Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
55. INT. MOBIL AVANZA DIN JALAN DEPAN KANTOR DESA – SORE
Bima celingak-celinguk, memperhatikan rumah-rumah dan sekolah sekitar Kantor Desa.
Terlihat rumah-rumah warga dan sekolah di depan kantor desa yang tampak sepi.
Mobil Avanza yang dikemudikan Bima masuk ke area parkiran Kantor Desa dengan dua motor yang sama dengan ketika pertama kali Bima tiba di Kantor Desa.
Bima turun dari mobil Avanza menuju teras Kantor Desa.
BIMA
VO PAK KHAIR
Pak Khair keluar dari ruang Kantor Desa.
VO PAK KHAIR
BIMA
PAK KHAIR
BIMA
PAK KHAIR
BIMA
(Menunjukan kamera yang menyelempang)
PAK KHAIR
BIMA
PAK KHAIR
BIMA
PAK KHAIR
BIMA
PAK KHAIR
Pak Khair dan Bima berjalan menuju parkiran Kantor Desa.
PAK KHAIR
BIMA
Pak Khair terlihat mengangguk sambil terus berjalan menuju jalan raya, dengan Bima yang mengikuti di belakangnya.
Cut To
56. INT. RUMAH WARGA SEBERANG KANTOR DESA – SORE
Terlihat dari jendela rumah warga, Pak Khair dan Bima menyeberang jalan menuju sekolah.
Cut To
57. EXT. SEKOLAH SEBERANG KANTOR DESA – SORE
Pak Khair dan Bima berjalan di lapangan sekolah.
Pak Kahir dan Bima berjalan di koridor kelas.
Bima tertarik perhatiannya pada delapan orang anak kecil yang sedang latihan teater bersama Pak Guru untuk persiapan aacara ulang tahun PGB.
Terlihat raut anak-anak tersenyum kepada Bima.
Terlihat Bima tersenyum balik pada anak-anak dan mengangguk sapa pada Pak Guru.
PAK KHAIR
BIMA
DELAPAN ANAK-ANAK
Pak Khair dan Bima melanjutkan perjalan di koridor kelas lalu Pak Khair membuka satu pintu bertuliskan Lab Komputer.
Cut To
58. INT. SEKOLAH SEBERANG KANTOR DESA – SORE
Pak Khair masuk ke dalam Lab Komputer, Bima mengikuti di belakangnya.
PAK KHAIR
(Menekan tombol lampu di tembok dekat pintu)
BIMA
(Tampak takjub tak menyangka akan bagusnya lab)
PAK KHAIR
BIMA
(Mengangguk)
PAK KHAIR
BIMA
PAK KHAIR
BIMA
(Melakukan gerakan telunjuk melingkar)
PAK KHAIR
BIMA
PAK KHAIR
BIMA
Pak Khair mengangguk lalu berbalik badan menuju pintu Lab Komputer.
Bima berjalan ke komputer siswa terdekat, mencari tombol on pada CPU lalu menekannya ketika berhasil menemukan, kemudian duduk di kursi depan layar, melepas memorycard dari kamera.
Bima mengeluarkan ponsel dari sakunya lalu merekam diri sendiri dengan gaya ngevlog.
BIMA
(Terpotong karena suara gaduh dari kejauhan yang terdengar samar)
Terdengar suara langkah kaki samar-samar, menarik perhatian Bima hingga menoleh ke pintu dan terlihat raut Bima mendengar dengan seksama.
Terlihat layar komputer menyala ke tampilan desktop, lalu Bima menyandarkan ponselnya yang masih merekam menhadap ke wajahnya, memasukan memory card ke slot di CPU lalu melakukan transfer data yang ternyata lambat.
BIMA
(Melihat ke komputer guru di depan kelas.)
Bima bangkit dari depan komputer murid kemudian berjalan ke arah komputer guru, menekan tombol CPU, yang ketika nyala ternyata langsung membuat proyektor juga ikut menyala menerangi layar besar.
