INT. GUDANG — CONTINUES
Di dalam gudang terdapat banyak meja dan kursi bekas. Namun hal yang langsung menarik pandangan adalah rak-rak tua besar raksasa yang berisikan piala-piala.
Ruangan penuh dengan ribuan piala yang kelihatan tak ada habisnya.
BOBBY
Wow... Sobat ku semua. Aku persembahkan... Berdiri dengan tegapnya. Berjejer dengan kinclong dan rapi... Simbol kebesaran sekolah kita.
TIA
Ya tuhan. Ada berapa piala disini? Puluhan? Ratusan? Ribuan?
ANI
Perhatikan dengan seksama. Inilah dia... Siswa-siswa yang lulus seleksi untuk diingat adalah siswa yang pernah memberikan piala ini.
BUDI
Jadi aku hanya akan diingat sebagai pemenang lomba pramuka.
ANI
Ya. Setidaknya kamu pernah mendapat piala.
BUDI
Itu adalah kemenangan kelompok. Namaku bahkan tidak dituliskan di piala tersebut.
Budi mengambil satu piala kecil. Dan memperlihatkannya.
BOBBY
Yah sama. Aku juga.
Bobby menunjukkan satu piala yang agak lebih besar dari punya Budi.
JUNI
(tertawa)
Sudahlah. Ingat, harus percaya pada diri sendiri. Tanpa piala ini kita tidak akan mati kan.
ANI
Gampang buat kamu ngomong seperti itu. Piala kamu banyak disini.
Ani menunjuk beberapa piala besar dengan bertuliskan nama JUNI MANDALA. Piala dari berbagai lomba matematika. Piala itu berkilau terang karena terkena cahaya matahari yang masuk.
BOBBY
Wow... Aku tidak sanggup melihatnya. Terlalu berkilau... Jangan dilihat Bud, jangan dilihat.
Bobby menutup wajah Budi dengan lengannya. Budi berusaha melepaskan dekapan Bobby.
JUNI
(malu-malu)
Iya ya... Piala ku banyak juga.
BUDI
(kecewa)
Yah. Piala-piala ini bukan segalanya.
Budi lalu meletakkan kembali piala pramuka ke rak. Tidak sengaja tangannya menyenggol penyangga rak tua itu. Rak itu langsung roboh satu per satu bersama dengan piala-piala yang ada di dalamnya.
ANI
(tertawa)
Ya ampun. Kerjaan yang bagus Bud!
TIA
Apa yang kamu lakukan?
BUDI
Aku tidak tahu.
JUNI
Celaka. Semua pialanya rusak.
BOBBY
Wow... Luar biasa.
INTO FRAME IBU DENA
Bu Dena muncul dari arah pintu gudang. Dia membawa tas dan beberapa tumpuk kertas. Dia hendak pulang.
IBU DENA
Ada apa ribut-ribut? Ya tuhan... Apa yang terjadi disini.
TIA
(kaget)
Bu Dena... Maaf buk, ini kecelakaan.
JUNI
Ya Buk. Budi tidak sengaja menyenggol rak piala itu.
TIA
Sudah aku bilang kita bisa kena masalah.
ANI
Nasi sudah menjadi bubur. Apa yang bisa kita lakukan ya tinggal memakannya.
IBU DENA
Pak Iswara bisa copot jantungnya melihat semua ini. Kalian dalam masalah besar.
TIA
Tapi ini semua tidak disengaja buk. Iya kan Bud?
BUDI
Entahlah.
TIA
Tuh kan buk... (tersadar) Apa?
BUDI
Aku tidak tahu. Aku ragu. Tanganku tidak sengaja atau sengaja. Tadi rasanya aku kesal sekali.
IBU DENA
Ibu harus melaporkan ini ke Pak Iswara.
BOBBY
Kamu bicara apa Bud? Budi tidak sengaja buk.
ANI
Dia lagi stres karena mau ujian. Tolong jangan laporkan dia.
BUDI
Maaf buk. Tolong jangan laporkan saya buk.
TIA
Ya buk. Kami mohon. Nanti Budi tidak diperbolehkan ujian. Bahkan dikeluarkan. Ibu tahu sendiri peraturan Pak Iswara.
IBU DENA
Tapi seseorang harus bertanggung jawab dengan kerusakan piala ini. Kalau tidak, Pak Dang bisa dipecat. Maaf Budi, ibu harus melaporkanmu.
BUDI
Saya mohon tolong jangan laporkan saya buk. Saya akan melakukan apa saja.
TIA
Ya. Kami akan mengganti seluruh kerusakan piala ini.
IBU DENA
Benarkah? Setidaknya ini akan menghabiskan... Jutaan atau belasan juta mungkin untuk memperbaiki kerusakan piala-piala ini.
TIA
Ya tidak apa-apa. Kami akan mengumpulkan uang bersama-sama.
ANI
Aku tidak yakin Tia.
TIA
Apa yang kamu katakan?
