Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
EXT. GERBANG SEKOLAH — DAY
Siswa-siswa SMA berjalan memasuki sekolah bersama orang tua atau dengan teman-temannya.
Satpam dengan muka galak berdiri tegap di depan gerbang. Siswa telat berjalan sambil bercanda tawa bersama teman-temannya menuju gerbang.
Satpam dan siswa telat saling bertatapan. Satpam dengan muka yang semakin galak, siswa telat dengan muka yang kesal, dia berjalan melambat dari teman-temannya. Raut mukanya berubah dari senang menjadi masam.
Setelah beberapa saat saling pandang, siswa telat akhirnya berjalan seperti biasa lagi. Kita melihat satpam kembali menghadap ke depan.
Namun tidak beberapa lama, siswa telat tiba-tiba berjalan kembali ke depan gerbang menuju pak Satpam. Dia mengulurkan tangannya ke pak Satpam, pak Satpam yang agak heran akhirnya mengulurkan tangan juga.
Mereka bersalaman dan saling tersenyum. Mereka berdamai.
INT. R. PERTEMUAN SEKOLAH — DAY
Acara perpisahan akan segera dimulai. Ruangan dipenuhi oleh siswa, guru dan orang tua murid yang mulai mengambil tempat duduk.
Orang tua-berbicara dengan orang tua lain. Siswa-siswa ada yang saling mengobrol, bermain HP, dll. Siswa yang gemuk sibuk ngemil satu kantong snack besar di tempat duduknya.
Seorang PHOTOGRAPHER menyiapkan peralatannya.
INT. DERETAN DUDUK GURU — DAY
GURU OLAHRAGA, seorang guru pria berpakaian olah raga, masih muda (25), bersemangat dan lajang mendatangi tempat Ibu Dena yang sedang membaca buku biografi Bung Hatta duduk.
GURU OLAHRAGA
Menunjuk kursi disebelah Ibu Dena.
IBU DENA
Ibu Dena memperhatikan guru tersebut.
IBU DENA
GURU OLAHRAGA
IBU DENA
GURU OLAHRAGA
IBU DENA
GURU OLAHRAGA
Ibu Dena menutup pembicaraan dengan mulai kembali membaca bukunya. Tapi guru olahraga belum ingin mengakhiri percakapan.
GURU OLAHRAGA
IBU DENA
GURU OLAHRAGA
IBU DENA
GURU OLAHRAGA
IBU DENA
(menutup bukunya)
GURU OLAHRAGA
IBU DENA
GURU OLAHRAGA
IBU DENA
GURU OLAHRAGA
IBU DENA
GURU OLAHRAGA
IBU DENA
GURU OLAHRAGA
Ibu Dena tersenyum senang. Dia terlihat seperti baru mendapat sebuah ilham atau pencerahan.
IBU DENA
Ibu Dena mengulurkan tangannya. Guru olahraga menyambutnya. Mereka bersalaman.
GURU OLAHRAGA
Ibu Dena tersentak. PAK HATTA menyadarinya.
PAK HATTA
IBU DENA
PAK HATTA
IBU DENA
PAK HATTA
IBU DENA
INT. DERETAN DUDUK SISWA — DAY
Budi sudah duduk rapi dibagian depan, sendirian. Siswa-siswa lain mengambil tempat duduk yang berjarak dari Budi. Tidak ada siswa yang mau duduk disampingnya.
Juni dan Tia masuk bersama-sama. Mereka menuju tempat duduk Budi dan duduk disebelah kanannya.
TIA
Juni mengangguk. Seperti anak kecil yang sedang dinasehati.
TIA
Juni mengecek kantong bajunya, kosong. Mengecek satu persatu saku celana bagian depan, tidak ada. Mengecek saku celana bagian belakang, kertas itu berada disana. Dengan perasaan lega memperlihatkannya ke Tia.
TIA
Bobby masuk ke ruangan bersama anak-anak basket. Juni dkk memperhatikannya. Mereka terus berjalan melewati Juni dkk dan mengambil kursi di belakang. Juni dkk melihat ke Bobby namun dia sama sekali tidak melirik mereka.
BUDI
Budi hendak beranjak dari tempat duduknya namun Tia menahannya.
TIA
JUNI
Budi kelihatan kecewa.
BUDI
TIA
BUDI
Tia dan Juni tidak bisa berbuat apa-apa. Juni hanya menepuk pundak Budi.
BOBBY (O.S)
Bobby tiba-tiba datang dan duduk di sebelah kiri Budi.
BUDI
Bobby lalu merangkul pundak Budi, hampir mencekiknya, bercanda.
BOBBY
TIA
BOBBY
Juni dkk tertawa karena mendengar lelucon Bobby. Dari tatapannya, terlihat Tia mulai luluh kepada Bobby.
Ani berjalan masuk sendirian. Masih dengan muka galaknya namun rambutnya kali ini digerai rapi. Lalu dia mengambil tempat duduk disamping Tia. Juni dkk terus menatap Ani. Ani menyadari dirinya ditatap.
ANI
BUDI
JUNI
BOBBY
Ani melihat mulut Budi ternganga. Muka Ani memerah.
ANI
Jari-jari Ani sudah mengepal siap untuk menonjok Bobby.
BOBBY
ANI
Ani mulai duduk dengan tenang.
BUDI
JUNI
ANI
BOBBY
TIA
BOBBY
ANI
BOBBY
TIA
BUDI
TIA
ANI
TIA
ANI
JUNI
BUDI
BOBBY
JUNI
TIA
JUNI
Suasana menjadi sangat mengharukan.
ANI
Suasana kembali normal. Mereka pun memperhatikan panggung.
INT. PODIUM — CONTINUES
Kita melihat beberapa MONTAGE.
A. Pembawa acara. Seorang guru wanita berumur 40-an. Walaupun sudah kepala empat tapi masih riang dan energetik.
PEMBAWA ACARA
Muka riang pembawa acara dibaluti dengan suara tepuk tangan penonton.
B. Paduan suara siswa-siswi menyanyikan lagu perpisahan yang mengharukan. Lagu ini terus mengiringi montoge selanjutnya.
C. Seorang PERWAKILAN GURU, laki-laki, memberikan pidato perpisahan.
PERWAKILAN GURU
D. Seorang PERWAKILAN ORANG TUA memberikan pidato perpisahan.
PERWAKILAN ORANG TUA
E. Seorang SISWA JUNIOR memberikan pidato perpisahan.
SISWA JUNIOR
Sedikit lebay. Siswa ini sampai mengusap matanya karena terharu.
Lagu selesai. Montage selesai.
INT. PODIUM — CONTINUES
Di pinggir podium terlihat Pak Dang sedang merapihkan alas sebuah meja yang di atasnya terletak berbagai piala dan piagam untuk siswa berprestasi. Piala yang paling besar adalah PIALA CIPTA CITA.
Kepala sekolah hampir selesai dengan pidatonya.
PAK ISWARA
Photografer acara mengambil foto Pak Iswara yang selesai berpidato. Kemudian Pak Iswara dengan kebanggaan turun dari podium kembali ke tempat duduknya. Pembawa acara mengambil alih podium.
PEMBAWA ACARA
INT. DERETAN KURSI JUNI DKK — CONTINUES
TIA
Mengambil napas, Juni berdiri dari kursinya menuju ke atas podium. Juni berjalan menuju podium dengan perasaan senang dan tegang yang campur aduk.
Tepuk tangan penonton menghantarkan Juni ke atas podium. Tepuk tangan Budi yang paling keras dibandingkan yang lain.
INT. PODIUM — CONTINUES
Juni berdiri di atas menunggu Pak Iswara naik ke atas. Juni fokus, yang dia lihat hanyalah piala tersebut. Juni merasa seperti akan mendapatkan sesuatu yang dapat merubah hidupnya.
Pak Iswara mengangkat piala itu dan memberikannya ke Juni. Juni akhirnya dengan penuh kepuasan dapat memegang piala tersebut. Lalu pak Iswara mengulurkan tangannya. Juni dan pak Iswara bersalaman.
PAK ISWARA
Mendengar kata-kata Pak Iswara membuat Juni takut. Dia melihat ke arah penonton.
Photografer mengambil foto mereka berdua.
PHOTOGRAFER
Juni kaget. Dia spontan menoleh ke arah kamera. Lalu terdengar bunyi klik dan cahaya blitz dari kamera. Hal ini membuat Juni tersadar bahwa dia sekarang berada di atas podium menghadapi ratusan orang yang berada di kursi penonton.
Juni terpaku. Dia melihat terus ke arah penonton yang serius melihatnya. Pembawa acara kemudian mengarahkan Juni ke tengah panggung ke tempat mic berada.
Pak Iswara kembali duduk di kursinya.
Juni berdiri tegang, keringat dingin mengucur didahinya. Dia berusaha mengambil nafas yang dalam seperti yang sudah dilatihnya. Melihat kepala sekolah yang balik menatapnya dengan tatapan mengancam. Dia berkeringat dingin.
