EXT. TAMAN — DAY
Mereka sedang di bawah pohon. Budi sedang menunjukkan sesuatu. Tia sedang memangku kucing hitam.
BUDI
Ya.. Itulah yel-yel penyemangat kamu Jun.
Juni dan kawan-kawan kelihatan kaget. Kucing hitam teriak dan melompat kabur dari pangkuan Tia.
JUNI
Wow. Terima kasih Bud.
TIA
Oke Bud.
BOBBY
Ya. Mantap.
BUDI
(menekukkan badan)
Terima kasih... Kalian tinggal mengikuti aba-abaku.
ANI
Apa? Kami juga ikutan?
BUDI
Ya. Semakin ramai pasti akan semakin seru kan?
ANI
Oh, tidak. Aku tidak akan melakukan hal itu di depan umum.
BOBBY
Ya. Aku juga. Maaf sobat.
BUDI
Tapi ini yel-yel. Butuh lebih dari satu orang. Tia, kamu mau kan?
TIA
hmm... Apa yang kamu lakukan tadi bagus bud. Tapi... Maaf Bud. Itu bukan gayaku.
ANI
Maaf bud. Tapi aku tidak akan melakukannya... Hal itu... Walau dibayar sekalipun.
BUDI
Lihat saja. Kalian pasti akan melakukannya nanti. Kalian harus melakukannya.
Budi ngambek. Mereka terdiam sejenak.
JUNI
Budi, yel-yel mu... tidak biasa. Aku pasti nanti akan bersemangat di depan.
BOBBY
Ohh... Tidak mungkin. Hanya cewek yang bisa bikin Juni bersemangat.
JUNI
Hah? Maksud kamu apa?
BOBBY
Hanya satu kata. Delia.
Muka Juni langsung memerah.
ANI
Ya. Apa yang terjadi tadi Jun? Ketika Delia datang kamu langsung bersembunyi.
TIA
Tidak mungkin. Serius?
BUDI
Oh ya. Juni tadi tiba-tiba menghilang.
JUNI
Apa yang kalian katakan. Aku tidak mengerti.
TIA
Tunggu dulu. Tadi Delia bilang dia adalah wakil kamu untuk menerima piala.
BOBBY
Ohh... Aku mengerti sekarang. Pantasan kamu pingin banget untuk pidato. Kamu ingin terlihat keren dihadapan Delia kan?
ANI
Ya ampun... Jadi selama ini kita semua berusaha demi seorang cewek?
JUNI
Apa yang kamu katakan. Itu tidak benar. Fitnah.
TIA
Ohh... Juni, kamu imut sekali.
BOBBY
Kamu suka tipe cowok seperti tiu Tia? Aku juga bisa seperti itu.
BUDI
Juni suka Delia. Bobby suka Tia.
BOBBY
Diam Budi!
Muka Bobby dan Tia sama-sama memerah.
ANI
(tertawa keras)
Ciee... Suitt suitttt...
BUDI
(senyum polos)
Maaf, keceplosan.
Ani masih tertawa-tawa. Diikuti Tia yang akhirnya juga ketawa. Dan yang lainnya ikut tertawa.
PAK ISWARA DAN ASISTENNYA INTO FRAME
Tiba-tiba Pak Isa muncul melewati taman bersama asistennya.
PAK ISWARA
Apa yang kalian lakukan disini di luar jam sekolah? Ini sudah sore.
TIA
Maaf pak. Kami hanya sedang kumpul-kumpul sebentar.
BOBBY
Iya pak. Biasalah... Anak muda.
PAK ISWARA
Ujian sudah semakin dekat. Kalian harus lebih serius lagi belajar. Nanti kalau nilai kalian jelek bagaimana? Tidak boleh main-main.
TIA
Baik pak. Maaf
PAK ISWARA
Sudah sekarang kalian pulang ke rumah masing-masing.
PAK ISWARA DAN ASISTENNYA KELUAR FRAME
ANI
Kenapa tuh bapak? Galak banget.
