada Ito yang menguping pembicaraan itu. Dirinya hanya mematung tanpa ekspresi.
INT. RUMAH SAKIT - RUANG OPERASI - DAY
Latsa terbaring, tubuhnya penuh perban, tangan dan kakinya penuh luka. Mulutnya tertutup oleh sebuah alat penutup yang tersambung ke selang. Dan wajahnya hampir tidak berbentuk.
Di sana ada ibunya yang memeluknya erat, dengan tangis yang menjadi-jadi.
IBU LATSA
(berteriak dan menangis)
Ayah Latsa berdiri di belakang wanita itu, yang bisa ia lakukan hanya mengelus punggung istrinya dan berusaha menenangkan. Meski tangannya yang lain beberapa kali menekan dahinya sendiri, menyembunyikan matanya yang memerah dan berkaca-kaca.
AYAH LATSA
Dari sudut tempat tidur lain, ada Vivi yang juga terus berusaha menghapus air mata dari pipinya yang tak kunjung berhenti menetes.
VIVI
Latsa yang terbaring tidak bisa mengatakan apapun. Yang terdengar hanya suara napasnya. Mata Latsa menatap nanar. Bola matanya bergerak melihat satu-persatu orang di situ. Setelah cukup lama, ia berkedip. Latsa mengarahkan pandangannya kepada Ito.
Ito sendiri sedang memunggunginya dan meyandarkan dahinya pada lengan tangan yang menempel di tembok.
ITO (V.O.)
ITO
(berbisik)
ITO (CONT’D)
(lebih keras)
Ito menghantamkkan kepalan tangannya ke tembok.
ITO (CONT’D)
(berteriak)
Ito membalikkan badan dan menunjuk Latsa.
ITO (CONT’D)
INT. KAMAR ITO / INT. KAMAR IMEL - SPLIT SCREEN - NIGHT
Ito sedang duduk di kursi / Imel sedang tiduran di kasur.
ITO
IMEL
(dengan suara manja)
ITO
IMEL
EXT. JALAN RAYA - AFTERNOON
Ito dan Latsa yang memakai celana training sedang lari di pinggir jalan. Latsa yang berlari di depan, dan Ito mengikuti di belakangnya. Ia menatap punggung Latsa dengan tajam.
ITO (V.O)
EXT. PINGGIR JALAN RAYA - AFTERNOON
Ito dan Latsa kini sedang hendak menyebrang. Mereka berhenti di pinggir jalan dan menolah-noleh menunggu jalan sepi.
Terlihat dari jauh truk yang berjalan sangat cepat akan melewati jalan itu.
IBU-IBU KORBAN COPET (O.S)
Setelah terdengar suara itu. Tidak jauh dari tempat Ito dan Latsa berdiri, ada seorang bapak-bapak PENCOPET yang berlari menerobos orang-orang. Ketika melewati belakang Ito dan Latsa, pencopet itu mendorong tubuh Latsa hingga terpelanting masuk ke jalan aspal.
Dan di saat yang sama, truk yang super cepat tadi sudah datang dan menghempaskan badan Latsa seperti kertas. Terdengar jeritan orang-orang yang histeris melihat kejadian itu.
Ito sendiri memandangi adegan itu dengan badan membeku, mulut ternganga dan tak bisa berkata apapun.
EXT. PINGGIR JALAN RAYA - AFTERNOON
Ito dan Latsa sedang berdiri di pinggir jalan, mau menyebrang. Ketika terlihat dari kejauhan ada truk besar yang datang dengan cepat. Ito menarik tangan Latsa menjauhi jalanan.
Tangan Ito agak gemetar dan berkeringat.
LATSA
IBU-IBU KORBAN COPET (O.S)
(berteriak)
Latsa menoleh mencari sumber suara itu. Truk pun lewat, kali ini tidak terjadi kecelakaan.
Latsa berlari ke arah copet dan meninggalkan Ito.
ITO
Akhirnya Latsa berhasil mencengkram tangan si pencopet.
