Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Rencana Penyelamatan Juni
Suka
Favorit
Bagikan
5. 5
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

INT. RUANG KELAS MUSIK — DAY

Juni dan Budi sedang menunggu aba-aba.

ANI

Latihan rahang.

JUNI DAN BUDI

A... I... U... E... O... A... I... U... E... O...

ANI

Latihan lidah.

JUNI DAN BUDI

La... La... La... Ra... Ra... Ra... Ta... Ta... Ta...

ANI

Wilayah nasal.

JUNI DAN BUDI

(cempreng)
Nya... Nya... Nya...

ANI

Bagus. Aktifkan diafragma. Tertawa lepas.

JUNI DAN BUDI

(tertawa lepas)
Hohoho... Hahaha...

ANI

Satu lagi.

JUNI DAN BUDI

(tertawa nenek sihir)
Hihihi... Hihihi...

ANI

Oke. Bagus.

INT. KELAS — DAY

Juni, Tia, Budi bahkan Ani mengerjakan bersama-sama tugas sejarah. Hanya Bobby yang tidak ikutan. Dia sibuk bermain dengan HP-nya.

Ibu Dena sedang berjalan-jalan di dekat mereka. Bobby tidak menyadarinya. Ibu Dena akhirnya melihat kelakuan Bobby dan menangkap HP-nya. Bobby tidak bisa berbuat apa-apa.

EXT. JALUR LARI LAPANGAN BOLA — DAY

Juni dan Budi sudah mulai bisa mengikuti ritme lari Bobby. Mereka dengan banjir keringat berlari dibelakang Bobby yang kelihatan sangat santai.

BOBBY

(berlari mundur, menghadap Juni dan Budi)
Yang penting harus menjaga pernapasan! Jangan sampai ngos-ngosan.

EXT. PINGGIR LAPANGAN BOLA — DAY

Juni dkk sedang istirahat duduk-duduk di rerumputan sambil minum.

BOBBY

Bagaimana? Badan menjadi segar kan?

JUNI

Ya. Awalnya badanku terasa sakit semua tapi sekarang aku merasa lebih kuat.

BUDI

Seperti petarung yang ada di film-film...

Budi mengeluarkan satu jurus dengan tangannya.

BUDI

(mengeluh kesakitan)
Tanganku masih sakit.

BOBBY

(tertawa)
Biasanya pelari pemula akan merasa sakit di kakinya. Aku tidak mengerti kenapa kamu malah kesakitan di tangan, sobat.

BUDI

Aku juga tidak tahu kenapa. Aku rasa aku sudah berlari dengan benar.

Budi memeragakan cara dia berlari. Tangannya bergerak dengan aneh dan lucu. Bobby dan Juni hanya heran melihatnya.

BOBBY

Ya sudahlah. Lama-kelamaan rasa sakitnya akan hilang. Dan bonusnya, cewek-cewek suka cowok yang berolahraga.

Terlihat rombongan siswi-siswi sedang berlari mengelilingi lapangan dengan rapi. Delia termasuk dalam rombongan tersebut.

JUNI

Benarkah? Aku bisa dapat cewek karena berlari.

Delia sedang berlari dengan manis dan bahagia.

BOBBY

Tentu saja. Mereka akan memperebutkan cowok atletis (memperlihatkan otot tangannya) Kecuali beberapa cewek. Ada juga cewek yang apapun yang kamu lakukan tidak akan mempan menarik perhatiannya.

JUNI

Siapa? Siapa cewek yang tidak bisa didapatkan itu?Bahkan oleh kamu?

BOBBY

Aku masih berusaha. Jangan ambil kesimpulan dulu. Dia adalah teman kita Tia.

BUDI

Kamu suka Tia? Aku tidak yakin kamu bisa mendapatkannya. Dia selalu judes sama kamu.

BOBBY

Wow.. Tunggu saja Bud. Tidak ada cewek yang tidak meleleh hatinya karena rayuanku. Tunggu saja.

Bobby berjalan menuju ke tempat kran air.

BOBBY

Ayo. Sudah sore. Saatnya untuk pulang.

Budi dan Juni mengikutinya.

EXT. KRAN AIR DI L. BOLA — CONTINUES

Juni, Bobby dan Budi berdiri menghadap keran air. Pada b.g terlihat siswi-siswi sedang berlari dalam grup dengan rapi.

Bobby menghidupkan kran. Membasuh wajahnya. Lalu membuka baju kaosnya. Terlihat bentuk badannya yang bagus. Lalu memercikkan air ke badannya.

Siswi-siswi heboh melihat aksi Bobby. Mereka terhenti dari lari mereka.

