Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
PENJAGA KUBUR
Suka
Favorit
Bagikan
8. AZAB KUBUR PENZINAH
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

71. INT. POS PENJAGA – MALAM

PEMAIN ; BAGAS, MAYAT

Bagas tersadar, ia sudah kembali di pos kecil. Dadanya naik-turun, napas terengah. Keringat membasahi wajahnya.

Tapi... lampu petromak sudah padam. Gelap total.

Hanya ada suara napas berat di belakangnya.

 

SFX: huuuh... huuuh... huuuh...

Bagas menoleh perlahan.

 

CLOSE UP – wajah Bagas yang pucat pasi, bola matanya membesar.

 

Di sudut gelap pos itu, tampak bayangan mayat tadi berdiri, tubuhnya masih hancur, matanya melotot, darah menetes ke lantai.

 

MAYAT
(suara bergema, penuh derita)
...Aku... tidak akan diam... sebelum kau tahu... siksa... kubur...

 

Bagas menjerit keras.

 FADE OUT


Suara jeritannya menggema panjang, bersatu dengan bisikan azab dari seluruh kuburan.

 

72. INT. POS PENJAGA – MALAM

PEMAIN ; BAGAS

Bagas menjerit keras. Kamera berputar cepat mengelilinginya, lalu

 


BLACKOUT.

 

73. INT. ALAM MIMPI – MAKAM GELAP

PEMAIN ; BAGAS

Bagas membuka mata. Ia berdiri di tengah kuburan luas, tapi suasananya bukan seperti makam biasa. Langit berwarna merah pekat, tanah hitam berlendir, nisan-nisan tampak miring dan retak.

 

SFX: Suara jeritan samar, ribuan orang menjerit bersamaan.

Bagas menatap sekeliling, bingung dan ketakutan.

 

BAGAS
(berbisik)
Aku... di mana ini...?

 

Tiba-tiba tanah di bawah kakinya amblas. Bagas jatuh ke dalam liang lahat raksasa.

 

CAMERA – BIRD EYE mengikuti jatuhnya Bagas, berputar cepat hingga ia menghantam dasar liang.

 CUT TO


74. INT. LIANG LAHAT – MIMPI

PEMAIN ; BAGAS, 2 SOSOK HITAM

Liang lahat itu sempit, dindingnya basah berlendir. Bagas terbaring, tubuhnya terhimpit tanah. Nafasnya terengah-engah.

Dari sudut gelap liang, muncul dua sosok hitam raksasa. Wajahnya samar, mata menyala merah.

Mereka membawa palu besar dari besi panas.

 

SOSOK HITAM 1
(gemuruh)
Inilah azabmu... Bagas... lihat dan rasakan...

 

Bagas berusaha bangun, namun tubuhnya lumpuh.

Tiba-tiba sosok mayat kecelakaan tadi muncul di hadapannya, tubuhnya masih hancur.

 

MAYAT
(suaranya bergetar, penuh darah)
Aku mati dalam zina... tubuhku hancur... rohkupun dibakar...
 

Mayat itu meraih Bagas dengan tangan berlumuran darah.

 

SFX: Crrrkkk! – daging meleleh, tangan mayat menempel di kulit Bagas, meninggalkan luka bakar.

Bagas berteriak.


BAGAS
(screaming)
Tidaaaakkk!!!

 

VISUAL SURREAL

Liang lahat berubah menjadi ruang penyiksaan. Bagas melihat banyak mayat lain: ada yang tubuhnya terbakar, ada yang diseret rantai besi, ada yang wajahnya dimakan ulat. Semua berteriak, memanggil-manggil.

 

MAYAT 2
(sambil terbakar)
Zina... minum... dusta... semua dibayar...!

 

Bagas menutup telinganya, namun jeritan itu menggema di kepalanya.

 

CAMERA – CLOSE UP mata Bagas, bergetar penuh horor.


CUT TO


75. INT. LIANG LAHAT – MIMPI (LANJUTAN)

PEMAIN ; BAGAS

Tiba-tiba tanah kembali menutup. Bagas terperangkap. Gelap total.

