Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Rencana Penyelamatan Juni
Suka
Favorit
Bagikan
10. 10
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

INT. PODIUM — CONTINUES

JUNI

(tertawa)
Maaf... Maaf atas... Gangguannya. Itu... Itu... Adalah yel-yel. Untuk saya...

EXT. LORONG — LANJUTAN

IBU JUNI berjalan terburu-buru. Melihat arlojinya. Dia terlambat.

INT. R. PERTEMUAN SEKOLAH — CONTINUES

Semua orang masih heran terdiam. Lalu tiba-tiba Juni berbicara.

JUNI

Seb... Sebenarnya... Sebenarnya aku tidak bisa berpidato. Lebih tepatnya aku demam panggung... Bahkan untuk berdiri di atas sini saja sudah membuatku kedinginan... Tapi mereka semua yang disana,(menujuk ke Tia dkk)selalu berusaha membantuku agar aku bisa maju kesini... Dan mereka benar-benar melakukan jargon itu... Kalian, sungguh memalukan.

BOBBY

(dari kursi penonton, tersinggung)
Kami lakuin itu demi kamu tahu! Mana rasa terima kasih kamu?

ANI

Juni! Kamu gak keren.

JUNI

Tia, maaf... Aku rasa aku gagal membaca pidatonya. Maaf Pak Iswara. Saya mempermalukan sekolah lagi. Saya meninggalkan sejarah yang buruk disini.

EXT. UJUNG LORONG — CONTINUES

Ibu Juni sudah sampai di pintu R.Pertemuan. Dia heran melihat semua orang terdiam memperhatikan ke depan. Ibu Juni pun melihat ke depan. Melihat anaknya yang sedang berpidato.

INT. RUANG PERTEMUAN — CONTINUES

JUNI 

Tapi aku tidak peduli lagi. Aku menyerah. Apa itu SMA? Aku selalu ingin cepat pergi dari sini. Membosankan. Aku hanya harus berusaha untuk lulus. Dengan itu aku bisa cepat pergi dari sini. Melupakan SMA.

Semua orang di dalam gedung memperhatikan Juni dengan serius.

JUNI

Ini memang ide gila. Berusaha untuk berdiri disini. Dan akhirnya gagal. Kegagalan total...

Tia dkk memperhatikan Juni dengan seksama.

JUNI (CON'T)

Tapi aku rasa aku akan mengingat momen ini. Aku akan mengingat yel-yel tadi... Tidak menyangka. Seseorang seperti aku bisa diberikan aksi penyemangat seperti itu. Aku tidak pernah menjadi teman yang baik. Aku tidak pernah menyangka aku akan mendapatkan teman. apalagi yang mau mempermalukan diri mereka untuk diriku ini. Momen ini aku rasa akan selalu aku ingat.

Seorang siswa dibelakang tepuk tangan. Siswa lain ikut tepuk tangan. Akhirnya semua orang bertepuk tangan. Siswa-siswa saling berpeluan dengan siswa lain. Mereka terharu dengan kata-kata Juni. Ini adalah pelukan perpisahan.

Kepala sekolah agak kecewa dengan reaksi penonton. Namun dia ikut bertepuk tangan.

Satu persatu kita melihat Bobby, Budi, Tia dan Ani bertepuk tangan bahagia. Terakhir kita melihat ibu Juni yang bertepuk tangan dengan mata berkaca-kaca. Ibu Juni yang dari tadi cemas sekarang kelihatan sangat lega.

EXT. LORONG — DAY

Juni dan ibunya sedang berjalan di lorong yang ramai dengan siswa-siswa dan orang tua. Juni membawa piala Cipta Citanya.

IBU

Selamat atas prestasimu, pialanya besar sekali. Pidato Juni juga tadi bagus.

IBU

Oh, ibu sempat mendengarnya?

IBU

Tentu saja. Ibu datang tepat ketika kamu berpidato. Ibu tentu tidak akan melewatkan pidato anak ibu.

JUNI

Ya... Juni sudah berusaha melatih pidato Juni. Tapi ternyata tidak berhasil.

IBU

Selamat atas prestasimu, pialanya besar sekali. Pidato Juni juga tadi bagus.

IBU

Oh, ibu sempat mendengarnya?

IBU

Tentu saja. Ibu datang tepat ketika kamu berpidato. Ibu tentu tidak akan melewatkan pidato anak ibu.