LATSA
PENCOPET
LATSA
Para laki-laki di sana sudah mulai berkumpul dan mendekati Latsa dan si copet.
Ada seorang laki-laki yang muncul di belakang Latsa. Ia seperti mau memeluk Latsa dari belakang. Yang ternyata orang ini malah menusukkan pisau ke dada kiri Latsa.
Si copet kemudian menarik paksa tangannya sampai lepas. Ia lalu menyabetkan tas yang dicurinya ke wajah Latsa. Sedangkan TEMAN PENCOPET yang telah menusuk dada Latsa mencabut pisau itu, menusukkannya lagi ke perut. Baru kemudian mereka berdua melarikan diri.
Lagi-lagi Ito hanya bisa mematung melihat tubuh sahabatnya yang tersungkur di tanah dengan penuh darah.
ITO (V.O)
INT. KAMAR ITO - NIGHT
Ito tiduran di tempat tidur, menatap langit-langit. Di tangan kanannya yang terlentang ia memegang hape.
IBU (O.S.)
Ito tidak menjawab. Terdengar suara pintu kamarnya mau dibuka dari luar, tapi tidak bisa.
IBU (O.S.) (CONT’D)
Ito sempat melirik ke arah pintu. Tapi badannya tidak beranjak. Ia tetap hanya tiduran, diam, dan kembali menatap langit kamar.
BAPAK (O.S.)
Ito mengangkat hapenya ke depan wajahnya masih dengan posisi tiduran. Ia scroll terus beranda instagramnya.
ITO (V.O.)
Jarinya berhenti ketika muncul gambar seorang ksatria yang berhadapan dengan tiga monster yang terbentuk dari alam. Yakni yang pertama adalah monster yang terbuat dari tanah, batu serta pepohonan yang berdiri membentuk golem. Yang kedua ada awan yang menyerupai burung, dan yang terakhir letusan lava gunung berapi yang menjelma menjadi naga.
ITO (V.O)
EXT. TERAS - AFTERNOON
Cuaca sedang hujan deras. Ito duduk di kursi teras sambil memandangi hujan dengan tatapan kosong.
Ibunya keluar dari rumah dan mendatanginya.
IBU
Pandangan Ito masih ke arah hujan, sama sekali tidak menoleh ke Ibunya.
ITO
IBU
Setelah ibunya kembali masuk, Ito tetap duduk termangu di sana. Dalam waktu yang cukup lama. Tidak bergerak, tidak bersuara. Hanya mengamati kucuran hujan yang berjatuhan.
INT. COFFESHOP - NIGHT
Di Coffeshop yang sepi, dengan pencahayaan remang. Di suatu tempat di dinding kafe itu ada jam yang menunjukkan pukul 19:10.
Ito dan Mas Yogas sedang duduk berhadapan di salah satu meja di sana. Di depan mereka sudah ada coklat panas yang masih utuh, dan kopi panas yang baru berkurang sedikit.
ITO
MAS YOGAS
Mas Yogas menyeruput kopinya.
MAS YOGAS
Ito menggeleng.
ITO
Mas Yogas mengangguk.
MAS YOGAS
Ito menatap Mas Yogas serius.
ITO
Mas Yogas tersenyum dan menoleh ke samping secara reflek. Dari reaksinya kita tahu kalau dia menganggap ito sedang bercanda.
MAS YOGAS
(tergelak)
Namun Ito masih tetap bergeming dan menatapnya dengan serius. Setelah beberapa detik, senyum di wajah Mas Yogas menghilang.
Mas Yogas balas menatap Ito. Lalu ia membuat gestur mempersilahkan untuk melanjutkan kepada Ito dengan tangan kanannya.
MAS YOGAS
Ito kemudian menjelaskan kepada Mas Yogas.
ITO (V.O)
Jam dinding di sana sudah menunjukkan pukul 20:05. Kopi panas di depan Mas Yogas sudah hampir habis, sedangkan coklat panas di depan Ito masih banyak.
MAS YOGAS
(beat)
ITO