 

Ia menendang, berusaha keluar. Tapi semakin ia melawan, tanah semakin menekan dadanya. Napasnya makin sesak.

 

SFX: Suara tanah menimbun thuk... thuk... thuk...

 

Di tengah sesak itu, ia mendengar bisikan:

"Jangan ulangi... jangan ulangi... lihatlah azab mereka..."


CUT TO


76. INT. POS PENJAGA – SUBUH

PEMAIN ; BAGAS

Bagas tiba-tiba terbangun. Napasnya terengah, tubuhnya basah kuyup oleh keringat. Ia meraba dadanya – ada bekas luka bakar merah di kulitnya.

 

Matanya melebar. Ia sadar yang ia alami bukan sekadar mimpi.

CAMERA – ZOOM OUT: Bagas terduduk di pos, di luar jendela tampak matahari pagi menyinari kuburan. Tapi... makam orang yang mati kecelakaan itu benar-benar retak.

Bagas terdiam, wajahnya pucat.

FADE OUT.


77. EXT. MAKAM – PAGI

PEMAIN : BAGAS, PAK BOKIR

Kabut tipis masih menggantung di atas nisan-nisan. Suasana sunyi, hanya terdengar burung gagak sesekali terbang melintas.

 

Bagas duduk di pos jaga. Wajahnya pucat, mata merah, rambut berantakan. Tangannya masih gemetar memegang segelas kopi yang sudah dingin.

 

Dari arah jalan setapak, muncul PAK BOKIR, pria tua berpeci hitam, membawa cangkul di bahunya. Langkahnya tenang, sorot matanya dalam. Ia sudah lama jadi penjaga makam, wajahnya keras tapi ada wibawa.

 

PAK BOKIR
(seraya menaruh cangkul, menatap Bagas)
Heh, Bagas... mukamu kayak orang nggak tidur semalaman. Kau kenapa?

 

Bagas menatapnya, bibirnya bergetar.

 

BAGAS
Pak... aku... aku lihat sesuatu semalam.

 

Pak Bokir duduk di sebelahnya, menyalakan rokok kretek.

 

PAK BOKIR
(lugu, sambil menghisap)
Kalau cuma dengar suara... itu biasa. Kuburan emang nggak pernah sepi.

 

BAGAS
(bersuara lirih, menunduk)
Bukan cuma suara, Pak... tanah kubur itu retak... ada mayat keluar... tubuhnya hancur, berlumuran darah... dia bicara padaku... katanya itu azab zina...

 

CLOSE UP – wajah Bagas berkeringat, matanya penuh ketakutan.

Pak Bokir tidak kaget. Ia menatap jauh ke arah makam yang retak.

 

PAK BOKIR
(dengan nada berat)
Jadi... kau sudah melihatnya juga.

BAGAS
(terkejut)
Maksud Pak Bokir...?
 
PAK BOKIR
Ada mayat-mayat tertentu... yang nggak bisa tenang di dalam tanah. Dosa mereka berat... tiap malam arwahnya berteriak... tubuhnya menunjukkan azab yang sedang ditanggung. Itu bukan halusinasi. Itu nyata.
 

Bagas menelan ludah, wajahnya semakin pucat.

 

BAGAS
Jadi... aku benar-benar ada di dalam... liang lahat itu, Pak? Aku sesak... aku dengar jeritan mereka... bahkan ada bekasnya di tubuhku.

 

Bagas membuka sedikit kerah bajunya, memperlihatkan bekas merah seperti luka bakar di dada.

Pak Bokir menatapnya dalam, lalu mengangguk pelan.

 

PAK BOKIR
Itu tandanya... kau dipilih buat jadi saksi.
(sejenak terdiam, lalu melanjutkan)
Dulu, waktu pertama kali aku jaga di sini, aku juga diganggu. Hampir tiap malam mimpi dikubur hidup-hidup. Lama-lama... aku belajar nerima. Karena penjaga makam bukan cuma jaga nisan... tapi juga jadi saksi azab bagi mereka yang berdosa.

 

Bagas menunduk, napasnya memburu.