INT. DERETAN KURSI — CONTINUES
Semua orang bingung melihat tingkah Juni dan mulai bergumam satu sama lain. Tia memegang tangan Ani cemas. Ani kaget melihat reaksi Tia, namun kemudian ikut memegang tangan Tia. Mereka berdua saling bertatap harap-cemas.
INT. PODIUM — CONTINUES
Pembawa acara kemudian berusaha menyadarkan Juni.
PEMBAWA ACARA
Dengan gugup Juni mengambil kertas pidato disaku celananya. Memegang mic dengan gugup. Mic berdengung. Juni kaget namun berusaha mengontrol dirinya.
JUNI
Juni melihat lagi ke arah penonton yang semakin ribut. Juni berkeringat dingin.
Kepala sekolah menatap Juni remeh. Dari tatapannya kita bisa merasakan bahwa dia sebenarnya sudah mengira bahwa Juni akan gagal. Sedikit senyum tersungging dipipinya.
PAK ISWARA
Asisten mengangguk dan segera pergi.
INT. PODIUM — CONTINUES
JUNI
INT. DERETAN KURSI — CONTINUES
Di deretan kursi Tia dkk terlihat cemas. Terlihat pada b.g Delia dituntun untuk ke depan.
TIA
BOBBY
ANI
INT. PODIUM — CONTINUES
Juni yang tegang lalu memegang mic. Hal itu malah membuat mic berdengung lagi yang semakin membuat Juni panik. Dia tidak sengaja menyenggol kaca matanya sendiri sehingga kaca mata itu jatuh ke lantai. Juni panik dan tidak sengaja menginjak kaca mata itu.
Juni mengambil kaca matanya yang retak dan menggunakannya. Dia menunduk memicingkan matanya kuat-kuat.
INT. DERETAN KURSI — CONTINUES
ANI
Ani menutup matanya dengan kedua tangannya.
ANI
Budi memperhatikan Juni dengan seksama. Penonton semakin ribut. Budi akhirnya berdiri dari kursinya.
BUDI
Tidak ada yang mendengarkan Budi. Tia pun ikut berdiri. Bobby pun ikut berdiri. Mereka berteriak memanggil Juni. Namun suara mereka kalah dengan suara ribut di dalam ruangan.
ANI
(berteriak ala lady rocker)
Juni....
Semua orang terdiam, melihat ke arah Ani. Delia terhenti dari langkahnya, melihat ke arah asal suara. Termasuk Juni juga melihatnya.
Ani mempersilahkan Budi untuk memulai.
BUDI MENGUMANDANGKAN YEL-YEL YANG TELAH DIBUATNYA.
Dimulai dari sebuah gerakan yang lucu. Bobby kemudian mengikuti gerakan tersebut. Tia kemudian menyusul. Terakhir Ani yang sedikit tidak ikhlas akhirnya mengikuti gerakan tersebut.
Kemudian ditutup dengan jargon Budi.
Budi melakukan pose pertama jargonnya. Kedua kaki dibuka lebar dari bahu. Satu tangan memegang pinggang. Satu tangan lagi membentuk pose menunjuk. Lalu dia mengatakan seruan jargonnya.
BUDI
Lalu Budi melirik ke arah Bobby, memberi gerak isyarat agar melanjutkan. Bobby terlihat sangat malu hanya karena berada disamping Budi. Namun akhirnya Bobby berdiri juga. Dia melakukan pose yang kedua.
Bobby melakukan pose gaya seperti gerak jalan ditempat sambil menyebut kata selanjutnya.
BOBBY
Tia sudah berdiri sebelum Bobby berhenti. Dengan mantap dia melanjutkan pose jargon tersebut. Tia mengarahkan kedua tangan ke depan lalu dua jempol diacungkan ke atas membentuk pose 'oke'.
TIA
Kemudia Ani dengan malu-malu berdiri dari tempat duduknya. Menjadi pusat perhatian selanjutnya. Dia sangat malu namun akhirnya menampilkan pose terakhir.
Ani mengepalkan satu tangan ke atas, satu tangan lagi memegang pinggang. Lalu satu kaki diangakat menekuk sambil tersenyum kikuk. Senyum pertama Ani. Dia mengatakan kata terakhir.
ANI
Semua orang terheran melihat aksi mereka. Yang sedang sibuk mengobrol langsung terdiam. Yang sedang sibuk main HP hampir menjatuhkan HP-nya. Yang sedang sibuk ngemil hampir memakan tangannya sendiri. Termasuk Juni, tercengang.
Sangat kikuk. Mereka berempat kemudian kembali duduk. Budi kelihatan puas. Bobby, Tia dan Ani sangat malu.
Semua orang terdiam.