Terdengar suara jendela di ujung kelas, membuat Bima menoleh ke arah suara, membuatnya melihat daun jendela bergoyang seperti habis ada yang berusaha memasukan tubuhnya melalui jendela, kemudian Bima kembali menoleh ke cahaya di layar proyektor yang sudah menjadi gambar.
Cut To
59. EXT. DEPAN PONDOK KECIL – MALAM
Terlihat Erna, Vivi, Ibad, dan Hendri duduk di depan api unggun dengan masing-masing memegang cangkir masing-masing dengan suara latar ombak dan obrolan Awi serta Pak Sule yang sedang merokok sambil berkelakar.
HENDRI
VIVI
HENDRI
(Mengeluarkan ponsel dari saku lalu menelpon Bima)
Terlihat Vivi melihat layar ponselnya lalu memperlihatkannya pada Hendri.
VIVI
ERNA
VIVI
Erna menelepon Bima, tak lama menggeleng.
ERNA
Terlihat layar ponsel Erna, jari mencari nomor Pak Rendra dari histori panggilan, lalu Erna menempelkan ponsel pada telinganya, terdengar suara menunggu panggilan.
VO TELEPON PAK RENDRA
ERNA
VO TELEPON PAK RENDRA
ERNA
VO TELEPON PAK RENDRA
ERNA
VO TELEPON PAK RENDRA
ERNA
VO TELEPON PAK RENDRA
Terdengar suara panggilan berakhir, Erna terlihat melongo lalu menurunkan ponsel dari samping terlinganya.
VIVI
ERNA
Terlihat Vivi mengangguk lalu meminum kopi dari cangkirnya. dengan latar belakang Awi dan Pak Suleh.
Awi menghisap rokoknya lalu mengepulkan asap ke atas sambil tertarik perhatiannya ke pepohonan di dekat pantai, seperti melihat dua sosok manusia.
Pak Suleh melihat keterkejutan Awi.
PAK SULEH
AWI
(Lalu melihat lebih jauh ke arah laut)
PAK SULEH
AWI
PAK SULE
Awi mengangguk, lalu pandangannya mendapati gerakan lagi.
Terlihat samar sosok manusia masuk ke pepohonan di belakang Pondok Utama.
Erna melewati Pak Suleh dan Awi.
ERNA
PAK SULEH
AWI
Cut To
60. EXT. PARKIRAN PONDOK UTAMA – MALAM
Terlihat langit malam dengan bulan dan awan beriring suara debur ombak dan suara serangga malam lalu mengarah pada Pondok Utama.
Cut To
61. INT. KAMAR ERNA PONDOK UTAMA – MALAM
Terlihat Erna tidur berselimut lalu bergeser seolah menembus tembok Vivi tidur berselimut, Awi dan Ibad tidur, suara langkah kaki terdengar samar dari lantai dua.
Cut To
62. EXT. PARKIRAN PONDOK UTAMA – PAGI
Muncul teks H-5
Terlihat Erna dan Ibad keluar dari Pondok Utama berjalan ke arah restoran berpapasan dengan dua tukang yang membawa kaleng cat dan kotak perkakas.
Cut To
62. INT. RESTORAN PULAU SETENGAH – PAGI
Erna dengan raut panik dan Ibad yang murung masuk ke restoran yang sudah ada Vivid an Hendri sedang duduk di meja makan.
VIVI
ERNA
(Menggeleng lalu menempelkan ponsel pada telinga)
VIVI
ERNA
HENDRI
ERNA
(Erna melepas ponselnya dari samping telinga)
(Beralih pandangan pada Ibad)
(Beralih pandangna pada Hendri)
Vivi, Ibad, dan Hendri mengangguk, sementara Erna berpaling ke Pak Suleh yang sedang merokok bareng Awi.
ERNA
Pak Suleh mematikan rokoknya ke asbak lalu berdiri.
Cut To
63. INT. MOBIL AVANZA DI JEMBATAN PULAU SETENGAH – PAGI
Terlihat dari arah berseberangan mobil vendor alat snorkling dan mancing mengurangi kecepatan karena menunggu mobil Avanza yang dikendarai Erna dan Pak Suleh melintas.
Cut To
64. INT. MOBIL AVANZA JALAN DARI PULAU SETENGAH – PAGI
Terlihat dari arah kursi tengah Erna melihat ke pepohonan di jalan menuju Kantor Desa lalu perhatiannya terarah pada gerakan sosok yang terlihat samar di balik pepohonan. sampai Erna membalikan tubuhnya agar tetap bisa melihat sosok itu.
Pak Suleh terlihat memperhatikan Erna.
PAK SULEH
ERNA
(Menggeleng)
Terlihat Erna mengetik pesan pada ponselnya.
Cut To
65. INT. MOBIL AVANZA JALAN DEPAN KANTOR DESA – PAGI
Terlihat dari kursi penumpang, Kantor Desa dengan Pak Rendra, Pak Khair, Pak Guru, dan dua warga desa usia tua baru keluar dari ruangan Kantor Desa.
Cut To
66. EXT. PARKIRAN DEPAN KANTOR DESA – PAGI
Erna turun dari mobil Avanza langsung dihampiri oleh Pak Rendra dengan tergesa-gesa, namun pandangan Erna tetap pada Pak Khair dan dua warga di belakang Pak Rendra dengan raut cemas.
PAK RENDRA
Pak Suleh turun dari balik kemudi mobil Avanza lalu menyalakan rokok di belakang Erna.
ERNA
(Melihat ke arah Pak Khair yang mendekat)
PAK KHAIR
Erna melihat empat warga lain di belakang Pak Rendra dan Pak Khair.
ERNA
PAK RENDRA
Tidak ada yang lihat. Tapi Pak Sadam yang tinggal di samping sekolah sempat dengar ada suara mobil lewat ke arah Barat. Dan itu bisa jadi ke arah pulau.
Suara deru motor terdengar medekat dari arah Barat.
Terlihat Hendri dibonceng Lukman dengan raut panik.
HENDRI
(Raut ragu)
(Sambil menggerakan tangan ke arah datang)
Raut Erna terlihat panik ke arah Hendri.
Cut To
67. EXT. SIRKUIT CROSS – PAGI
Terlihat kaki Erna, Hendri, dan Operator Eskavator Mini di depan lubang yang bari digali, lalu terlihat badan dan kepalanya dari belakang kemudian Operator Eskavator dan Erna turun ke lubang, keduanya melihat ke pinggiran tanah berpasir.
Terlihat kain lusuh tersibak kemudian tulang jari dari pinggiran lubang.
Terlihat raut Erna menatap tajam ke arah tulang jari itu.
Operator Eskavator mencoba merauk pinggiran tanah lebih dalam, kemudian tulang jari itu lebih menunjukan wujudnya yang berupa pergelangan tangan, membuat Operator Eskavator bergidik ngeri.
Erna naik dari lubang ke atas berjalan ke arah Pondok Utama diikuti oleh Hendri, sementara Operator Eskavator naik dari lubang lalu berdiri di pinggiran lubang.
ERNA
HENDRI
ERNA
HENDRI
(Dengan raut takut namun mengangguk)
Cut To
68. EXT. DEPAN PONDOK UTAMA PULAU SETENGAH – SORE
Terlihat mobil kader anak cabang hendak meninggalkan parkiran Pondok Utama.
VO ERNA
VO TIGA KADER-KANDER ANAK CABANG
Terlihat mobil kader anak cabang melaju ke arah jembatan bersama dengan dua motor tukang, disususul mobil bak pembawa motor cross.
Cut To
69. EXT. DEPAN PONDOK UTAMA PULAU SETENGAH – SORE
Seperdelapan lingkar matahari tenggelam di cakrawala lautan.
Suara burung camar fade in dan fade out dengan suara jangkrik dan tongeret, bercampur suara debur ombak.
Cut To
70. INT. KAMAR IBAD & AWI – MALAM
Terlihat Ibad tidur di kasur berdipan sementara Awi tidur di kasur tanpa dipan.
Terdengar suara langkah kaki di lantai dua, membuat Ibad membuka mata dengan raut mencoba mendengar dengan seksama.
Ibad membuka naungan selimuat dari tubuhnya lalu duduk, kemudian melihat ke arah Awi lalu mengambil ponselnya untuk melihat jam.
Terlihat ponsel Ibad menunjukan pukul 23:10.
Suara langkah kaki terdengar lagi kemudian lebih gaduh dengan suara tumbukan pada tembok dan lantai, membuat Ibad bangun dari kasur lalu berjalan ke arah pintu.
Cut To
71. INT. KORIDOR LANTAI SATU PONDOK UTAMA – MALAM
Pintu kamar Ibad dan Awi terbuka, Ibad keluar kamar dengan ponsel di tangan kanannya, kemudian berjalan ke arah tangga menuju lantai dua kemudian menapakinya.
Cut To
72. INT. KORIDOR LANTAI DUA PONDOK UTAMA – MALAM
Ibad sampai di koridor lantai dua, menoleh ke arah kanan kemudian kiri, melihat pintu kamar-19 terbuka sedikit.
IBAD
(Sambil terus berjalan mendekati pintu kamar-19)
Ibad membuka pintu kamar-19 lebih lebar lalu melihat bagian dalam kamar yang kosong kemudian lanjut berjalan ke arah balkon., melihat ke kanan dan kiri kemudian ke arah lebih jauh ke arah pepohonan yang bergoyang.
Suara teriakan Vivi terdengar dari lanti satu.
Cut To
73. EXT. KAMAR IBAD & AWI – MALAM
Vivi terlihat duduk di samping kasur tempat Awi berbaring sambil menangis kemudian Ibad terlihat masuk ke kamar dengan wajah panik.
Terlihat Ibad mendekati Vivi yang terisak-isak lalu teriak keras sekali lagi , lalu terlihat Awi yang terbaring mangap dengan bekas jeratan di leher, kemudian jendela yang terbuka.
Erna, Hendri, dan Pak Suleh masuk kamar dengan bergegas.
Terlihat tubuh Awi dari atas kemudian terlihat semua orang di dalam kamar.
Dip to Black
74. INT. RUANG RESEPSIONIS PONDOK UTAMA – MALAM
Erna Vivi di ruang resepsionis dengan semua wajah murung saat Pak Rendra dan Mas Nazar masuk ke Pondok Utama, kemudian Hendri mengunci pintu Pondok Utama.
Ibad dan Pak Suleh datang bergabung dari lantai dua.
IBAD
PAK SULEH
Semua mata tertuju pada Erna yang berdiri terpaku dengan tangan bergetar sambil memegang cangkir berisi air hangat, dengan raut sedang berpikir.
ERNA
(Menghela napas dulu)
HENDRI
ERNA
Terlihat Hendri dan Vivi melihat ke arah Erna lebih tajam lagi, kemudian Erna melihat ke arah Pak Rendra lalu Bang Nazar.
PAK RENDRA
Semua orang melihat ke arah Nazar.
NAZAR
(Menggeleng lalu melihat ke sekitar ruangan dan ke lantai dua, berkata terbata-bata)
HENDRI
ERNA
(Terlihat semua terdiam)
(Erna melihat Hendri dan Ibad yang gusar)
(Raut berpikir sebentar kemudian melihat ke arah Vivi)
(Melihat ke arah Hendri)
(Melihat ke arah Ibad)
Vivi, Hendri, dan Ibad terlihat menunduk diam.
(Pandangan berpaling ke arah Pak Rendra kemudian Nazar)
(Raut wajah Erna menjadisangat judes)
HENDRI
PAK RENDRA
(Seolah ingin mengatakan satu kata lagi)
HENDRI
PAK RENDRA
(Melihat ke arah Erna)
Terlihat Nazar mengangguk bersunguh-sungguh.
PAK RENDRA
Erna mengusap air matanya lalu mengangguk kecil kemudian melihat ke semua panitia.
ERNA
(Menoleh ke arah Nazar)
Nazar terlihat mengagguk kecil.
Dip to Black