Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Ruang Rahasia Ibu
Suka
Favorit
Bagikan
1. Main Title - 3

1--- MAIN TITLE.

Papan tulis bertuliskan Ruang Rahasia Ibu Lalu dihapus oleh seorang siswa (Alex). Tulisan itu memudar tanpa perlu seiring gerakan tangan Alex sebagai pesan kalau Ruang Rahasia Ibu itu hanya untuk penonton. Lalu frame bergeser sedikit memberi ruang kosong pada papan tulis yang sudah dihapus Alex dan muncul tulisan haiku ….


TEXT FADE IN
Ibu melambai
Terbang sembilan murai
Yang tak kembali
TEXT FADE OUT

 

2--- INT. Ruang kelas. Siang, sepulang sekolah.

Tugas piket, Alex menghapus papan tulis. Tampak samping Alex yang sedang menghapus dan kemudian melirik ke belakang.

Frame berpindah melewati bahu Alex yang memperlihatkan di salah satu meja kelas, seorang siswi (Erin) sedang membereskan tas. Sebagai pengantar untuk adegan berikutnya, tampak di belakang Erin seorang siswa sedang menyapu lantai kelas. Erin beranjak pulang, tiap langkahnya diperhatikan oleh Alex.

Ketika Erin hampir sampai pintu, Alex memanggil.


Alex
“Eh, Erin.”


Erin berhenti dan berpaling ke Alex


Alex
“Kalau kamu perlu bantuan, atau ada masalah, kamu bisa cerita sama aku. Mungkin aku bisa bantu. Atau setidaknya ada yang mau mendengarkan biasanya bisa membuat kamu merasa lega.”
Erin
(Agak terkejut sekaligus heran dan bingung untuk merespon tapi pada akhirnya tersenyum.)
“Thanks.”


Erin pergi dan Alex kembali ke papan tulis. Tapi urung karena Erin memanggil Alex


Erin
“Eh, Al?”


Frame melebar dan memperlihatkan Erin yang kembali menghampiri Alex sambil mengambil spidol dan mulai menulis di papan tulis.


Erin
“Kamu suka puzzle, kan? Coba lihat ini.”

 

TEXT
(Tulisan Erin di papan tulis)
CMXMMIXMX

 

Erin
“Menurut kamu ini apa?”


Close Up wajah Alex yang berpikir dan menatap tulisan di papan tulis.


Alex
“Password?”
Erin
“Persis! Bagaimana kamu bisa tahu?”
Alex
“Cuma nebak. Password apa?”


Erin terdiam, tidak menjawab, hanya berpaling dan menatap dalam-dalam tulisannya di papan tulis.


Alex
“Tapi, ini sepertinya angka Romawi.”


Erin berpaling lagi ke Alex, tertarik.


Erin
 “Angka Romawi?”
Alex
“Ya. C untuk seratus, M untuk seribu.”
Erin
“Tapi, Al, bagaimana kalau keypadnya nggak ada angka nol-nya?”
Alex
“Nggak ada nol gimana?”
Erin
“Ya, nggak ada angka nol. Tombol keypadnya cuma satu sampai sembilan.”
Alex
“Hm, itu aneh.”


Tampak belakang mereka berdua, yang berdiri mengapit tulisan CMXMMIXMX di papa tulis. Sejenak mereka terdiam.

BEAT.

Kembali ke tampak depan mereka berdua.


Alex
“Bilangan biner, mungkin?”
Erin
(mengerenyit heran)
“Bilangan biner?”
Alex
“Ya, soalnya kalau diubah jadi angka, yang ada cuma rangkaian nol dan satu. Tapi kalau keypadnya nggak ada nol-nya, jadi kemungkinan rangkaian bilangan binernya mesti diubah lagi jadi angka desimal yang nggak ada nol-nya.”
Erin
“Hm, menarik …. Thanks, Al, bye”


Erin berpaling dan setengah berlari menuju pintu.


Alex
“Hey, itu password apa?”


Frame berganti, tampak depan Alex yang dead-pan menatap pintu. Tidak mendapat jawaban.


VO
That’s weird.


Frame berganti. Tampak teman sekelas yang tadi menyapu lantai telah berada di samping Alex, juga menatap pintu yang telah dilewati Erin.


Alex
“Apanya? Apanya yang aneh?”
Teman Alex
“Sejak ibunya meninggal, aku belum pernah melihat dia bicara lagi.”
Alex
(Alex mendengus)
“Kita lihat dia bicara tadi di pelajaran Bahasa Inggris waktu ditanya sama Pak Anwar.”
Teman Alex
(Mengerenyit)
Are you dense? Maksudku nggak kayak barusan. Sama teman-temannya pun dia tidak lagi akrab. By the way, that was smooth cara kamu bicara sama dia. Apa itu cara PeDeKaTe kamu?”
Alex
Shut up!


Alex berpaling ke papan tulis dan menghapus tulisan Erin tadi.

CUT TO

 

3---EXT/INT. Koridor sekolah. Siang. Pulang sekolah.

Sekolah mulai sepi. Alex pulang, lewat Ruang Guru, dan di sana ada TV, juga dua orang guru yang menonton berita ripple effect sebuah kecelakaan pesawat yang jatuh sebulan silam. Membahas pengaruh psikologis keluarga korban yang hilang yang mendapatkan kompensasi dari pihak Airliner. Alex terdiam di depan pintu Ruang Guru, melihat berita itu.

CLOSE UP. Wajah Alex yang melihat berita itu agak lama dan mendengarkan.


VO (percakapan TV)
“Selanjutnya kita telah terhubung dengan seorang pakar pskologi, Doktor Herman Yoichiro. Selamat siang, Pak Herman. Bagaimana ini, Pak? Seperti baru saja kita saksikan, seorang ibu yang histeris menolak kompensasi dari pihak Airliner atas kematian putranya, dan saya sendiri bisa mengerti perasaan ibu tersebut—kita juga bisa mengerti kalau nyawa tidak bisa digantikan dengan uang, bukan begitu?”
VO (percakapan TV)
“Ya, ya. Sebelum itu kita harus mengerti dahulu kalau kompensasi bukanlah ganti rugi. Benar, kita tidak bisa menyamakan nyawa dengan uang, akan tetapi, to be fair, kita juga harus mempertimbangkan niat baik Airliner tersebut. Walapun demikian, niat baik tersebut tidak akan menghentikan penyidikan atau bahkan proses hukum ke depan, jikapun sampai ada. Tentunya, pada dasarnya, apapun bentuknya, tidak ada yang menginginkan kecelakaan ….”


Alex berpaling dan pergi. Membiarkan kalimat, “Tidak ada yang menginginkan kecelakaan ….” Terngiang-ngiang di benak Alex.

Frame bergerak mengikuti kepergian Alex, tapi tidak secepat Alex, dan dalam frame yang ditinggalkan Alex itu muncul kalimat “Tidak ada yang menginginkan kecelakaan ….”

TEXT FADE IN
Tidak ada yang menginginkan kecelakaan ….
TEXT FADE OUT

 

DISSOLVE TO

 


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Mampir ke script juara. Keren 👍🏆🏅
1 tahun 7 bulan lalu
Saya sedang Mencicipi skrip yang waktu dipromosiin penulisnya langsung like 175 like perhari.
1 tahun 11 bulan lalu
Oke, kita lanjut.
1 tahun 11 bulan lalu