Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
87. INT. RUANG RESEPSIONIS PONDOK UTAMA- MALAM
Ibad, Vivi, dan Hendri di ruang resepsionis.
Ibad menelpon Erna lalu menggeleng tanda panggilan gagal.
IBAD
HENDRI
IBAD
VIVI
IBAD
VIVI
HENDRI
IBAD
VIVI
Cut To
88. INT. RUANG PENYEKAPAN - MALAM
Terlihat Erna dengan tangan terikat dan menggantung siuman dari pingsan lalu sadar sedang berada di ruangan gelap dan berantakan.
Terdengar suara lebih dari tiga orang berbincang menggunakan Bahasa Jawa dengan kata-kata yang tak bisa Erna dengar jelas, lalu suara perbincangan terdengar membentak, disusul suara gebrakan meja dan bentakan lainnya.
Erna berusaha membebaskan diri dari ikatan hingga tubuhnya berputar lalu terkejut melihat tubuh Pak Suleh yang juga menggantung dengan banyak darah dan luka.
Erna mendengar suara langkah kaki mendekat, membuatnya berhenti bergerak dan memejamkan mata lalu tirai di ujung ruangan tersibak hingga tampak sosok yang tak sempat Erna lihat.
Cut To
89. INT. LANTAI DUA PONDOK UTAMA - MALAM
Vivi menunggu di depan kamar sementara Hendri memastikan jendela ujung koridor sudah terkunci, lalu Ibad keluar dari kamar terujung, mengunci kamar dengan salah satu kunci dalam rencengan kunci.
IBAD
Hendri terlihat memandang keluar jendela karena melihat seberkas cahaya senter di luar.
Terdengar suara berdegub di bawah, membuat Hendri, Ibad, dan Vivi berpaling pandangan ke arah tangga, lalu Hendri memimpin langkah ke arah tangga, diikuti Ibad dan Vivi.
90. INT. RUANG RESEPSIONIS PONDOK UTAMA - MALAM
Hendri, Ibad, dan Vivi, turun tangga dengan wajah mengarah ke pintu keluar Pondok Utama. Vivi melambatkan langkahnya ketika sadar ada sosok terbaring di teras depan pintu.
Hendri dan Ibad melambatkan langkah menuju pintu keluar.
HENDRI
Ibad tampak berpikir lalu beranjak ke kamarnya.
VIVI
(Dengan raut panik dan bersandar pada tembok tangga)
Hendri lanjut melangkah lambat ke arah pintu kaca lalu meraut keterkejutan ketika sadar bahwa itu Bima.
HENDRI
Ibad mendekat dengan berlari ke belakang Hendri dengan balok dan gunting di kedua tangan lalu memberikan gunting pada Hendri.
Hendri membuka kunci pintu keluar dengan perlahan lalu memutar tuas pintu dengan tangan memegang gunting semakin meninggi untuk waspada, melangkah mendekati tubuh Bima lalu terkejut saat melihat mata Bima terbuka dengan leher tersayat, membuat Hendri tersentak mundur disusul jerit Vivi.
Cut To
91. EXT. PARKIRAN PULAU SETENGAH - MALAM
Terlihat dari atas Pondok Utama dan sekitarnya menunjukan suasana sepi mencekam.
Cut To
92. INT. RUANG RESEPSIONIS PONDOK UTAMA - MALAM
Vivi duduk di sofa dengan gelisah sementara Hendri sambil memegang gunting berdiri bersandar pada pegangan tangga sementara Ibad bersandar pada dinding ujung koridor sambil memegang balok kayu.
VIVI
HENDRI
VIVI
HENDRI
Terlihat jam dinding di ruang resepsionis menunjukan pukul 22:15
VIVI
HENDRI
VIVI
Hendri merautkan berpikir.
HENDRI
IBAD
(Dengan raut takut)
Ibad berjalan menyusuri koridor menunju kamarnya.
Cut To
93. INT. RUANG PENYEKAPAN - MALAM
Sosok msisterius yang baru masuk ke ruang penyekapan berjalan ke arah tubuh Pak Suleh yang menggantung lalu melepaskan ikatannya hingga tubuh Pak Suleh terjatuh.
Terlihat Erna terperanjat karena suara jatuh tubuh Pak Suleh namun menahan diri untuk tidak bersuara.
Sosok misterius menyeret tubuh Pak Suleh kelur ruangan.
Terlihat mata Erna terbuka untuk mengintip keadaan, ketika tirai tersibak Erna melihat sosok Pak Khair sekilas, kemudian tirai tertutup lagi membuat Erna berusaha melepaskan ikatan dari tangannya namun gagal.
Suara obrolan di ruang sebelah terdengar lagi.
Cut To
94. INT. KAMAR IBAD PONDOK UTAMA - MALAM
Ibad membuka pintu kamar lalu masuk, melihat ke arah kasur Awi dan melihat utaian kawat yang menjadi senjata pembunuh kemudian melihat ke arah jendela.
Ibad mendengar suara samar langkah kaki di balik jendela, membuatnya waspada dengan balok di tangan kemudian terdengar suara jendela berusaha dibuka dari luar, membuat Ibad langsung merambat selimut dari kasurnya kemudian berlari ke arah pintu, mengambil kunci, keluar, menutup pintu dan menguncinya.
Cut To
95. INT. RUANG RESEPSIONIS PONDOK UTAMA - MALAM
Hendri sedang melihat ke luar melalui kaca pintu Pondok Utama saat Ibad datang membawa selimut.
HENDRI
Terlihat raut Ibad yang panik lalu mengangguk.
IBAD
Tangan Hendri memutar kunci yang menggantung, memutar tuas pintu, mendorong pintu sambil keluar disusul Ibad yang melangkah cepat ke teras ke arah tubuh Bima lalu menutup bagian atas tubuh Bima dengan selimut, kemudian langsung melangkah mundur sambil tengok kanan dan kiri.
Hendri menutup lagi pintu ketika Ibad sudah kembali masuk lalu mengunci pintu dengan cepat.
Ibad menoleh ke arah kamarnya ketika berjalan mendekati sofa tempat Vivi sedang duduk dengan kaki naik ke sofa dan raut ketakutan.
IBAD
Terlihat Hendri dan Vivi saling tatap.
Cut To
96. INT. RUANG PENYEKAPAN - MALAM
Erna tergangtung denga tangan terikat lalu tirai tersibak membuatnya terperanjat.
Terlihat Pak Khair masuk ke ruang penyekapan membawa pisau dengan langkah perlahan dan wajah bengis terus menatap ke arah Erna.
ERNA
(Terisak-isak)
PAK KHAIR
Pak Khair mengayunkan tangannya.
Dip to Black
97. INT. RUANG RESEPSIONIS PONDOK UTAMA - MALAM
Terlihat jam dinding menunjukan pukul 01:50.
Wajah Vivi terlihat lelah menahan kantuk sambil duduk di sofa, sementara Hendri duduk di sebelahnya dengan gunting di tangan yang terlunglai di sandaran tangan samping sofa, sementara Ibad duduk di bawah bersandar pada pinggiran tangga dengan balok tergeletak di sampignya.
HENDRI
VIVI
HENDRI
Vivi, Hendri, dan Ibad tampak lelah dam berpikir.
VIVI
HENDRI
VIVI
IBAD
VIVI
Ibad terlihat menatap Vivi karena terkejut dengan pernyataannya.
HENDRI
IBAD
VIVI
HENDRI
VIVI
Terlihat raut Hendri yang murung.
Dip to Black