ANI
Aku tidak memiliki banyak uang. Ini kesalahan Budi. Ini bukan tanggung jawabku.
BOBBY
Ya Ani benar. Maaf, aku tidak punya uang sebanyak itu.
JUNI
Uang tabunganku juga sudah hampir habis. Untuk membayar Bobby dan Ani.
TIA
Teman-teman, kalian tega sekali. Kita harus membantu Budi bagaimanapun caranya.
BUDI
Sudahlah Tia... Ani benar. Ini kesalahanku. Aku tidak ingin merepotkan kalian semua.
TIA
Budi...
Tia terdiam. Tidak bisa melanjutkan ucapannya.
BUDI
Buk, saya hanya bisa pasrah...
IBU DENA
Maaf Budi... Besok ibuk akan melaporkan masalah ini. Sekarang sudah sore.
Ibu Dena hendak keluar namun dia kasihan melihat mereka semua tertunduk.
IBU DENA
Jika kalian memiliki rencana lain. Temui ibuk pagi-pagi... Sebelum ibuk menghadap Pak Iswara.
BUDI
Baiklah Buk. Terima kasih.
Ibu Dena keluar meninggalkan ruangan.
TIA
Apa yang harus kita lakukan?
BUDI
Sudahlah Tia.
ANI
Kamu bisa dikeluarkan Bud. Ini adalah piala-piala kebanggaan sekolah kita. Kebanggaan Pak Iswara.
BOBBY
Seandainya saja kita bisa memperbaikinya.
JUNI
Bobby kamu benar. Kita bisa memperbaikinya.
BUDI
Bagaimana caranya? Aku tidak mempunyai uang untuk membayar biaya perbaikan piala sebanyak ini.
JUNI
Kita bisa memperbaikinya. Kita perbaiki sendiri! Itu akan jauh lebih murah.
TIA
Juni benar! Kita perbaiki sendiri!
ANI
Kalian gila ya? Minggu depan kita ujian. Piala ini tidak akan bisa diperbaiki hanya sehari semalam kecuali dengan bantuan Jin!
BOBBY
Jangan sebut-sebut Jin. Aku jadi takut.
Bobby melihat-lihat sekitar ruangan. Takut jika ada sesuatu.
JUNI
Hanya itu caranya. US hanya di pagi hari.
BOBBY
Ya. Bagi kamu otak encer. Engga semua orang kayak kamu.
TIA
Kita bisa belajar disini sambil memperbaiki piala.
BUDI
Maafkan aku teman-teman... Itu pasti akan menyusahkan kalian. Lebih baik tidak usah saja.
ANI
Ya. Aku setuju dengan Budi. Itu akan sangat merepotkan. Maaf ya Bud. Tapi ini kesalahanmu sendiri. Kita semua tidak harus menanggung akibatnya.
Ani meninggalkan ruangan.
BOBBY
Maaf sobat. Tapi aku harus fokus ke US.
Bobby juga meninggalkan ruangan.
TIA
Ya. Pergi saja kalian. Kami tidak butuh kalian. Kalian pikir kalian siapa hah? Kami bisa melakukannya hanya bertiga saja. Pergi saja kalian. Kalian bukan siapa-siapa. Kalian bukan bagian dari kami dari awal.
Juni mengintip keluar.
JUNI
Mereka sudah pergi, mereka tidak bisa mendengar kata-katamu.
TIA
Ah.. Aku sudah teriak-teriak dengan percuma.
JUNI
Tenang Bud. Kami berdua akan membantumu.
TIA
Kami berdua tidak akan meninggalkanmu sendirian mengatasi masalah ini.
BUDI
Terima kasih teman-teman.
EXT. LORONG — DAY
Ibu Dena berjalan di lorong. Pada b.g banyak siswa yang sedang lalu lalang. Dia melihat jam tangannya. Waktu menunjukkan pukul 06.45. Dua orang siswa menyapa ibu Dena. Dia balik menyapa mereka.
Ibu Dena melihat kesana kemari seperti menunggu seseorang. Dia terus berjalan.
EXT. LORONG DEPAN R.KEPSEK — CONTINUES
Ibu Dena sampai di depan R.Kepsek. Dia merapihkan penampilannya. Dia hendak mengetuk pintu.
TIA (O.S)
Tunggu dulu buk.
JUNI, TIA DAN BUDI INTO FRAME
Juni dkk berdiri ngos-ngosan di belakang ibu Dena.
IBU DENA
Oh... Kalian muncul juga. Jadi bagaimana? Ibu hampir saja masuk.
Juni, Tia dan Budi saling bertatapan.
BUDI
Kami akan memperbaiki piala itu sendiri buk.
IBU DENA
Apa? Bagaimana kalian akan melakukannya?
Budi tertunduk mendengar perkataan ibu Dena.
TIA
Setiap hari kami akan memperbaiki piala itu buk.
IBU DENA
Kamu yakin? Minggu depan kalian semua akan menghadapi ujian nasional loh. Bagaimana kalian akan melakukannya? Itu tidak mungkin.