 

BAGAS
(suaranya serak)
Kalau begitu... apa aku bakal ngalamin ini tiap malam, Pak?

 

Pak Bokir menghembuskan asap rokok, matanya menatap tajam.

 

PAK BOKIR
Selama ada mayat yang tak diterima bumi... iya. Kau nggak bisa lari, Gas. Sekali kau jadi penjaga makam, kau harus kuat menahan pandangan ke akhirat.

 

CLOSE UP – wajah Bagas: matanya membesar, penuh ketakutan dan rasa tak percaya.

 

Tiba-tiba, angin berhembus kencang. Kabut semakin tebal, seolah ada yang mengintip dari balik nisan.


SFX: Samar-samar terdengar lagi bisikan lirih.
"Zina... darah... neraka... panas... sakit..."

 

Bagas langs

FADE OUT.

ung memegang kepala, wajahnya panik.

Pak Bokir hanya menghela napas panjang, menepuk bahu Bagas.

 

PAK BOKIR
(berbisik)
Biasakan telingamu, Nak. Karena malam ini... belum tentu lebih tenang dari semalam.

 

CAMERA – ZOOM OUT: Mereka berdua duduk di pos kecil, di tengah hamparan makam yang sepi namun terasa hidup.

 

CUT TO


78. EXT. AREA MAKAM – MALAM

PEMAIN ; BAGAS

Langit lebih gelap dari malam sebelumnya. Bulan tertutup awan tebal, hanya sesekali memantulkan cahaya pucat. Angin dingin menusuk tulang, membuat dedaunan berderak seperti bisikan.

Di pos kecil, Bagas duduk dengan wajah pucat. Ia berusaha membaca wirid dengan suara gemetar. Lampu petromak bergetar, cahayanya redup.

 

SFX: Crrkkk… ssshhhhh… – suara samar, seperti langkah menyeret kain panjang.

 

Bagas berhenti membaca. Nafasnya tercekat.

 

BAGAS
(berbisik, ketakutan)
Ya Allah… jangan lagi…

 

CAMERA – SLOW PAN menuju arah kanan makam. Ada satu kuburan baru, tanahnya masih merah. Batu nisan kayu sederhana bertuliskan:

“Aisyah binti Karim – 23 Tahun”

 

Tanah kubur itu mulai bergejolak.

SFX: Grrrrrkkk… brakk… brakk… – suara retakan tanah, bercampur jeritan perempuan.


CUT TO


79. EXT. DEPAN KUBUR – MALAM

PEMAIN ; BAGAS, MAYAT AISYAH

Tanah pecah. Perlahan muncul tangan putih pucat, dengan kuku panjang patah, jari-jarinya berdarah. Menyusul kepala seorang perempuan muda, rambutnya berantakan penuh tanah, wajahnya remuk seolah pecah kaca menancap, darah segar mengalir dari mulut.

 

Tubuhnya hanya terbungkus kain putih tipis, sobek-sobek, memperlihatkan luka-luka lebam di dada dan paha.

 

CLOSE UP – wajahnya mengerang kesakitan, matanya melotot merah.

 

MAYAT AISYAH
(dengan suara serak, terputus-putus)
…dosa… zina… tubuhku dirobek… panas… panas…!

 

Bagas mundur ketakutan, tangannya bergetar hebat.

 

BAGAS
(berteriak histeris)
Allahu Akbar!!!

 

CUT TO


80. INT. PANDANGAN BAGAS – SURRREAL

PEMAIN ; BAGAS, AISYAH

Tiba-tiba dunia berubah. Bagas tidak lagi berdiri di kuburan, melainkan di dalam sebuah kamar hotel gelap.

 

Di ranjang, tampak Aisyah (sebelum meninggal), masih muda, menangis terisak. Seorang pria samar memaksa mendekatinya. Tiba-tiba tabrakan keras terdengar – kaca pecah – lalu tubuh Aisyah terpental, wajahnya berlumur darah.

 

Bagas menutup mata, berteriak.

 

BAGAS
Tidaaaak!!!

 


CUT TO


 

 

 

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)