Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
18--- Ruang kerja ibunya Erin. Sore hari.
Frame terfokus ke Erin yang menghampiri meja kerja yang berantakan. Di atas meja itu, selain perkakas dan serpihan sampah kayu, terdapat kotak kayu berhias ukiran indah. Kotak itu pasti buatan tangan ibunya Erin. Erin ambil kotak itu, memeriksanya dan mendadak dia membanting kotak itu—tidak keras tapi cukup mengejutkan.
Alex dan Adrian terperanjat dan saling menatap heran sebelum menghampiri Erin.
Alex mengambil kotak kayu itu.
Kotak itu tidak besar, dimensinya persis kotak perhiasan atau semacamnya, di bagian tutupnya terdapat ukiran tulisan berbunyi, "Erin and Me….”, juga engsel di salah satu sisi kotak yang menjadi titik tumpu saat kotak itu terbuka. Terbuka kalau saja kita tahu tiga angka yang menjadi kunci kotak itu. Kunci itu terletak di sisi yang berseberangan dengan engsel. Kunci kombinasi itu berupa tiga silinder berangka yang bisa digeser.
Alex memutar kunci kombinasi itu dan—
Erin tertegun. Tak percaya kalau Alex bisa dengan mudah membuka kotak kayu itu.
Alex serahkan kotak itu ke Erin.
Erin dan Adrian menatap Alex, seolah tidak bisa mempercayainya.
BEAT
Erin menerima kotak itu dan membukanya. Kembali Erin tertegun.
Erin tunjukkan isi kotak itu yang kosong melompong kecuali kaca cermin di balik tutup kotak itu. Kotak itu mengelurkan denting suara musik lembut.
Alex dan Adrian melihat ke dalam kotak itu.
Adrian dan Erin kembali menatap Alex, menuntut penjelasan.
BEAT.
Erin terdiam, juga Adrian. Terdiam cukup lama seolah mereka bertiga terhipnotis oleh musik dari kotak kayu itu.
BEAT
Erin mengambil alih dan menunjukan buku catatan Alex.
Sementara Erin menjelaskan ke ayahnya, frame bergeser, terfokus ke Alex yang melangkah agak menjauh dari Erin dan ayahnya, sambil memperhatikan seluruh ruangan.
MONTAGE
Alex yang memperhatikan lukisan yang menutupi hampir tiap sisi ruangan. Frame bergerak menunjukkan lukisan-lukisan karya ibunya Erin.
Alex juga memperhatikan beberapa piala yang tidak tertata di lemari kaca, seolah ibunya Erin tidak terlalu peduli dengan piala-piala itu—Frame memperlihatkan lemari kaca yang penuh piala atau piagam yang berantakan.
Komputer desktop lengkap dengan drawing tablet, scanner, printer di sudut ruangan. Juga tempat sampah yang penuh kertas-kertas.
Juga piano upright dan biola dalam case-nya. Keduanya lumayan berdebu. Sudah lama sekali tidak dimainkan.
Lalu Alex mengerenyit heran karena merasakan hal yang aneh dari ruangan ini. Mungkin, Alex menyadari sesuatu yang janggal. Sesaat Alex merasakan kesunyian (Suara Erin meredup seiring Alex mengerenyitkan kening) Sebenarnya Alex menyadari kejanggalan kalau di ruangan itu tidak ada pajangan foto ibunya, atau semacamnya.
Suara Erin kembali dan kening Alex pun kembali normal, tidak mengerenyit lagi. Ia kembali menghampiri Adrian dan Erin, menyadari Erin hampir selesai menjelaskan terpecahkannya password itu.
Erin tertegun, terpana, memberi kesan membenarkan perkataan Alex.
Adrian menepuk dada seolah bangga telah meminta bantuan Alex yang disambut dengus tawa Erin. Namun tidak lama karena Erin merunduk sejenak. Mengubah stance kesal menjadi tenang dan bersahabat. Erin tersenyum meski terkesan sedih.
Adrian menepuk pundak Alex.
Tiba-tiba ponsel Alex berbunyi. Alex mengangkatnya.
Alex berjalan agak menjauh dari Erin dan ayahnya.
Sambil mendengarkan ayahnya di telepon, Alex melirik Erin dan ayahnya.
Adrian sempat memperhatikan Alex.
Telepon ditutup. Alex berpaling ke Erin dan ayahnya sambil menyimpan ponselnya di saku.
Alex cemberut, Erin tertawa.
DISSOLVE TO