Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
EXT/INT. DEPAN RUMAH HIDAYAT PRATAMA/MOBIL — MALAM
Sebuah mobil berhenti didepan sebuah rumah. Sebuah perumahan, tampak sepi. Ciri khas sebuah perumahan, hanya ada mobil-mobil yang teparkir diluar rumah.
Dari dalam mobil, Hidayat berada di kursi penumpang, sedang memikirkan sesuatu. Sementara Toni berada dibalik kemudi, hanya menunggu, melihat Hidayat melalui kaca tengah mobil.
HIDAYAT PRATAMA
AGUS
Ada jeda di antara mereka.
HIDAYAT PRATAMA
AGUS
Hidayat masih memandang kearah luar jendela. Ia melamun, masalah ini lebih rumit dari yang ia kira.
HIDAYAT PRATAMA
AGUS
Hidayat turun dari mobil. Ia berjalan masuk kedalam rumah. Meninggalkan Agus sendirian didalam mobil. Ia mengambil handphonenya, mencoba untuk menelpon Toni.
Dari belakang mobil, seorang dengan Jaket Ojek Online, Arifin berjalan mendekati mobil itu. Ia melihat sekitar, dengan tenang mendekati tempat Agus duduk.
Arifin mengetok kaca mobil, Agus yang sedang menelepon melihatnya, tidak terlihat wajah Arifin karena ia berdiri, tidak menyesuaikan tinggi dengan kaca mobil. Agus menurunkan kaca mobil --
Dengan cepat, Arifin menusuk leher Agus dengan Pisau. Agus dengan tangan kirinya berusaha menahan tangan Arifin, percuma Arifin menekan Pisau lebih dalam lagi. Membuat Agus tidak bergerak lagi, cengkaramnya melemah.
Handphone yang dipegangnya, jatuh. Agus tidak bisa melawan lagi, ia sudah tidak bernyawa. Arifin dengan tatapan dingin, melihat Agus yang memegang lehernya, darah keluar dari sana.
Arifin membuka pintu, menaikan kaca, ia mengambil handphone dan pistol Agus, kemudian menutup pintu mobil. Ia berjalan masuk kedalam rumah Hidayat.
INT. RUANG KERJA - RUMAH HIDAYAT PRTAMA — MALAM
Hidayat masuk kedalam ruang kerjanya, ia berhenti, ada Arifin yang berada di meja kerjanya, sedang membaca sebuah BUKU CATATAN diatas meja.
Dengan tenang, Hidayat berjalan menuju meja kerjanya, ia duduk didepan Arifin.
Mereka saling melihat, dingin.
HIDAYAT PRATAMA
Arifin tidak menjawab, melihat Hidayat dengan datar.
HIDAYAT PRATAMA
Arifin tidak menjawab. Ia masih melihat Kasuari.
HIDAYAT PRATAMA
ARIFIN
HIDAYAT PRATAMA
Ada jeda di antara mereka.
HIDAYAT PRATAMA
ARIFIN
HIDAYAT PRATAMA
Arifin tidak menjawab pertanyaannya, ia hanya diam.
HIDAYAT PRATAMA
ARIFIN
HIDAYAT PRATAMA
ARIFIN
HIDAYAT PRATAMA
ARIFIN
HIDAYAT PRATAMA
Ada jeda di antara mereka.
ARIFIN
HIDAYAT PRATAMA
ARIFIN
Hidayat melihat Buku Catatan di depannya.
HIDAYAT PRATAMA
Arifin hanya melihat Hidayat, datar.
HIDAYAT PRATAMA
Arifin menutup buku catatan itu.
HIDAYAT PRATAMA
Arifin berdiri, ia berjalan kearah Hidayat, masih mengarahkan Pistol kepadanya. Ia mengambil tangan Hidayat, memindahkan Pistol ke tangannya, mengarahkan Pistol itu kepalanya.
Arifin melihat Hidayat dengan datar. Hidayat tidak melakukan perlawanan sedikit pun, ia mengikuti semua gerakan yang dilakukan Arifin.
