Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. KELAS — DAY (JAM ISTIRAHAT)
Selama beberapa saat CU Papan yang sudah ditulis dengan daftar kelompok.
Bobby bersama teman basketnya yang lain memperhatikan nama anggota kelompoknya.
Dengan cepat dia membaca nama pertama, yaitu Budi, lalu dibawahnya tertulis nama Bobby, lalu Juni, Ani dan nama terakhir membuatnya kaget, yaitu Tia.
BOBBY
ANAK BASKET 1
BOBBY
ANAK BASKET 2
Bobby mengulang membaca nama anggota kelompoknya. Dia melihat nama Budi kemudian melihat ke arah Budi.
Budi sedang duduk sendirian di mejanya, dia mengeluarkan sesuatu dari tasnya yang ternyata bekal makanan komplit tiga tingkat.
Lalu Bobby melihat nama Juni. Dia kemudian melihat Juni berjalan dengan gaya aneh dan kikuk menuju keluar kelas sambil mengelap kaca mata tebalnya.
Lalu dia membaca nama Ani. Kemudian melihat ke meja Ani. Dia melihatnya disana sedang menulis santai. Bobby sedikit lega. Namun tiba-tiba Ani berdiri dari kursinya, terlihat tas Ani yang lusuh dipenuhi dengan coretan dan stiker gambar tengkorak, malaikat kematian dan hal sejenis lainnya.
BOBBY
EXT. LORONG — DAY
JUNI sedang berjalan dengan gayanya yang kikuk.
Banyak siswa yang berlalu lalang di lorong. Juni menundukkan kepalanya, menghindari bertatapan mata dengan mereka.
Tiba-tiba dari arah berlawanan terlihat DELIA, JUNI LOVE INTERESTS, seorang siswi cantik, pintar dan ramah. Delia sedang berjalan bersama seorang teman ceweknya sambil membawa tumpukan buku di kedua tangan mereka. Mereka sedang asyik mengobrol.
EXT. PERSIMPANGAN LORONG — CONTINUES
Terdengar detak jantung JUNI bergerak cepat. JUNI panik tapi tetap terus berjalan.
Mereka akan berpapasan dipersimpangan lorong.
Jarak antara Juni dan Delia semakin dekat. Mereka hampir berpapasan tapi JUNI yang tegang langsung berbelok ke salah satu lorong dan bersembunyi disana. DELIA tidak menyadarinya dan berbelok ke arah lorong yang berbeda.
DELIA
Mereka berdua tertawa kecil.
JUNI berdiri ditempat persembunyiannya sambil tersenyum merapikan kaca matanya, kepercayaan dirinya bangkit.
EXT. LORONG DEPAN RUANG GURU — DAY
JUNI melanjutkan perjalanannya dengan hati senang.
Dia terus berjalan. Lalu muncul sekawanan siswa geng basket BOBBY yang nakal-nakal. Mereka sedang berjalan membawa bola sambil tertawa-tawa.
Mereka mengganggu siswa lain yang lewat. Sekawanan siswa culun dihalang-halangi untuk lewat. Membuat siswa-siswa yang lain berjalan takut-takut dan menjauhi mereka. Juni pun takut melihat mereka.
Juni berhasil bersembunyi dari mereka dengan berjalan bersembunyi dibalik siswa lain.
Dia berhasil melewati mereka. Juni lega.
Tiba-tiba Delia dan temannya keluar dari ruang guru. Mereka sudah tidak membawa tumpukan buku lagi.
Juni tegang lagi dan segera membelokkan arah jalannya ke lapangan yang berada ditengah-tengah gedung sekolah. Bersembunyi di balik tiang. Dia menghela napas lega.
Terlihat pada b.g Bobby dan gengnya masuk ke lapangan basket dan langsung bermain.
DELIA
Delia tidak menyadari keberadaan Juni. Dia terus berjalan.
Juni kelihatan kecewa karena mendengar perkataan Delia. Dia melihat ke belakang ke geng basket yang ditakutinya. Lalu melihat lagi ke depan dengan muka kecewa.
Tiba-tiba bola basket yang dimainkan Bobby meluncur ke arah Juni dan jatuh tepat dikepalanya. Membuat Juni terjatuh ke lantai.
BOBBY
EXT. LORONG DEPAN RUANG KEPSEK — DAY
Juni berjalan lesu sambil memegangi kepalanya. Lalu dia mengetuk pintu Ruang Kepala Sekolah. Membukanya dan masuk ke dalam.
INT. R. KEPSEK — CONTINUES
PAK ISWARA
Ruangan Kantor Pak Iswara cukup luas dan megah. Selain meja kerja. Terdapat sofa untuk duduk-duduk santai. Dinding ruangan penuh dengan piagam-piagam dan foto-foto Pak Iswara bersama orang-orang penting.
Juni terdiam kaget karena ternyata ada Delia yang sedang duduk di kursi tamu.
PAK ISWARA
JUNI
Juni lalu duduk di sofa.
PAK ISWARA
Juni lalu berdiri, menuju kursi di samping Delia. Dia menggeser kursi itu menjauh sampai jauh kepinggir meja. Membuat dirinya terlalu jauh dari Delia dan Pak Iswara.