BOBBY
Emang tuh bapak. Yang dipikirin Nilai mulu. Prestasi mulu.
TIA
Psstt... Yang kalian bicarakan itu adalah kepala sekolah terbaik tingkat nasional.
BOBBY
Peduli amat dengan predikat itu.
TIA
Hey... Predikat itu menunjukkan pencapaian beliau.
ANI
Predikat, penghaargaan, gelar kehormatan... Itu semua hanyalah sebuah label... Label yang digunakan untuk merendahkan orang lain.
BOBBY
Ya. Benar sekali.
BUDI
Aku tidak mengerti. Memangnya kenapa?
JUNI
Iya. Apa maksud kamu? Status-status itu adalah suatu kebanggaan bagi banyak orang.
TIA
Apa masalah kalian? Untuk mendapatkan semua itu diperlukan usaha.
ANI
Kalian tidak mengerti. Kalian yang sudah memiliki semua itu memandang rendah orang lain.
BOBBY
Aku mengerti. Pak Iswara mengenalku karena klub basket menang perlombaan. Ketika kami belum menang, dia tidak pernah menganggapku sekalipun.
ANI
Pak Iswara dan kebanyakan orang di sekolah ini seperti itu. Setelah lulus aku mungkin tidak akan pernah diingat pernah menginjakkan kaki disekolah ini. Tidak ada yang akan mengingatku karena aku tidak punya status itu.
BOBBY
Memang untuk mendapatkan status itu diperlukan usaha. Tapi apakah kita hanya dikenal karena status itu? Apakah teman-temanku hanya menganggapku karena status itu? Bagaimana dengan aku yang sebenarnya?
TIA
Wow... Teman-teman... Maaf... Aku tidak tahu kalian selama ini merasa seperti itu.
JUNI
Memiliki status itu juga tidak menyenangkan... Awalnya menyenangkan... Semua orang mengenalmu. Semua orang berusaha mendekat. Tapi, ketika mereka tidak membutuhkanmu. Maka mereka yang kamu kira teman itu akan hilang dengan cepat.
BOBBY
Maaf Jun. Aku mungkin seperti itu. Aku membantumu memang hanya karena kamu membantuku saja.
JUNI
Aku tahu. Tidak apa-apa. Aku sudah terbiasa dengan hal itu.
BUDI
Kalian jangan bicara seperti itu. Oh tidak, bagaimana menghentikan air yang keluar tiba-tiba dari mataku ini.
BOBBY
Tahan sobat. Kamu laki-laki. Laki-laki tidak menangis.
ANI
Untuk apa menangis. Ini bukan masalah besar. Ini hanyalah realita.
BUDI
Aku tidak menangis. Ada debu dimataku.
TIA
Teman-teman... Kenapa kita harus berpikir seperti itu. Mungkin sudut pandang kita yang salah. Semua status itu seharusnya tidak menjadi beban.
JUNI
Apa maksud kamu Tia?
TIA
Kita tidak seharusnya fokus kepada apa yang orang lihat tentang kita. Tapi apa yang kita lihat tentang diri kita.
ANI
Semua orang memperlakukan kita seperti itu Tia.
TIA
Jangan pedulikan. Untuk apa peduli dengan mereka... Oke... Hmm... Contohnya... Ingat pelajaran sejarah! Jika kita rakyat Indonesia berpikir bahwa kita lebih rendah dari para Penjajah maka kita tidak akan mungkin bisa merdeka seperti sekarang ini. Kalian mengerti?
BOBBY
(bingung)
Ya... Kurang lebih.
BUDI
Dengan bambu! Kita bisa mengalahkan penjajah bersenjata lengkap hanya dengan bambu. Wow... Orang zaman dulu keren.
JUNI
Percaya bahwa kita bisa merdeka dengan darah kita sendiri membuat bambu mampu menjadi senjata mutakhir.