JUNI
Ujian hanya berlangsung 2 jam. Kami bisa memperbaiki piala-piala itu setelahnya.
IBU DENA
Ibu tahu kamu jenius. Tapi kamu terlalu nekat.
JUNI
Tidak ada yang tidak mungkin buk. Kerja sama dan gotong royong, itu jati diri bangsa kita bukan?
IBU DENA
Pintar sekali kamu membujuk ibuk dengan menggunakan pelajaran sejarah. Taktik yang bagus.
TIA
(merayu)
Tentu saja Buk. Kami mengerjakan tugas yang ibu berikan dengan sungguh-sungguh... Ibu sendiri yang memberi kami nilai A.
IBU DENA
Kamu sangat pandai berbicara Tia. Lakukanlah sesuai rencana kalian. Tapi kalau disaat acara perpisahan piala itu masih rusak. Ibu terpaksa harus melaporkan kalian.
Juni, Tia dan Budi merasa lega.
BUDI
Terima kasih banyak buk.
IBU DENA
Jangan berterima kasih dulu. Berdoa saja semoga rencana kalian berhasil.
Ibu Dena pergi meninggalkan mereka. Mereka pun bergegas pergi ke arah yang lain dengan semangat.
EXT. LORONG — DAY
Juni, Tia dan Budi berjalan terburu-buru sambil membawa beberapa kantong yang berisi perlengkapan untuk memperbaiki piala.
JUNI
Piala-piala biasanya dipindahkan seminggu sebelum acara perpisahan. Jadi kita mempunyai waktu kira-kira 2 minggu untuk memperbaikinya.
BUDI
Ini ide nekat. Tidak mungkin kita bisa memperbaikinya dalam 2 minggu saja. Hanya bertiga!
TIA
Kita pasti bisa!
JUNI
Iya, kamu jangan menyerah dulu Bud.
TIA
Yang penting kita berusaha semampu kita dulu.
Dari arah berlawanan datang Bobby bersama teman-teman basketnya. Bobby membawa sekeranjang besar bola basket.
Bobby yang awalnya berjalan sambil bercanda gurau berubah menjadi terdiam ketika melihat Juni dkk.
ANAK BASKET 1
Halo Tia. Mau kemana? Kenapa bawa-bawa dua anak buah kayak mereka.
ANAK BASKET 2
Ya... Ajak kita aja. Kita kan lebih keren.
TIA
Oke. Aku sedang membutuhkan anak buah yang mampu memperbaiki ratusan piala dalam dua minggu. Ada yang tertarik?
Anak-anak basket terdiam sesaat mendengar perkataan Tia. Juni, Budi dan Bobby tegang.
ANAK BASKET 1
Kelihatannya kamu sudah menemukan orang yang kamu cari.
Tia tersenyum penuh kemenangan.
TIA
(ke Juni dan Budi)
Ayo pergi.
Juni dkk bergegas pergi. Tia berjalan paling depan disusul Juni lalu Budi.
Namun tiba-tiba ANAK BASKET 1 menghalang-halangi jalan Budi. Budi berusaha untuk lewat, ketika Budi berhasil lewat, ANAK BASKET 1 kemudian mengaitkan kakinya ke kaki Budi sehingga Budi terjatuh dan barang-barang yang dibawanya berjatuhan. Anak-anak basket tertawa, kecuali Bobby.
Juni dan Tia segera menolong Budi.
JUNI
Kamu tidak apa-apa?
Budi hanya mengangguk.
TIA
(ke arah anak basket)
Hey, kalian jahat sekali!
ANAK BASKET 2
(tertawa)
Kami salah apa? Dia terjatuh sendiri.
ANAK BASKET 1
(tertawa)
Makanya kalau jalan hati-hati.
TIA
Tidak mungkin. Ini pasti ulah kalian!
BUDI
Sudahlah Tia. Tidak usah dihiraukan.
Tia menahan amarahnya. Mereka membereskan barang-barang Budi yang jatuh.
ANAK BASKET 1
Dasar anak-anak cupu.
Bobby memasang tampang masam tanpa diketahui oleh teman-temannya. Dia tidak ikut tertawa.
Anak-anak basket melanjutkan perjalanannya.
EXT. LORONG — CONTINUES
Anak-anak basket melanjutkan perjalanan mereka sambil bersenda gurau.
Bobby termenung sendiri. Namun, tiba-tiba dia tidak sengaja menabrak temannya sehingga keranjang bola basket jatuh berantakan.
ANAK BASKET 2
(marah)
Hati-hati kawan!
BOBBY
Maaf. Ga sengaja.
ANAK BASKET 1
Bolanya jadi jatuh kemana-mana.
BOBBY
Maaf sobat... Aku tidak sengaja.
ANAK BASKET 2
Ya udah. Kita duluan. Kamu beresin bola-bola ini.
Bobby ditinggalkan sendirian oleh teman-temannya. Dia jengkel melihat teman-temannya pergi sambil tertawa. Lalu dia melihat bola yang berantakan.