Melihat reaksi siswi-siswi tersebut Juni dan Budi segera membuka baju kaosnya juga. Memperlihatkan badan kurus kerempeng mereka. Ikut memercikkan air ke badan masing-masing.

Siswi-siswi langsung berteriak ketakutan dan berlari menjauh.

INT. LABORATORIUM BIOLOGI — DAY

Juni sedang latihan di depan kaca. Tia duduk sambil membaca buku disalah satu meja. Budi melihat-lihat alat lab seperti sebelumnya. Namun kali ini dia melihat-lihat alat lab sambil menggendong kucing hitam.

JUNI

(sedikit terbata-bata)
Selam... Mat Pagi... Saya... Juni... Mahardika... Pertama... Tama... Saya... Ucapkan...

TIA

Perhatikan dirimu yang ada di kaca. Yakinkan dia kalau kamu bisa pidato Jun! Ayo Berjuang!

Juni mengangguk dan semakin serius.

JUNI

Terima.. Kasih.. Atas.. Kehormatan ini. Sungguh ini... Adalah suatu.. Pengalaman.. Yang luar biasa.

TIA

Bagus Jun. Teruskan!

JUNI

Bagi saya.. Untuk berada.. Disini.

EXT. PINGGIR JALAN — DAY

Suasana keramaian siswa saat pulang sekolah. Terlihat banyak penjual minuman atau makanan dengan gerobak.

Juni sedang membuka tab-nya.

Terlihat beberapa siswa juga sedang menunggu jemputan. Namun mereka membentuk kelompok-kelompok. Walaupun demikian mereka semua tertunduk menatap HP masing-masing.

BUDI INTO FRAME

Dia segera menyiram bunga-bunga liar di pinggir jalan dengan sebotol air. Juni berusaha tidak mempedulikannya.

Anak-anak basket INTO SCENE. Mereka berempat termasuk Bobby. Mereka tertawa melihat Budi.

ANAK BASKET 1

(senyum licik)
Budi, mau dipegangkan tasnya?

Budi menyerahkan tasnya ke anak basket 1. Anak itu pura-pura mengambil lalu menjatuhkannya. Mereka semua tertawa. Bobby tertawa namun dia merasa tidak nyaman. Juni tidak senang melihatnya.

ANAK BASKET 2

Polos banget sih. Bunga liar aja diurusin.


Juni kesal. Mukanya merah.

JUNI

(ke dirinya sendiri)
Aku tidak bisa menghindar lagi melihat ini


Dia berjalan mendekat ke Budi dan Anak-anak Basket.

Tiba-tiba Sebuah mobil datang. Bobby dan kawan-kawannya pergi menuju mobil itu.

Juni mengambil tas Budi.

JUNI

Kamu tidak apa-apa?

Juni memberikan tas Budi.

BUDI

Ya, tidak apa-apa

JUNI

Kenapa kamu biarkan mereka melakukan itu lagi ke kamu?

BUDI

Biarkan saja, mereka kira aku terganggu, aku tidak peduli dengan mereka

JUNI

Kamu aneh Bud, dalam arti yang baik... Ketika kamu suka menyiram bunga liar ini?

BUDI

Mereka seperti aku,,, sendirian tanpa ada yang memperhatikan, tapi mereka tetap indah

JUNI

Kamu tahu? Mereka juga kuat... Walaupun sering diinjak, mereka bisa kembali berdiri lagi...

BUDI

Aku baru tahu...

JUNI

Ya, mereka memang seperti kamu Bud...

Mereka berdua menyirami bunga-bunga liar itu.

INT. RUANG GURU — DAY

Focus on Meja Kerja. Terlihat bertumpuk-tumpuk buku sejarah dan makalah.

Tidak ada orang yang duduk di balik meja. Tia ditemani oleh Ani berada di depan meja tersebut. Dia meletakkan sebuah makalah di atas tumpukan makalah di meja itu.

Focus on Sampul Depan Makalah. Tertulus judul makalah "Perjuangan Kemerdekaan Indonesia". Lalu di bawah nya tertulis nama-nama Juni dkk sesuai abjad.

Tia dan Ani lalu pergi menjauhi meja.

EXT. LORONG DEPAN RUANG GURU — DAY

Tia dan Ani keluar dari Ruang Guru.

JUNI

Sudah?

TIA

Sudah. Ayo!

Mereka berjalan menjauh dari Ruang Guru.

BUDI

Senang rasanya tugas sejarah sudah

selesai.

TIA

Ya, kamu benar. Jujur awalnya aku merasa tugas ini akan berakhir dengan asal-asalan. Tapi kita menyelesaikannya dengan baik.