TIA
Ya, seperti dulu kita adalah budak penjajahan. Sekarang kita adalah budak dari segala status itu. Untuk mendapatkan kemerdekaan dari semua itu kita harus yakin pada diri sendiri. Walau apapun yang orang pikirkan tentang kita.
Mereka semua mengangguk setuju dengan apa yang Tia katakan.
ANI
Kata-katamu bagus Tia.
BOBBY
Ya. Membuatku bersemangat lagi.
TIA
Ya. Aku juga tidak menyangka. Aku keren!
JUNI
Kamu memang cocok jadi psikolog.
TIA
Amin... Semoga tercapai... Sudah semakin sore. Ayo kita pulang.
Mereka berdiri tegak dari duduk mereka. Bersiap-siap pulang.
BOBBY
Tidakk... Minggu depan ujian. Aku tidak tahu apakah aku siap.
JUNI
(meniru gaya Bobby)
Percaya pada diri sendiri, sobat.
Mereka semua tertawa. Lalu kembali mengemasi tas-tas mereka.
ANGLE ANI
Ani berjalan menuju tong sampah di pinggir taman. Dia mengeluarkan beberapa lembar kertas kecil dari kantong tasnya.
Dari b.g di bawah pohon, Budi memanggil.
BUDI
Ani! Ayo buruan. Sudah sore. Nanti pagar belakang keburu ditutup.
ANI
Ya... Sebentar.
Ani memperhatikan kertas itu sesaat. Terlihat bahwa itu adalah kertas contekan ujian. Lalu dengan yakin membuangnya ke dalam tong sampah. Lalu dia kembali ke tempat teman-temannya.
EXT. LORONG — DAY
Juni dkk berjalan bersama-sama sambil mengobrol.
BOBBY
Jadi ini terakhir kalinya kita kumpul bersama.
JUNI
Sesuai perjanjian kita berlatih sampai sebelum hari ujian tiba.
TIA
Yah... Tapi demam panggungmu sudah jauh berkurang kan?
JUNI
Aku tidak menyangka tapi ya sudah berkurang. Aku merasa lebih berani.
BUDI
Jadi, kita akan berpisah? Kenapa waktu berjalan begitu cepat? Kenapa kamu sudah tidak demam panggung lagi?
Mereka semua tertawa mendengar kata-kata Budi.
ANI
Ini yang terbaik Bud. Kita melakukan semua ini agar Juni tidak demam panggung lagi.
BUDI
Kamu benar.
EXT. LORONG DEPAN GUDANG — CONTINUES
PAK DANG, penjaga sekolah, sudah tua sekitar 60-an. Dia membawa peralatan bersih-bersih. Dia hendak mengunci sebuah pintu dengan tulisan Gudang tergantung didepannya.
Juni dkk berjalan melewatinya.
BOBBY
Sore Pak Dang. Ngapain Pak di gudang?
PAK DANG
Iya. Ini habis bersih-bersih piala. Perintah Pak Iswara. Piala diberikan perawatan khusus agar bersih dan mengkilat di hari perpisahan.
JUNI
Oh... Semua piala disimpan di gudang pak?
PAK DANG
Iya. Piala-piala dari zaman dahulu sampai sekarang... Semuanya terawat dengan rapi. Ya, mari bapak permisi dulu mau nyapu halaman.
TIA
Ya pak, mari.
Pak Dang pergi meninggalkan mereka di depan pintu. Mereka juga hendak melanjutkan perjalanan mereka.
BUDI
Hey, tunggu dulu. Tadi bapaknya lupa kunci pintu.
TIA
Gara-gara Bobby ajak ngobrol tadi sih. Ayo panggil lagi bapaknya.
BOBBY
Yah... Maaf sobat.
JUNI
Tunggu dulu...
Juni membuka pintu gudang.
JUNI (CON'T)
Ayo kita lihat sebentar.
TIA
Tapi nanti kita bisa kena masalah.
ANI
Ayolah. Jangan takut. Ini tidak melanggar peraturan tata tertib.
TIA
(tertawa palsu)
Baiklah.
Mereka memasuki gudang.