HIDAYAT PRATAMA
Pistol sudah menempel ke samping kepala Hidayat --
POP --
Tembakan di lepaskan, suara Pistol terdengar. Hidayat jatuh ke samping, Arifin melihatnya dengan datar. Ia meletakkan tangan beserta Pistol yang dipegang Hidayat keatas meja. Arifin memindahkan buku catatan itu sisi tempat Hidayat duduk.
Ia berjalan keluar ruang kerja.
INT. RUANG KERJA - RUMAH KASUARI — MALAM
Kasuari sedang berbicara di telepon, ia terlihat serius sekali.
Didepan mereka ada Ayu dan Fahmi yang melihat Kasuari dengan serius, ingin mengetahui apa yang ia bicarakan di telepon.
KASUARI RAHMAT
Kasuari menutup telepon, ia berpikir sesuatu.
FAHMI
KASUARI RAHMAT
Fahmi senang mendengarnya, Ia memberikan selamat kepada Arifin, begitu juga dengan Ayu yang kegirangan mendengar berita tersebut.
Tapi tidak dengan Kasuari, ia terlihat masih berpikir sesuatu, seperti tidak senang atas apa yang terjadi kepadanya. Hanya dia saja yang tidak bahagia atas kabar ini.
EXT. DEPAN BASE CAMP KASUARI RAHMAT — PAG
Sebuah sepeda motor berhenti, didepan bangunan itu terpajang, sebuah baliho besar, bertuliskan:
"PENETAPAN CALON WALIKOTA KASUARI RAHMAT"
Banyak orang-orang yang berkumpul didepan bangunan itu, mereka memakai kaos putih bergambar Kasuari beserta slogan para pendukungnya.
Arifin turun dari motornya, ikut masuk kedalam bangunan itu. Berbaur bersama para pendukung Kasuari.
INT. BASE CAMP KASUARI RAHMAT — PAGI
Orang-orang berbicara satu sama lain, ruangan itu menjadi ramai.
Didepan, Kasuari bersama-sama dengan orang-orang, ia memakai baju relawan pendukung dirinya, sementara orang-orang lain yang berdiri di sebelahnya, memakai Pakaian Dinas Harian Partai Politik yang mengusungnya, Putih.
Mereka mengangkat tangan bersama-sama, disertai dengan teriakan dan tepuk tangan yang mendukung Kasuari, mereka juga meneriakan nama Kasuari. Hari yang berbahagia untuk semua orang.
Diantara kerumunan itu, ada Mawar, Fahmi dan Ayu yang berada samping kusi panjang itu, mereka terpisah, tampak Ayu dan Fahmi yang tersenyum bahagia, melihat Kasuari, mereka juga mengacukan tangan ke udara, sesekali meneriaki nama Kasuari. Mawar hanya melihat datar yang ada di depannya, walaupun ia berusaha untuk berbahagia hari ini.
Dari belakang kerumunan orang-orang, Arifin muncul, melihat apa yang terjadi di depannya, ia melihat dengan datar. Ia melihat Kasuari yang berbahagia, setelah itu ia pergi dari tempat itu, menghilang.
EXT. HALAMAN BELAKANG - RUMAH KASUARI RAHMAT — SIANG
Orang-orang berbicara satu sama lain. Makanan dihidangkan, ada acara di rumah Kasuari, untuk merayakan keberhasilan Kasuari menjadi calon Walikota, mengalahkan Ilham Pramono. Diantara mereka ada Ayu yang sedang berbicara dengan tamu undangan.
Dari dalam rumah, Mawar berjalan mendekati Ayu yang sedang berbicara kepada para tamu, Mawar bergabung dengan mereka.
EXT. DEPAN RUMAH KASUARI RAHMAT — SIANG
Arfin berjalan kearah rumah Kasuari.
Ia berbicara dengan Joko yang berada didepan rumah, mereka saling kenal.
INT. RUANG KERJA - RUMAH KASUARI RAHMAT — SIANG
Kasuari sedang berada di ruang kerjanya, ia sedang menerima panggilan telepon, berbicara dengan seseorang --
KASUARI RAHMAT
Panggilan di matikan, Kasuari tersenyum setelah menerima panggilan itu. Didepannya, Fahmi menunggu Kasuari berbicara --
KASUARI RAHMAT
Fahmi tersenyum, puas, mendengarnya.
Tapi senyum Kasuari perlahan menghilang, ia berpikir sesuatu, Fahmi menyadarinya.
FAHMI
KASUARI RAHMAT
FAHMI
KASUARI RAHMAT
Fahmi berlalu pergi, ia keluar dari ruang kerja Kasuari.
Kasuari mengambil handphonenya diatas meja, ia memencet sesuatu disana, menempelkan benda itu ketelinganya. Terdengar nada masuk telepon.
KASUARI RAHMAT
ARIFIN (V.O)
Kasuari hanya diam, mendengarnya. Sesuatu terjadi kepada Hidayat, Ia mencoba untuk tenang, sambil mengenali suara lawan bicaranya.
KASUARI RAHMAT
ARIFIN (V.O)
Ada jeda di antara mereka.
KASUARI RAHMAT
ARIFIN (V.O)
INT. RUANG TENGAH - RUMAH KASUARI RAHMAT — SIANG
Arifin berdiri di pintu kaca, pembatas antara ruang tengah dan halaman belakang rumah Kasuari, ia melihat tamu undangan yang sudah semakin ramai.
Ia melihat juga Ayu dan Mawar yang berbicara dengan tamu undangan dari balik kaca. Matanya tertuju kepada Mawar yang sedang berbicara kepada seorang perempuan seumuran mereka. Arifin melihatnya, datar.
KASUARI RAHMAT (V.O)
ARIFIN
Para tamu tidak memperhatikan Arifin, begitu juga Ayu dan Mawar.
INTERCUT ANTARA ARIFIN DAN KASUARI
Kasuari diam, ia mengenali suara ini, suara yang tidak asing di telinganya, nada bicara dan gayanya. Ia tetap tenang.
KASUARI RAHMAT
ARIFIN
Arifin melihat Mawar yang berjalan ke meja. Mawar mengambil makanan dari sana, ia melihat sekitar, memakan kue yang ia pegang, sesaat ia melihat kearah jendela ruang tengah --
Ia melihat Arifin, yang sedang berbicara dengan Kasuari. Mereka melakukan kontak mata, lama sekali. Hanya melihat saja.
KASUARI RAHMAT
Arifin mematikan panggilan itu, ia masih memperhatikan Mawar dari balik kaca.
Dari luar, Mawar diam, masih melihat Arifin. Kakinya melangkah ke depan --
Arifin pergi dari tempatnya, berjalan menuju ruang kerja Kasuari.
Mawar berhenti, ia diam ditempat. Masih melihat tempat Arifin berdiri tadi.
INT. RUANG KERJA - RUMAH KASUARI RAHMAT — SIANG
Arifin berjalan menuju meja kerja Kasuari. Orang yang mengajakanya sedang duduk di kursi, menunggu kedatangannya. Mereka akan menyelesaikan masalah ini, apapun yang terjadi.
Arifin duduk di kursi, mereka tidak bicara, hanya saling melihat, lama sekali.
KASUARI RAHMAT
Tidak ada jawaban dari Arifin, masih melihatnya dengan datar.
KASUARI RAHMAT
ARIFIN
KASUARI RAHMAT
ARIFIN
Kasuari tidak menjawab, ia diam.
ARIFIN
KASUARI RAHMAT
Ada jeda di antara mereka.
ARIFIN
KASUARI RAHMAT
Arifin tidak menjawab, ia diam, melihat Kasuari, datar.
KASUARI RAHMAT
ARIFIN
KASUARI RAHMAT
ARIFIN
KASUARI RAHMAT
ARIFIN
Kasuari berdiri, ia berjalan menuju tempat Arifin duduk, ia berdiri di depannya. Ia mempersilahkan Arifin untuk berdiri --
KASUARI RAHMAT
Arifin berdiri, ia berjalan didepan Kausari --
Dengan cepat, Kasuari mengeluarkan pisau dari celananya, mengarahkan ke badan Arifin. Arifin menyadari, berbalik, membuat Kasuari menusuk perutnnya, di tempat luka tusuk yang sudah dijahit sebelumnya, cukup dalam.
Arifin menahan tangan Kasuari, ia menarik pisau itu keluar dari perutnya, dengan cepat Arifin menarik tangan Kasuari dan menusuk tangannya dengan pisau itu diatas meja. Kasuari menjerit, kesakitan. Sementara Arifin memegang perutnya, bajunya terdapat bercak darah dan basah, menahan sakit.
Arifin melihat Kasuari dengan datar. Dari tangan Kasuari, keluar darah. Kasuari tidak melakukan apa-apa, ia hanya menahan sakit.
Arifin berjalan menuju pintu keluar, sambil memegang perutnnya.
INT. RUANG TENGAH - RUMAH KASUARI — SIANG
Arifin berjalan keluar ruang kerja Kasuari, sambil memegang perutnya.
Dari belakang terdengar pembawa acara mengatakan acara akan segera dimulai.
Arifin berjalan menuju pintu keluar rumah.
Ia bersandar di dinding rumah itu sebentar, ia berhenti, kemudian ia keluar rumah, tanpa melihat kebelakang sekalipun.
Kemudian, Mawar berjalan masuk kedalam rumah, ia melihat sekitar, tak ada orang di ruangan itu.
Ia berjalan menuju ruangan Kasuari.
INT. RUANG KERJA - RUMAH KASUARI — SIANG
Pintu ruang kerja Kasuari terbuka, Mawar masuk kedalam, ia melihat Kasuari, datar.
Sementara Kasuari, memegang tangannya, darah mengalir dari tangannya, kedua tangannya sudah berwarna merah. Ia sudah melepaskan pisau dari tangannya itu.
Mereka tidak bicara, hanya melihat, Kasuari tidak bisa menyembunyikan lagi apa yang terjadi pada dirinya dan Arifin. Keluarga dan semuanya akan mengetahuinya, ia hanya menunduk, menahan sakit.
Didepannya, Mawar melihat Ayahnya itu dengan dingin.
EXT. PINGGIR JALAN — SIANG
Motor Arifin berada di pinggir jalan, ia berhenti di sebuah perumahan yang sepi, tidak ada orang disana.
Ia bersandar kepada sebuah Pohon di pinggir jalan, didepan sebuah rumah yang tidak ada orangnya. Ia terlihat lemah, kemudian, ia mengangkat bagian bawah bajunya yang kemerahan, terlihat jahitan lukanya terlepas karena tusukan tadi, membuat lukanya semakin dalam. Darah mengalir deras dari sana.
Arifin menutup lukanya dengan tangan. Terlihat darah yang keluar dari celah-celah tangannya jatuh kebawah tanah.
Dengan pelan, Arifin mengeluarkan handphone dari kantong celananya, ia memencet sesuatu disana, dengan pelan. Ia meletakkan handphonenya di tanah.
Dengan ekspresi menahan rasa sakitnya. Ia hanya bersandar, bernafas dengan pelan, ia sendirian disana. Ia melihat kearah depan dengan kosong, ia termenung.
DISSOLVE TO:
EXT. PINGGIR JALAN — SORE
Mawar keluar dari bangunan tempat ia bekerja, ia berjalan ke pinggir jalan.
Ia membuka kontak handphonenya, mencari kontak, tertulis:
ARIFIN.
Mawar melihatnya, ia meneleponnya, nada masuk telepon terdengar, tapi tidak diangkat. Operator yang menjawabnya.
Mawar memanggilnya lagi, masih sama, nada sambung terdengar, Arifin belum mengganti nomornya yang lama.
Terdengar nada sambung...
EXT. JALAN - BERGERAK — MALAM
Arifin mengendarai motornya. Lengkap dengan Jaket Ojek Online. Dibelakangnya, ada penumpang, PEREMPUAN, mereka tidak saling bicara, tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing.
Arifin mempercepat laju motornya.
EXT. JALAN - BERGERAK — MALAM
Suasana malam perkotaan, lampu-lampu jalan yang bercahaya kuning.
Kendaraan yang melintas di jalan-jalan. Bunyi klakson kendaraan. Lampu lalu lintas yang berdiri di pinggir jalan. Para pedagang kaki lima yang berjualan di pinggir jalan, semuanya bercampur menjadi satu malam ini.
Arifin mengendarai motornya, dengan ciri khasnya, dengan pandangan lurus ke depan, datar. Sesekali ia melihat sekitar melalui kaca spionnya.
Kemudian ia melihat kedepan lagi, datar.
FADE OUT