JUNI

Ya... Juni sudah berusaha melatih pidato Juni. Tapi ternyata tidak berhasil.

Juni tidak mengerti apa yang dibicarakan ibunya.

Dari arah berlawanan muncul Tia bersama orang tuanya.

IBU

Tia, selamat atas kelulusannya.

TIA

Terima kasih tante.

PAK AYAT

Ibu Juni, apa kabar?

IBU

Baik pak. Terima kasih sudah merawat Juni selama ini.

PAK AYAT

Ya buk. Sama-sama. Itu sudah menjadi tugas saya.

Juni dan Tia melihat Budi, Bobby dan Ani sedang berbicara di ujung lorong dengan ibu Dena.

PAK AYAT

Perkenalkan, ini istri saya...

TIA

Pa, ma. Kami kesana dulu ya. Mau menyapa teman.

Pak Ayat mengangguk.

JUNI 

Bu, aku kesana dulu ya.

IBU

Ya, oke.

Juni dan Tia meninggalkan orang tua mereka yang sedang mengobrol.

EXT. UJUNG LORONG — CONTINUES

Budi, Bobby dan Ani sedang mengobrol dengan ibu Dena.

IBU DENA

Wah... Ibu tidak menyangka kalian bisa memperbaiki semua piala itu.

BOBBY

Kami mengerjakannya bersama-sama buk.

ANI

Ya. Jika tidak bersama-sama pasti tidak akan berhasil.

IBU DENA

Kerja yang bagus... Selamat kalian telah berhasil memperbaikinya... Oh ya... Dan selamat juga atas kelulusan kalian.

BUDI

Terima kasih buk. Ini juga berkat bantuan ibuk yang mau mengizinkan kami memperbaiki piala ini.

IBU DENA

Berterima kasihlah sama teman-teman kamu Bud. Kamu beruntung mempunyai teman yang baik dan... Nekat.

BUDI

Iya buk, saya sangat beruntung.

Ibu Dena melihat pak Hatta sedang melihat piala-piala.

IBU DENA

Oke, sekarang nikmatilah masa kelulusan kalian, pergi sana bersenang-senang.

Ibu Dena pamit. Dia menuju ke tempat pak Hatta.

BOBBY

Aku pikir Juni akan gagal membaca pidato tadi.

ANI

Ya. Jantungku sudah mau copot tadi.

BUDI

Juni tentu saja pasti berhasil.

Tia menepuk pundak Ani dari belakang untuk mengagetkannya.

TIA

Hey! Kalian lagi ngebicarain apa? Tentang Juni ya?

BUDI

Iya... Juni pidato kamu bagus sekali.

BOBBY

Aku pikir kamu bakal gagal sobat. Maaf, jangan tersinggung.

ANI

Kamu berhasil mengalahkan demam panggungmu. Selamat!

JUNI

Terima kasih teman-teman. Jujur, aku tidak menyangka aku bisa mengucapkan kata-kata seperti itu. Ini berkat yel-yel kalian.

BUDI

Tuh kan. Yel-yelnya bagus. Aku bilang juga apa. Kalian pasti akan melakukannya.

JUNI

Sebenarnya aku tidak bisa terlalu melihatnya dengan jelas. Kacamataku retak. Yang aku lihat hanya bayangan orang menari dengan aneh saja.

BOBBY

(tersinggung)

Kami melakukannya demi kamu.

JUNI 

Aku tahu. Terima kasih banyak.

TIA

Tapi kamu hampir gagal Jun. Apa yang terjadi?

ANI

Sampai kami terpaksa melakukan itu. Kenapa Jun?

JUNI

Aku juga tidak tahu. Awalnya aku bisa menguasai diri...

Juni melihat Pak Iswara yang sedang berjalan ke arah piala-piala. Pak Iswara sedang mengobrol dengan beberapa guru, orang tua dan siswa yang kelihatan seperti pemujanya.

JUNI(CON'T)

(pandangan masih tertuju ke Pak Iswara)
Mungkin karena aku takut gagal lagi

Juni lalu berjalan ke tempat Pak Iswara. Teman-temannya memperhatikannya.

EXT. LORONG PIALA — CONTINUES

Juni menghadap ke Pak Iswara.

PAK ISWARA

Juni, selamat kamu berhasil membaca pidatonya. Walaupun hampir gagal.

JUNI

Ya. Terima kasih pak. Tadi tidak berjalan lancar karena saya takut gagal. Takut mengecewakan semua orang

PAK ISWARA

Itu adalah akibat dari 'Kejadian' itu. Manusia dikenal dari apa yang telah dilakukannya. Sekali berhasil... Maka dia akan selalu dianggap akan berhasil. Namun, sekali melakukan kegagalan. Selamanya akan di cap gagal. Itu yang membuat kamu gugup Juni. Kegagalan

JUNI

Mungkin pak. Tapi, saya rasa saya sekarang tidak peduli lagi dengan cap seperti itu. Kita tidak hidup dengan cap atau label atau status. Kita hidup dengan keyakinan, kepercayaan dan tekat yang kuat. Saya pelajari itu dengan susah payah...

Juni memandang ke teman-temannya yang sudah menyusulnya.

Orang-orang yang mendengarkan terkesima dengan ucapan Juni. Pak Iswara terdiam tidak bisa berkata-kata. Mukanya merah menahan marah.

JUNI(CON'T)

Saya ingin mengembalikan piala ini pak.

PAK ISWARA

Apa?

JUNI

Piala ini. Saya tidak membutuhkannya. Saya menemukan hal yang lebih penting dari piala ini.

Juni melirik teman-temannya. Lalu Juni hendak menaruh piala itu ke Rak.

BUDI

(tersadar)
Juni, jangan ditaruh di...

Terlambat, Juni sudah menaruh piala itu disana. Piala Juni yang besar membuat rak menjadi tidak seimbang. Dalam sekejap seluruh rak roboh. Membuat semua piala-piala hancur berantakan.

BUDI (CON'T)

Situ

BOBBY

Wow... Karena nila setitik rusak susu sebelanga.

TIA

Semua pialanya hancur

PAK ISWARA

(marah)
Juni! Apa yang kamu lakukan! Piala-piala ku!

Pak Iswara tidak rela semua pialanya hancur.

Semua orang kaget melihat kejadian tersebut. Bu Dena dan Pak Hatta mendekat ke tempat kejadian.

PAK ISWARA

Kamu harus dihukum.

ANI

Tapi kami sudah lulus.

PAK ISWARA

Kamu sengaja kan? Kalian sengaja melakukan hal ini! Kalian harus dihukum! Kalian tidak bisa lari!

IBU DENA

Pak... Lihat, rak ini sudah lapuk. Makanya roboh. Juni tidak sengaja pak.

PAK ISWARA

Tidak, mereka pasti sengaja! Dasar anak-anak nakal

Semua orang kaget melihat Pak Iswara berbicara kasar.

IBU DENA

Pak, tenangkan diri anda. Ini adalah kecelakaan yang bisa terjadi kapan saja. Bukan salah siswa.(berbisik) Semua orang memperhatikan anda.

Pak Iswara yang tidak bisa berkata apa-apa lagi karena diperhatikan orang akhirnya menenangkan dirinya.

PAK ISWARA

Asisten! Panggil Pak Dang. Segera bereskan piala-piala ini.

ASISTEN

Baik pak.

Pak Iswara memandang Juni dkk dengan tajam penuh kebencian. Kemudian dia berjalan pergi menjauh dengan kekecewaan. Dia melihat semua piala-piala yang rusak dengan kesedihan.

Orang-orang yang berkumpul menonton akhirnya bubar sambil berbisik-bisik.

ANI

(tertawa)
Akhirnya piala-piala ini hancur juga. Kita tidak pernah tahu rencana tuhan.

BOBBY

(tersenyum)
Selamat tinggal piala-piala.

BUDI

Usaha kita untuk memperbaikinya jadi sia-sia.

TIA

Mungkin ini yang terbaik. Juni? Kamu tidak apa-apa?

JUNI

Sedikit kaget. Aku telah menghancurkan seluruh piala ini.

ANI

Ayo kita pergi. Sudah cukup atraksi untuk hari ini.

Mereka berempat pergi meninggalkan piala-piala tersebut. Ani masih terus tertawa, diikuti oleh Bobby yang terus tersenyum.

Juni melihat Delia dan teman-temannya sedang melihat tumpukan piala-piala juga seperti seluruh penghuni sekolah lainnya. Tia melihat Juni memperhatikan Delia.

TIA

(Ke Juni)
Kamu tidak akan melakukan apa-apa?

