Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
71. INT. POS PENJAGA – MALAM
PEMAIN ; BAGAS, MAYAT
Bagas tersadar, ia sudah kembali di pos kecil. Dadanya naik-turun, napas terengah. Keringat membasahi wajahnya.
Tapi... lampu petromak sudah padam. Gelap total.
Hanya ada suara napas berat di belakangnya.
SFX: huuuh... huuuh... huuuh...
Bagas menoleh perlahan.
CLOSE UP – wajah Bagas yang pucat pasi, bola matanya membesar.
Di sudut gelap pos itu, tampak bayangan mayat tadi berdiri, tubuhnya masih hancur, matanya melotot, darah menetes ke lantai.
Bagas menjerit keras.
FADE OUT
Suara jeritannya menggema panjang, bersatu dengan bisikan azab dari seluruh kuburan.
72. INT. POS PENJAGA – MALAM
PEMAIN ; BAGAS
Bagas menjerit keras. Kamera berputar cepat mengelilinginya, lalu
BLACKOUT.
73. INT. ALAM MIMPI – MAKAM GELAP
PEMAIN ; BAGAS
Bagas membuka mata. Ia berdiri di tengah kuburan luas, tapi suasananya bukan seperti makam biasa. Langit berwarna merah pekat, tanah hitam berlendir, nisan-nisan tampak miring dan retak.
SFX: Suara jeritan samar, ribuan orang menjerit bersamaan.
Bagas menatap sekeliling, bingung dan ketakutan.
Tiba-tiba tanah di bawah kakinya amblas. Bagas jatuh ke dalam liang lahat raksasa.
CAMERA – BIRD EYE mengikuti jatuhnya Bagas, berputar cepat hingga ia menghantam dasar liang.
CUT TO
74. INT. LIANG LAHAT – MIMPI
PEMAIN ; BAGAS, 2 SOSOK HITAM
Liang lahat itu sempit, dindingnya basah berlendir. Bagas terbaring, tubuhnya terhimpit tanah. Nafasnya terengah-engah.
Dari sudut gelap liang, muncul dua sosok hitam raksasa. Wajahnya samar, mata menyala merah.
Mereka membawa palu besar dari besi panas.
Bagas berusaha bangun, namun tubuhnya lumpuh.
Tiba-tiba sosok mayat kecelakaan tadi muncul di hadapannya, tubuhnya masih hancur.
Mayat itu meraih Bagas dengan tangan berlumuran darah.
SFX: Crrrkkk! – daging meleleh, tangan mayat menempel di kulit Bagas, meninggalkan luka bakar.
Bagas berteriak.
VISUAL SURREAL
Liang lahat berubah menjadi ruang penyiksaan. Bagas melihat banyak mayat lain: ada yang tubuhnya terbakar, ada yang diseret rantai besi, ada yang wajahnya dimakan ulat. Semua berteriak, memanggil-manggil.
Bagas menutup telinganya, namun jeritan itu menggema di kepalanya.
CAMERA – CLOSE UP mata Bagas, bergetar penuh horor.
CUT TO
75. INT. LIANG LAHAT – MIMPI (LANJUTAN)
PEMAIN ; BAGAS
Tiba-tiba tanah kembali menutup. Bagas terperangkap. Gelap total.
Ia menendang, berusaha keluar. Tapi semakin ia melawan, tanah semakin menekan dadanya. Napasnya makin sesak.
SFX: Suara tanah menimbun thuk... thuk... thuk...
Di tengah sesak itu, ia mendengar bisikan:
"Jangan ulangi... jangan ulangi... lihatlah azab mereka..."
CUT TO
76. INT. POS PENJAGA – SUBUH
PEMAIN ; BAGAS
Bagas tiba-tiba terbangun. Napasnya terengah, tubuhnya basah kuyup oleh keringat. Ia meraba dadanya – ada bekas luka bakar merah di kulitnya.
Matanya melebar. Ia sadar yang ia alami bukan sekadar mimpi.
CAMERA – ZOOM OUT: Bagas terduduk di pos, di luar jendela tampak matahari pagi menyinari kuburan. Tapi... makam orang yang mati kecelakaan itu benar-benar retak.
Bagas terdiam, wajahnya pucat.
FADE OUT.