JUNI

Ternyata seru juga membaca tentang pahlawan-pahlawan Indonesia.

BOBBY

Benar. Aku paling suka dengan surat

Bung Tomo kepada Presiden.

Mereka semua tercengang mendengar kata-kata Bobby.

TIA

Apa? Surat?

BOBBY

Ya. Bung Tomo meminta penundaan penerimaan Penghargaan Satya lencana. Dia tidak akan menerimanya sebelum berhasil membawa Irian Barat kembali ke pangkuan Republik Indonesia.

TIA

Aku tidak percaya kamu membaca surat itu.

BOBBY

Ya. Bung Tomo adalah pahlawan sejati...(tersadar) Kenapa? Aku tidak boleh membaca?

TIA

Tentu saja boleh.

BOBBY

Hey... Aku juga ikut membantu menyelesaikan makalah itu.

ANI

Ya. Menjilid makalahnya juga termasuk membantu.

Mereka pun pergi.

EXT. LORONG — CONTINUES

Juni dan kawan-kawan berjalan berbarengan. Juni berada paling depan bersama Budi dan Tia. Bobby dan Ani berada di belakang mereka.

Dari arah berlawanan datang Delia. Juni langsung tegang dan berusaha mundur ke belakang menyembunyikan badannya di balik tubuh Bobby yang besar. Sedang Delia langsung menyapa Tia.

DELIA

Hai Tia.

TIA

Halo...

Delia mengobrol dengan Tia, tapi kita tidak bisa mendengar obrolannya. Bobby dan Ani heran melihat tingkah Juni. Delia lalu pamitan dengan Tia. Dia menyapa singkat Bobby dan Ani. Juni tetap bersembunyi.

Setelah Delia pergi. Juni lalu kembali ke depan berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Mereka melanjutkan perjalanan mereka.

INT. RUANG KEPSEK — DAY

Sekitar 10 orang siswa sedang berdiri di depan meja kerja Pak Iswara dengan muka tegang dan cemas. Pak Iswara duduk dikursinya membaca sebuah berkas. Segelas kopi dan sepiring kue terletak di atas meja.

PAK ISWARA

(membaca berkas)
Nilai-nilai kalian tidak bisa ditolerir...

Pak Iswara membuka-buka lembaran berkas.

PAK ISWARA (CON'T)

(pura-pura berduka)
Sayang sekali anak-anak. Nilai kalian di bawah ambang batas standar nilai sekolah Cipta Cita.

Siswa-siswa terlihat semakin panik. Sedangkan Pak Iswara kebalikannya. Dia terlihat sangat santai. Salah seorang SISWA LAKI-LAKI angkat bicara.

SISWA LAKI-LAKI

Maafkan kami pak. Kami akan berusaha.

Memandang siswa itu dengan tajam.

PAK ISWARA

Kalian semua kan sudah tahu peraturannya.

Memandang siswa-siswi dengan belas kasih yang dibuat-buat.

PAK ISWARA

Jadi, kalian, maaf... minggu depan tidak usah datang lagi ke sekolah ini.

Seorang SISWI menangis. Namun Pak Iswara masih duduk dengan santai.

PAK ISWARA

Sekolah kita ini kan terkenal dengan standar nilainya yang tinggi. Siswa-siswi yang di bawah standar terpaksa harus keluar. Untuk menjaga kualitas sekolah kita.

Siswi tersebut terisak-isak. Diikuti dengan kesedihan teman-temannya yang lain.

PAK ISWARA

Jangan khawatir. Banyak sekolah lain yang mau menerima kalian. Yang standarnya lebih rendah.

Siswa-siswi terlihat sangat sedih dan terpukul, namun berusaha pasrah.

PAK ISWARA

Ya sudah. Kalian bapak persilahkan keluar. Sudah tidak ada yang perlu dibicarakan lagi... (basa-basi) Semoga kalian segera menemukan sekolah yang baru... Yahh... Setidaknya di bawah standar sekolah Cipta Cita sedikit.

Siswa-siswi berjalan pasrah keluar dari ruangan. Asisten Pak Iswara masuk ke ruangan.

ASISTEN

Sudah selesai pak?

PAK ISWARA

Untuk apa berlama-lama. Berkas-berkas mereka ini dimusnahkan saja. Menghemat tempat.

ASISTEN

Baik pak.

Sang asisten mengangkat setumpuk tinggi file dengan kerepotan. Membawanya keluar ruangan. Sedangkan Pak Iswara, dengan santai memakan kue sambil minum kopi yang ada di mejanya.




Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar