Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
PENJAGA KUBUR
Suka
Favorit
Bagikan
9. BAGAS TOBAT
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

81. EXT. MAKAM – KEMBALI KE REALITA

PEMAIN ; BAGAS

Bagas tersungkur di tanah. Mayat Aisyah sudah berdiri di depannya, wajahnya semakin hancur. Dari matanya keluar ulat-ulat putih yang jatuh ke tanah.

 

Ia merangkak mendekati Bagas, tangan berdarah meraih bahunya.

 

MAYAT AISYAH
(berbisik keras)
Kau saksi… kau saksi… saksikan siksaanku…!!!

 

Tiba-tiba dari mulutnya menyembur darah segar, membasahi wajah Bagas.

 

Bagas menjerit histeris.

 

SFX: Suara jeritan panjang Aisyah bercampur dengan bisikan arwah lain dari seluruh makam.

"Zina… neraka… panas… sakit… darah…"


CUT TO


82. EXT. MAKAM – MALAM

PEMAIN ; BAGAS, MAYAT AISYAH, EXTRAS

CAMERA – CRANE SHOT dari atas: Bagas berlari panik di antara nisan-nisan, tapi setiap kali ia melewati kubur, tangan-tangan mayat lain keluar, berusaha meraih kakinya.

Lampu petromak meledak di pos, membuat seluruh area makam gelap total.

 

Bagas berlari tersandung, jatuh di hadapan nisan lain. Saat ia menoleh – Aisyah sudah berdiri di belakangnya, wajahnya hanya tinggal tulang tengkorak yang meneteskan darah.

 

MAYAT AISYAH
(dengan suara bergema, mengguncang jiwa)
Aku… terbakar… kau… akan melihat… lebih banyak…

 

Bagas menjerit sekeras-kerasnya.


CUT TO BLACK.


83. INT. POS PENJAGA – PAGI

PEMAIN : BAGAS

Bagas terbangun, wajahnya pucat pasi, tubuhnya basah oleh keringat. Namun kali ini, tangannya berlumuran tanah merah.

Ia terdiam, napasnya tersengal, menyadari dirinya mungkin benar-benar berjalan ke makam saat teror terjadi.

CAMERA – ZOOM IN pada mata Bagas yang membelalak ketakutan.


FADE OUT.


84. EXT. AREA MAKAM – SUBUH

PEMAIN : BAGAS

Kabut tipis masih menyelimuti. Cahaya jingga matahari perlahan muncul di balik pepohonan. Suasana hening, hanya terdengar suara burung kecil.

 

Bagas berdiri di depan makam yang retak-retak, wajahnya pucat tapi matanya penuh kelelahan. Ia menatap nisan itu lama sekali, lalu tersungkur sujud di tanah, menangis keras.

 

BAGAS
(terisak, suara pecah)
Ya Allah… ampunilah hamba-Mu ini… aku tak sanggup lagi… aku tak sanggup melihat semua ini… aku takut… aku hina… aku banyak dosa…

 

CAMERA – CLOSE UP tanah basah menempel di kening Bagas saat ia sujud.


CUT TO


85. EXT. POS PENJAGA – PAGI

PEMAIN : BAGAS, PAK BOKIR

Pak Bokir duduk sambil menyalakan rokok. Ia menoleh ketika Bagas berjalan mendekat dengan langkah lemah.

 

PAK BOKIR
(heran)
Gas, kau kenapa?

 

Bagas berhenti di depan pos. Wajahnya penuh air mata, tangannya gemetar.

 

BAGAS
(suara bergetar, tegas di ujung kalimat)
Pak… aku… aku nggak sanggup lagi. Aku mau berhenti. Aku mau pergi dari sini.

 

Pak Bokir menatapnya lama, dalam diam.

 

PAK BOKIR
(serius)
Kalau kau pergi, Gas… berarti kau memilih meninggalkan kewajiban sebagai saksi. Kau yakin?

 

BAGAS
(tegas, namun lirih)
Aku yakin, Pak. Aku nggak kuat lihat azab itu setiap malam. Lebih baik aku belajar memperbaiki diriku… daripada terus tenggelam dalam ketakutan.

 


CUT TO


86. EXT. MAKAM – SIANG

PEMAIN : BAGAS

Bagas memasukkan pakaiannya ke dalam tas lusuh. Ia berdiri sejenak menatap seluruh makam. Angin bertiup pelan, dedaunan berguguran.

 

CAMERA – WIDE SHOT: siluet Bagas berdiri kecil di antara ratusan nisan, seolah berpamitan pada dunia arwah.

Ia merapatkan tas ke punggung, lalu berjalan pelan ke arah gerbang makam.

 

Pak Bokir berdiri di kejauhan, hanya mengangguk tanpa kata-kata.


CUT TO


87. EXT. TERMINAL KOTA – SORE

PEMAIN ; BAGAS

Bagas turun dari bus tua. Rambutnya masih kusut, wajahnya kelelahan, tapi ada cahaya baru di matanya.

Ia menatap ke arah masjid di dekat terminal. Suara adzan ashar berkumandang.

 

Bagas tersenyum tipis, lalu berjalan ke arah masjid dengan langkah mantap.

 

BAGAS (VO)
(berbisik lirih, penuh tekad)
Mulai hari ini… aku ingin hidup baru. Aku ingin jadi manusia yang lebih baik…

 

CAMERA – HIGH ANGLE: Bagas berjalan semakin dekat ke masjid, cahaya matahari sore menyorotinya, membuat bayangan panjang di tanah.


FADE OUT


TEXT ON SCREEN:

"Setiap dosa akan mendapat balasannya. Setiap manusia masih punya jalan untuk kembali."

 

88. EXT. MAKAM DESA – SUBUH

Kabut tipis menutup kompleks makam. Burung gagak sesekali melintas. Batu nisan berjejer dingin, seakan menjadi saksi bisu atas segala yang terjadi.

 

NARASI (V.O.)
"Malam-malam itu mengajarkan Bagas sesuatu yang tak pernah ia bayangkan. Bahwa kematian bukanlah akhir, melainkan pintu menuju hisab. Dan dosa, sekecil apa pun, tak pernah benar-benar lenyap."

 

CUT TO


89. INT. GUBUK PENJAGA MAKAM – PAGI

PEMAIN : BAGAS, PAK BOKIR

Bagas menutup tas ranselnya. Wajahnya pucat, tapi mata memancarkan tekad baru. Di depan pintu, Pak Bokir berdiri, menatapnya dengan campuran haru dan lega.

 

PAK BOKIR
(khusyuk)
Pergilah, Gas. Hidupmu masih panjang. Carilah jalan yang benar. Jangan pernah lupakan apa yang kau saksikan di sini. Itu semua adalah peringatan.

 

Bagas mengangguk, matanya berkaca-kaca. Ia mencium tangan Pak Bokir, lalu melangkah keluar.


CUT TO


90. EXT. JALAN SETAPAK – PAGI

PEMAIN ; BAGAS

Bagas berjalan meninggalkan kompleks makam. Di belakangnya, bayangan makam masih samar dalam kabut. Tapi langkahnya mantap, seperti meninggalkan masa lalu.

Ia berhenti sejenak, menoleh. Suasana makam diam membisu. Lalu Bagas berbisik lirih.

 

BAGAS
(bergetar)
Ya Allah… ampuni aku. Aku janji… aku akan berubah.

 

FADE OUT:


NARASI (V.O.)
"Sejak hari itu, Bagas tak lagi menjadi penjaga makam. Ia memilih meniti hidup baru di kota, berpegang pada taubat yang lahir dari rasa takut dan penyesalan. Namun, di balik kepergiannya, makam itu tetap berdiri… menunggu, mengingatkan… bahwa setiap dosa pasti berujung pada hisab."
 


CUT TO BLACK.


TITLE CARD:

"PENJAGA MAKAM"

 

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)