PAK ISWARA
Juni akhirnya menggeser kursinya sesuai permintaan Pak Iswara. DIa terduduk kaku.
PAK ISWARA
DELIA
Juni tersipu malu.
DELIA
PAK ISWARA
DELIA
PAK ISWARA
Muka Juni memerah mendengar perkataan Pak Iswara.
JUNI
PAK ISWARA
JUNI
PAK ISWARA
DELIA
PAK ISWARA
JUNI
PAK ISWARA
Juni dan Delia hendak beranjak dari kursi mereka. Namun Pak Iswara ternyata melanjutkan kata-katanya.
PAK ISWARA
Juni dan Delia kaget dan langsung kembali duduk. Juni hampir terjatuh dari kursi...
PAK ISWARA
DELIA
PAK ISWARA
Juni sangat malu mendengar perkataan Pak Iswara namun dia hanya bisa terdiam.
Juni dan Delia berdiri dari kursi mereka. Mereka berjalan menuju ke pintu. Juni berjalan ragu-ragu sambil memikirkan sesuatu. Kata-kata Delia terngiang dikepalanya.
DELIA (V.O)
Kata-kata Pak Iswara.
PAK ISWARA (V.O)
Tiba-tiba dia berbalik menghadap Pak Iswara lagi.
JUNI
PAK ISWARA
JUNI
PAK ISWARA
JUNI
PAK ISWARA
JUNI
PAK ISWARA
JUNI
Juni dan Delia pun pamit keluar ruangan. Juni berusaha kelihatan keren di depan Delia.
PAK ISWARA
JUNI
EXT. PINGGIR JALAN — DAY
Suasana keramaian siswa saat pulang sekolah. Terlihat banyak penjual minuman atau makanan dengan gerobak.
Juni sedang menunggu jemputan sendirian di pinggir jalan. Dia sedang membuka tabletnya dengan tampang stres.
Terlihat beberapa siswa juga sedang menunggu jemputan. Namun mereka membentuk kelompok-kelompok. Walaupun demikian mereka semua tertunduk menatap HP masing-masing.
Budi, berdiri di samping Juni. Dia sedang menyiram bunga-bunga liar di pinggir jalan dengan sebotol air. Juni berusaha tidak mempedulikannya.
JUNI
Anak-anak basket INTO SCENE. Mereka berempat termasuk Bobby. Mereka tertawa melihat Budi.
BUDI
ANAK BASKET 1
Budi menyerahkan tasnya ke anak basket 1. Anak itu pura-pura mengambil lalu menjatuhkannya. Mereka semua tertawa.
Juni bergeser menjauh dari Budi dan Anak-anak Basket. Dia tidak peduli.
Sebuah mobil akhirnya datang. Juni masuk ke dalam. Mobil berjalan pergi.
INT. RUANG TERAPI — DAY
Ruangan standar seperti ruangan terapi psikolog di film-film. Ada sofa panjang tempat Juni berbaring, masih menggunakan pakaian sekolah. Sang terapis duduk di kursi sofa yang berhadapan dengan Juni.
PAK AYAT, sang terapis, berusia sekitar 45 tahun. Memiliki muka ramah dan bersemangat. Memakai pakaian formal kemeja dan celana bahan.
PAK AYAT
JUNI
PAK AYAT
JUNI
PAK AYAT
JUNI
PAK AYAT
JUNI
PAK AYAT
JUNI
PAK AYAT
Juni mengikuti aba-aba.
PAK AYAT
Juni mematuhinya dengan heran.
PAK AYAT
Juni melompat-lompat.
PAK AYAT
JUNI
PAK AYAT
JUNI
PAK AYAT
Juni keluar dengan terheran-heran.
INT. RUANG TUNGGU PASIEN — (CON'T)
Ruang ini terdiri dari beberapa deret kursi dan satu meja administrasi di depan.
Juni berjalan masuk. Dia melihat Tia di meja administrasi namun langsung pura-pura tidak melihatnya tepat ketika Tia melihat ke arahnya.
Juni lalu duduk disalah satu kursi. Dia segera mebuka tab-nya.Kelihatan sibuk dengan gadget tersebut.
Tia yang sedang berada di meja administrasi, juga masih menggunakan pakaian seragam, tidak mengerjakan apa-apa. Dia kelihatan bosan. Ruangan sepi. Hanya ada mereka berdua dan satu orang pasien nenek-nenek yang sedang membaca majalah.
TIA
Juni pura-pura tidak mendengar.
TIA
Juni masih pura-pura tidak mendengar.
TIA
Juni tidak bisa mengelak lagi. Dia melihat ke arah suara.
TIA
Dengan enggan Juni pergi mendekat ke meja administrasi.
TIA
Juni mengagguk.
TIA
Juni hendak menjawab namun langsung dipotong oleh Tia.
TIA
JUNI
TIA
JUNI
TIA
JUNI
TIA
JUNI
TIA
JUNI
TIA
JUNI
TIA
JUNI
TIA
JUNI
TIA
Tab Juni berbunyi.
JUNI
Tia mengangguk. Juni mulai berjalan keluar ruangan.
TIA
JUNI
TIA
JUNI
TIA
Juni hanya mengangguk sekilas dan keluar meninggalkan ruangan.