77. EXT. MAKAM – PAGI
PEMAIN : BAGAS, PAK BOKIR
Kabut tipis masih menggantung di atas nisan-nisan. Suasana sunyi, hanya terdengar burung gagak sesekali terbang melintas.
Bagas duduk di pos jaga. Wajahnya pucat, mata merah, rambut berantakan. Tangannya masih gemetar memegang segelas kopi yang sudah dingin.
Dari arah jalan setapak, muncul PAK BOKIR, pria tua berpeci hitam, membawa cangkul di bahunya. Langkahnya tenang, sorot matanya dalam. Ia sudah lama jadi penjaga makam, wajahnya keras tapi ada wibawa.
Bagas menatapnya, bibirnya bergetar.
Pak Bokir duduk di sebelahnya, menyalakan rokok kretek.
CLOSE UP – wajah Bagas berkeringat, matanya penuh ketakutan.
Pak Bokir tidak kaget. Ia menatap jauh ke arah makam yang retak.
Bagas menelan ludah, wajahnya semakin pucat.
Bagas membuka sedikit kerah bajunya, memperlihatkan bekas merah seperti luka bakar di dada.
Pak Bokir menatapnya dalam, lalu mengangguk pelan.
Bagas menunduk, napasnya memburu.
Pak Bokir menghembuskan asap rokok, matanya menatap tajam.
CLOSE UP – wajah Bagas: matanya membesar, penuh ketakutan dan rasa tak percaya.
Tiba-tiba, angin berhembus kencang. Kabut semakin tebal, seolah ada yang mengintip dari balik nisan.
Bagas langs
FADE OUT.
ung memegang kepala, wajahnya panik.
Pak Bokir hanya menghela napas panjang, menepuk bahu Bagas.
CAMERA – ZOOM OUT: Mereka berdua duduk di pos kecil, di tengah hamparan makam yang sepi namun terasa hidup.
CUT TO
78. EXT. AREA MAKAM – MALAM
PEMAIN ; BAGAS
Langit lebih gelap dari malam sebelumnya. Bulan tertutup awan tebal, hanya sesekali memantulkan cahaya pucat. Angin dingin menusuk tulang, membuat dedaunan berderak seperti bisikan.
Di pos kecil, Bagas duduk dengan wajah pucat. Ia berusaha membaca wirid dengan suara gemetar. Lampu petromak bergetar, cahayanya redup.
SFX: Crrkkk… ssshhhhh… – suara samar, seperti langkah menyeret kain panjang.
Bagas berhenti membaca. Nafasnya tercekat.
CAMERA – SLOW PAN menuju arah kanan makam. Ada satu kuburan baru, tanahnya masih merah. Batu nisan kayu sederhana bertuliskan:
“Aisyah binti Karim – 23 Tahun”
Tanah kubur itu mulai bergejolak.
SFX: Grrrrrkkk… brakk… brakk… – suara retakan tanah, bercampur jeritan perempuan.
CUT TO
79. EXT. DEPAN KUBUR – MALAM
PEMAIN ; BAGAS, MAYAT AISYAH
Tanah pecah. Perlahan muncul tangan putih pucat, dengan kuku panjang patah, jari-jarinya berdarah. Menyusul kepala seorang perempuan muda, rambutnya berantakan penuh tanah, wajahnya remuk seolah pecah kaca menancap, darah segar mengalir dari mulut.
Tubuhnya hanya terbungkus kain putih tipis, sobek-sobek, memperlihatkan luka-luka lebam di dada dan paha.
CLOSE UP – wajahnya mengerang kesakitan, matanya melotot merah.
Bagas mundur ketakutan, tangannya bergetar hebat.
CUT TO
80. INT. PANDANGAN BAGAS – SURRREAL
PEMAIN ; BAGAS, AISYAH
Tiba-tiba dunia berubah. Bagas tidak lagi berdiri di kuburan, melainkan di dalam sebuah kamar hotel gelap.
Di ranjang, tampak Aisyah (sebelum meninggal), masih muda, menangis terisak. Seorang pria samar memaksa mendekatinya. Tiba-tiba tabrakan keras terdengar – kaca pecah – lalu tubuh Aisyah terpental, wajahnya berlumur darah.
Bagas menutup mata, berteriak.
CUT TO