JUNI 

(kaget, ketahuan)
Untuk apa? Aku sudah membuat malu diriku hari ini. Jangan menambah malu lagi. Lagipula kita semua sudah lulus. Tidak akan bertemu lagi.

BOBBY

Apa yang kamu katakan? Kamu sudah berusaha keras untuk menghilangkan Demam Panggung kamu demi dia.

ANI

Belum tentu Jun... Coba minta nomor HP-nya. 

Juni memandang Ani dengan ragu.

BUDI

Kamu tidak pernah tahu masa depan kan. Setidaknya kamu mencoba.

Juni kelihatan ragu. Namun akhirnya berusaha memberanikan diri. Dia mengambil napas dalam-dalam dan pergi menuju ke tempat Delia.

BUDI

Semangat Jun!

BOBBY

(ke Tia)
Tia, kamu mau nonton akhir minggu ini?

Tia kaget mendengar perkataan Bobby.

BOBBY

Aku mungkin bukan tipe yang kamu sukai. Tapi ayolah, setidaknya beri kesempatan cowok ini untuk mencoba.

Tia tertawa mendengar perkataan Bobby. Dia mengangguk sambil tersipu malu. Bobby pun senyum canggung tersipu malu

FOCUS TO JUNI AND DELIA

Delia masih terheran-heran melihat piala yang hancur berantakan. Dia tidak menyadari kehadiran Juni.

JUNI 

Umm... Delia.

DELIA

Ya... Juni?

JUNI 

Selamat ya atas kelulusannya.

DELIA

Oh ya... Sama-sama Jun. Pidato kamu tadi bagus loh.

JUNI

(tersipu malu)
Terima kasih... Hmmm... Aku... Aku... boleh minta nomor HP kamu gak?

DELIA

Tentu saja. 

Delia mengeluarkan HP-nya. Dia memberi HP-nya ke Juni agar Juni mencatat nomornya. Juni menyalin nomornya ke HP-nya.

DELIA

Hubungi aku ya kapan-kapan.

Juni bahagia mendengar perkataan Delia. Namun, tiba-tiba dari balik Delia muncul seorang anak cowok ganteng. Cowok itu seperti anak kuliahan dan ganteng seperti model. Dia mengagetkan Delia dari belakang.

DELIA

(senang)
Hey... Akhirnya kamu datang.

COWOK GANTENG

Selamat atas kelulusannya.

Cowok ganteng itu memberikan sebuah karangan bunga ke Delia.

DELIA

Oww.. Terima kasih.

Juni kaget melihat kejadian itu. Dia mengembalikan HP Delia antara sadar dan tidak sadar. Terlalu syok.

JUNI

Ini Delia.

DELIA

Sampai ketemu lagi ya Jun.

JUNI

(antara sadar dan tidak sadar)
Iya... Sampai ketemu lagi ya Delia pujaan hatiku.

DELIA

Hah? Apa?

JUNI

Delia kamu pasti akan menjadi pacar ku.

COWOK GANTENG

Apa? Hey! Kamu jangan macam-macam ya.

JUNI

Kita tidak akan pernah tahu masa depan.

COWOK GANTENG

Hey! Jangan kurang ajar!

JUNI

Ku tunggu putusmu dari cowok ini Delia.

Cowok ganteng sangat marah dan menonjok Juni.

Tia dan kawan-kawan tercengang dan segera berlari mendekati Juni.

TIA

Juni, kamu tidak apa-apa?

FOCUS TO JUNI

JUNI

Aduhh... Sakit...

TIA

Dimana? Wajahmu ya?

JUNI 

Bukan... Disini... (menunjuk ke hatinya)

Tia dkk langsung memasang ekspresi "capek deh".

EXT. LORONG KE GERBANG SEKOLAH — DAY

Juni dkk berjalan bersama-sama menuju gerbang.

Juni dkk kelihatan sangat bahagia.

JUNI (V.O)

SMA. Aku akui ternyata tidak terlalu buruk. Walaupun SMA itu membosankan...


Juni dkk kelihatan sangat bahagia.

JUNI (V.O)
Namun ada hal yang ternyata sangat berharga kudapatkan disini... Aku tahu, bukan Delia, dia sudah punya pacar... Yang kudapatkan... yaitu... teman-temanku.


Juni dkk berjalan bersama-sama disorot kamera dari belakang.

FADE OUT

THE END

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar