Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Ojek
Suka
Favorit
Bagikan
9. Bagian 9

EXT/INT. DEPAN RUMAH HIDAYAT PRATAMA/MOBIL — MALAM

Sebuah mobil berhenti didepan sebuah rumah. Sebuah perumahan, tampak sepi. Ciri khas sebuah perumahan, hanya ada mobil-mobil yang teparkir diluar rumah.

Dari dalam mobil, Hidayat berada di kursi penumpang, sedang memikirkan sesuatu. Sementara Toni berada dibalik kemudi, hanya menunggu, melihat Hidayat melalui kaca tengah mobil.

HIDAYAT PRATAMA

Belum ada kabar dari Toni?

AGUS

Belum, Pak. Dia bilang dia udah selesain tugasnya, tapi dia masih cari kurir. Kurir itu tidak ada di kosnya.

Ada jeda di antara mereka.

HIDAYAT PRATAMA

Ini tidak bagus buat kita, Agus.

AGUS

Saya akan suruh yang lain bantu Toni, Pak.

Hidayat masih memandang kearah luar jendela. Ia melamun, masalah ini lebih rumit dari yang ia kira.

HIDAYAT PRATAMA

Selesaikan semuanya secepat mungkin, jangan biarkan dia mengganggu apa yang sudah kita punya.

AGUS

Baik, Pak.

Hidayat turun dari mobil. Ia berjalan masuk kedalam rumah. Meninggalkan Agus sendirian didalam mobil. Ia mengambil handphonenya, mencoba untuk menelpon Toni.

Dari belakang mobil, seorang dengan Jaket Ojek Online, Arifin berjalan mendekati mobil itu. Ia melihat sekitar, dengan tenang mendekati tempat Agus duduk.

Arifin mengetok kaca mobil, Agus yang sedang menelepon melihatnya, tidak terlihat wajah Arifin karena ia berdiri, tidak menyesuaikan tinggi dengan kaca mobil. Agus menurunkan kaca mobil --

Dengan cepat, Arifin menusuk leher Agus dengan Pisau. Agus dengan tangan kirinya berusaha menahan tangan Arifin, percuma Arifin menekan Pisau lebih dalam lagi. Membuat Agus tidak bergerak lagi, cengkaramnya melemah.

Handphone yang dipegangnya, jatuh. Agus tidak bisa melawan lagi, ia sudah tidak bernyawa. Arifin dengan tatapan dingin, melihat Agus yang memegang lehernya, darah keluar dari sana.

Arifin membuka pintu, menaikan kaca, ia mengambil handphone dan pistol Agus, kemudian menutup pintu mobil. Ia berjalan masuk kedalam rumah Hidayat.

INT. RUANG KERJA - RUMAH HIDAYAT PRTAMA — MALAM

Hidayat masuk kedalam ruang kerjanya, ia berhenti, ada Arifin yang berada di meja kerjanya, sedang membaca sebuah BUKU CATATAN diatas meja.

Dengan tenang, Hidayat berjalan menuju meja kerjanya, ia duduk didepan Arifin.

Mereka saling melihat, dingin.

HIDAYAT PRATAMA

Apa kamu sudah bertemu Toni dan Agus? Saya rasa kamu sudah bertemu mereka.

Arifin tidak menjawab, melihat Hidayat dengan datar.

HIDAYAT PRATAMA

Ketika Surya bilang tentang kamu, saya tidak percaya, apa yang bisa dilakukan seorang tukang ojek terhadap beberapa orang polisi, tapi saya salah tentang kamu.

Arifin tidak menjawab. Ia masih melihat Kasuari.

HIDAYAT PRATAMA

Kamu dan saya tidak berbeda, Arifin. Kita sama-sama terjebak dalam situasi ini, dan kamu, kamu salah memilih pekerjaan. Saya melakukan ini karena tidak punya pilihan lain.

ARIFIN

Kita semua punya pilihan. Tak terkecuali saya dan Bapak.

HIDAYAT PRATAMA

Bohong, itu semua bohong. Apa yang kamu dapatkan kalau kamu tidak punya ambisi dalam hidup, Arifin. Begitu kamu punya uang, kamu bisa melakukan apapun yang kamu mau, itu hidup. Yang terkuat itulah yang akan bertahan.

Ada jeda di antara mereka.

HIDAYAT PRATAMA

Saya sudah punya apa yang saya inginkan, saya mendapatkannya dengan ambisi, bukan dengan kerendahan hati. Orang-orang akan menghormati kita kalau kita punya kuasa, Arifin. Tidak peduli bagaimana kamu mendapatkanya, saya tidak bisa membedakan lagi yang mana halal dan haram. Itu tidak penting lagi sekarang.

ARIFIN

Apa keluarga Bapak tahu?

HIDAYAT PRATAMA

Mereka?, tidak. Mereka semua sama seperti orang-orang, hanya bisa menuntut, mereka tidak peduli bagaimana saya harus mencarinya. Katakan kepada saya, Arifin, apakah kamu puas dengan kehidupan kamu sekarang?.

Arifin tidak menjawab pertanyaannya, ia hanya diam.

HIDAYAT PRATAMA

Saya tidak menyesal melakukannya, saya bisa mendapatkan apa yang saya inginkan dan rasakan. Saya tidak pernah menyesal atas apapun.

ARIFIN

Termasuk membunuh Perempuan di rumah sakit?

HIDAYAT PRATAMA

Itu harus dilakukan Arifin, mereka harus mati, agar kamu tahu siapa yang kamu hadapi sekarang. Mereka hanya tidak beruntung berhubungan degan kamu, seperti kamu yang tidak beruntung berhubungan dengan Surya.

ARIFIN

Kenapa Bapak membongkar operasi Surya?

HIDAYAT PRATAMA

Saya hanya ingin memberi pelajaran kepada dia. Dia harus tahu berurusan dengan siapa. Dia harus hormat kepada saya.

ARIFIN

Dan uang yang Bapak ambil dari dia?

HIDAYAT PRATAMA

Uang itu bukan untuk saya, untuk rekan bisnis saya. Uang itu sudah berada di Kasuari Rahmat, akan dipakai untuk pemilu Walikota.

Ada jeda di antara mereka.

ARIFIN

Apa dia tahu tentang ini?

HIDAYAT PRATAMA

Iya. Yang tahu masalah ini hanya saya, kamu dan dia sekarang. Akan lebih baik kita selesaikan masalah ini baik-baik, kamu bisa mendapatkan apa yang kamu inginkan, saya bisa memberikan semuanya. Kita bisa menganggap masalah ini tidak pernah ada.

ARIFIN

Dan Buku ini?

Hidayat melihat Buku Catatan di depannya.

HIDAYAT PRATAMA

Sebagai jaminan saya kalau dia melakukan sesuatu yang bisa mengancam saya.

Arifin hanya melihat Hidayat, datar.

HIDAYAT PRATAMA

Hubungan kami hanya sebatas bisnis, tidak lebih. Walaupun begitu, kami tidak percaya satu sama lain, tidak ada hubungan pertemanan dalam bisnis kita ini, Arifin. Kita sama-sama tahu itu.

Arifin menutup buku catatan itu.

HIDAYAT PRATAMA

Kalau kamu membunuh saya, percuma. Mereka akan memberikan saya kenaikan pangkat, orang-orang akan menghormati dan mengenang apa yang saya lakukan.

Arifin berdiri, ia berjalan kearah Hidayat, masih mengarahkan Pistol kepadanya. Ia mengambil tangan Hidayat, memindahkan Pistol ke tangannya, mengarahkan Pistol itu kepalanya.

Arifin melihat Hidayat dengan datar. Hidayat tidak melakukan perlawanan sedikit pun, ia mengikuti semua gerakan yang dilakukan Arifin.

HIDAYAT PRATAMA

Saya tidak menyesal melakukannya, Arifin. Saya melakukan untuk melindungi apa yang saya punya. Kamu harus tahu itu.

Pistol sudah menempel ke samping kepala Hidayat --

POP --

Tembakan di lepaskan, suara Pistol terdengar. Hidayat jatuh ke samping, Arifin melihatnya dengan datar. Ia meletakkan tangan beserta Pistol yang dipegang Hidayat keatas meja. Arifin memindahkan buku catatan itu sisi tempat Hidayat duduk.

Ia berjalan keluar ruang kerja.

INT. RUANG KERJA - RUMAH KASUARI — MALAM

Kasuari sedang berbicara di telepon, ia terlihat serius sekali.

Didepan mereka ada Ayu dan Fahmi yang melihat Kasuari dengan serius, ingin mengetahui apa yang ia bicarakan di telepon.

KASUARI RAHMAT

Baik, terimakasih.

Kasuari menutup telepon, ia berpikir sesuatu.

FAHMI

Apa yang mereka bilang, Pak?

KASUARI RAHMAT

Mereka akan menetapkan saya sebagai calon walikota.

Fahmi senang mendengarnya, Ia memberikan selamat kepada Arifin, begitu juga dengan Ayu yang kegirangan mendengar berita tersebut.

Tapi tidak dengan Kasuari, ia terlihat masih berpikir sesuatu, seperti tidak senang atas apa yang terjadi kepadanya. Hanya dia saja yang tidak bahagia atas kabar ini.

EXT. DEPAN BASE CAMP KASUARI RAHMAT — PAG

Sebuah sepeda motor berhenti, didepan bangunan itu terpajang, sebuah baliho besar, bertuliskan:

"PENETAPAN CALON WALIKOTA KASUARI RAHMAT"

Banyak orang-orang yang berkumpul didepan bangunan itu, mereka memakai kaos putih bergambar Kasuari beserta slogan para pendukungnya.

Arifin turun dari motornya, ikut masuk kedalam bangunan itu. Berbaur bersama para pendukung Kasuari.

INT. BASE CAMP KASUARI RAHMAT — PAGI

Orang-orang berbicara satu sama lain, ruangan itu menjadi ramai.

Didepan, Kasuari bersama-sama dengan orang-orang, ia memakai baju relawan pendukung dirinya, sementara orang-orang lain yang berdiri di sebelahnya, memakai Pakaian Dinas Harian Partai Politik yang mengusungnya, Putih.

Mereka mengangkat tangan bersama-sama, disertai dengan teriakan dan tepuk tangan yang mendukung Kasuari, mereka juga meneriakan nama Kasuari. Hari yang berbahagia untuk semua orang.

Diantara kerumunan itu, ada Mawar, Fahmi dan Ayu yang berada samping kusi panjang itu, mereka terpisah, tampak Ayu dan Fahmi yang tersenyum bahagia, melihat Kasuari, mereka juga mengacukan tangan ke udara, sesekali meneriaki nama Kasuari. Mawar hanya melihat datar yang ada di depannya, walaupun ia berusaha untuk berbahagia hari ini.

Dari belakang kerumunan orang-orang, Arifin muncul, melihat apa yang terjadi di depannya, ia melihat dengan datar. Ia melihat Kasuari yang berbahagia, setelah itu ia pergi dari tempat itu, menghilang.

EXT. HALAMAN BELAKANG - RUMAH KASUARI RAHMAT — SIANG

Orang-orang berbicara satu sama lain. Makanan dihidangkan, ada acara di rumah Kasuari, untuk merayakan keberhasilan Kasuari menjadi calon Walikota, mengalahkan Ilham Pramono. Diantara mereka ada Ayu yang sedang berbicara dengan tamu undangan.

Dari dalam rumah, Mawar berjalan mendekati Ayu yang sedang berbicara kepada para tamu, Mawar bergabung dengan mereka.

EXT. DEPAN RUMAH KASUARI RAHMAT — SIANG

Arfin berjalan kearah rumah Kasuari.

Ia berbicara dengan Joko yang berada didepan rumah, mereka saling kenal.

INT. RUANG KERJA - RUMAH KASUARI RAHMAT — SIANG

Kasuari sedang berada di ruang kerjanya, ia sedang menerima panggilan telepon, berbicara dengan seseorang --

KASUARI RAHMAT

Terimakasih, Pak. Saya hargai donasi, Bapak. Selamat siang.

Panggilan di matikan, Kasuari tersenyum setelah menerima panggilan itu. Didepannya, Fahmi menunggu Kasuari berbicara --

KASUARI RAHMAT

Mereka sudah mencairkan dananya. Mereka bilang, begitu kita di tetapkan KPU, kita akan mendapatkan sisanya.

Fahmi tersenyum, puas, mendengarnya.

Tapi senyum Kasuari perlahan menghilang, ia berpikir sesuatu, Fahmi menyadarinya.

FAHMI

Apa yang Bapak pikirkan?

KASUARI RAHMAT

Hidayat, sampai sekarang belum ada kabar dari dia.

FAHMI

Saya akan coba hubungi dia, Pak.

KASUARI RAHMAT

Tidak usah, biar saya saja.

Fahmi berlalu pergi, ia keluar dari ruang kerja Kasuari.

Kasuari mengambil handphonenya diatas meja, ia memencet sesuatu disana, menempelkan benda itu ketelinganya. Terdengar nada masuk telepon.

KASUARI RAHMAT

Halo, Hidayat?

ARIFIN (V.O)

Dia tidak bisa terima telepon.

Kasuari hanya diam, mendengarnya. Sesuatu terjadi kepada Hidayat, Ia mencoba untuk tenang, sambil mengenali suara lawan bicaranya.

KASUARI RAHMAT

Apa yang harus membuat saya percaya sama kamu?

ARIFIN (V.O)

Dia mati.

Ada jeda di antara mereka.

KASUARI RAHMAT

Apa kamu kurir yang di cari Hidayat?

ARIFIN (V.O)

Iya.

INT. RUANG TENGAH - RUMAH KASUARI RAHMAT — SIANG

Arifin berdiri di pintu kaca, pembatas antara ruang tengah dan halaman belakang rumah Kasuari, ia melihat tamu undangan yang sudah semakin ramai.

Ia melihat juga Ayu dan Mawar yang berbicara dengan tamu undangan dari balik kaca. Matanya tertuju kepada Mawar yang sedang berbicara kepada seorang perempuan seumuran mereka. Arifin melihatnya, datar.

KASUARI RAHMAT (V.O)

Kita perlu bicara.

ARIFIN

Acara yang meriah, Pak. Selamat atas pencalonannya. Bapak menggunakan uang dari Hidayat untuk ambisi Bapak. Itu bagus.

Para tamu tidak memperhatikan Arifin, begitu juga Ayu dan Mawar.

INTERCUT ANTARA ARIFIN DAN KASUARI

Kasuari diam, ia mengenali suara ini, suara yang tidak asing di telinganya, nada bicara dan gayanya. Ia tetap tenang.

KASUARI RAHMAT

Kenapa kamu tidak ke ruangan kerja saya, Arifin. Disini, kita bisa menyelesaikan apa yang terjadi diantara kita.

ARIFIN

Hanya kita?

Arifin melihat Mawar yang berjalan ke meja. Mawar mengambil makanan dari sana, ia melihat sekitar, memakan kue yang ia pegang, sesaat ia melihat kearah jendela ruang tengah --

Ia melihat Arifin, yang sedang berbicara dengan Kasuari. Mereka melakukan kontak mata, lama sekali. Hanya melihat saja.

KASUARI RAHMAT

Hanya kita. Tidak ada orang lain.

Arifin mematikan panggilan itu, ia masih memperhatikan Mawar dari balik kaca.

Dari luar, Mawar diam, masih melihat Arifin. Kakinya melangkah ke depan --

Arifin pergi dari tempatnya, berjalan menuju ruang kerja Kasuari.

Mawar berhenti, ia diam ditempat. Masih melihat tempat Arifin berdiri tadi.

INT. RUANG KERJA - RUMAH KASUARI RAHMAT — SIANG

Arifin berjalan menuju meja kerja Kasuari. Orang yang mengajakanya sedang duduk di kursi, menunggu kedatangannya. Mereka akan menyelesaikan masalah ini, apapun yang terjadi.

Arifin duduk di kursi, mereka tidak bicara, hanya saling melihat, lama sekali.

KASUARI RAHMAT

Saya tidak ingin kita berakhir seperti ini, Arifin. Kita bisa menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik.

Tidak ada jawaban dari Arifin, masih melihatnya dengan datar.

KASUARI RAHMAT

Kamu harusnya bisa pergi dari masalah ini, Arifin. Semakin kamu ikut campur, akan banyak masalah yang akan timbul.

ARIFIN

Saya dari awal tidak ingin terlibat. Bapak dan Teman Polisi Bapak yang memulai semuanya.

KASUARI RAHMAT

Kamu perlu tahu, saya tidak tahu Hidayat membuat masalah ini.

ARIFIN

Bapak tahu, karena Bapak yang minta dia buat cari uang untuk modal pemilu, Bapak. Hidayat tidak punya pilihan lain, selain mendapatkan uang itu bagaimanapun caranya, karena kalian terjebak dalam situasi ini. Dan juga kalian tidak percaya satu sama lain.

Kasuari tidak menjawab, ia diam.

ARIFIN

Itu Hidayat yang bilang ke saya. Dia tidak menyesal dengan apa yang dia lakukan.

KASUARI RAHMAT

Apa kamu menyesal telah terlibat dalam hal ini, Arifin?

Ada jeda di antara mereka.

ARIFIN

Banyak hal yang saya sesalin dalam hidup. Saya tahu akibatnya apa.

KASUARI RAHMAT

Ini yang saya suka dari kamu, Arifin. Kamu tahu apa yang harus kamu lakukan. Aminah pasti bangga punya anak panti seperti kamu.

Arifin tidak menjawab, ia diam, melihat Kasuari, datar.

KASUARI RAHMAT

Apa Mawar tahu pekerjaan kamu ini?

ARIFIN

Tidak, tapi mungkin dia tahu sekarang.

KASUARI RAHMAT

Kamu tahu, dia selalu suka dengan kamu. Dia tidak pernah merasa bangga dengan saya, meskipun saya memiliki semuanya.

ARIFIN

Mungkin karena dia memang tidak suka Bapak.

KASUARI RAHMAT

Jadi apa yang kamu mau lakukan, uang itu sudah saya gunakan membayar mereka. Tak ada yang tersisa.
(jeda)
Hanya tinggal kita berdua yang tahu masalah ini.

ARIFIN

Saya akan menganggap hal ini tidak pernah ada.

Kasuari berdiri, ia berjalan menuju tempat Arifin duduk, ia berdiri di depannya. Ia mempersilahkan Arifin untuk berdiri --

KASUARI RAHMAT

Kita nikmati hari ini.

Arifin berdiri, ia berjalan didepan Kausari --

Dengan cepat, Kasuari mengeluarkan pisau dari celananya, mengarahkan ke badan Arifin. Arifin menyadari, berbalik, membuat Kasuari menusuk perutnnya, di tempat luka tusuk yang sudah dijahit sebelumnya, cukup dalam.

Arifin menahan tangan Kasuari, ia menarik pisau itu keluar dari perutnya, dengan cepat Arifin menarik tangan Kasuari dan menusuk tangannya dengan pisau itu diatas meja. Kasuari menjerit, kesakitan. Sementara Arifin memegang perutnya, bajunya terdapat bercak darah dan basah, menahan sakit.

Arifin melihat Kasuari dengan datar. Dari tangan Kasuari, keluar darah. Kasuari tidak melakukan apa-apa, ia hanya menahan sakit.

Arifin berjalan menuju pintu keluar, sambil memegang perutnnya.

INT. RUANG TENGAH - RUMAH KASUARI — SIANG

Arifin berjalan keluar ruang kerja Kasuari, sambil memegang perutnya.

Dari belakang terdengar pembawa acara mengatakan acara akan segera dimulai.

Arifin berjalan menuju pintu keluar rumah.

Ia bersandar di dinding rumah itu sebentar, ia berhenti, kemudian ia keluar rumah, tanpa melihat kebelakang sekalipun.

Kemudian, Mawar berjalan masuk kedalam rumah, ia melihat sekitar, tak ada orang di ruangan itu.

Ia berjalan menuju ruangan Kasuari.

INT. RUANG KERJA - RUMAH KASUARI — SIANG

Pintu ruang kerja Kasuari terbuka, Mawar masuk kedalam, ia melihat Kasuari, datar.

Sementara Kasuari, memegang tangannya, darah mengalir dari tangannya, kedua tangannya sudah berwarna merah. Ia sudah melepaskan pisau dari tangannya itu.

Mereka tidak bicara, hanya melihat, Kasuari tidak bisa menyembunyikan lagi apa yang terjadi pada dirinya dan Arifin. Keluarga dan semuanya akan mengetahuinya, ia hanya menunduk, menahan sakit.

Didepannya, Mawar melihat Ayahnya itu dengan dingin.

EXT. PINGGIR JALAN — SIANG

Motor Arifin berada di pinggir jalan, ia berhenti di sebuah perumahan yang sepi, tidak ada orang disana.

Ia bersandar kepada sebuah Pohon di pinggir jalan, didepan sebuah rumah yang tidak ada orangnya. Ia terlihat lemah, kemudian, ia mengangkat bagian bawah bajunya yang kemerahan, terlihat jahitan lukanya terlepas karena tusukan tadi, membuat lukanya semakin dalam. Darah mengalir deras dari sana.

Arifin menutup lukanya dengan tangan. Terlihat darah yang keluar dari celah-celah tangannya jatuh kebawah tanah.

Dengan pelan, Arifin mengeluarkan handphone dari kantong celananya, ia memencet sesuatu disana, dengan pelan. Ia meletakkan handphonenya di tanah.

Dengan ekspresi menahan rasa sakitnya. Ia hanya bersandar, bernafas dengan pelan, ia sendirian disana. Ia melihat kearah depan dengan kosong, ia termenung.

DISSOLVE TO:

EXT. PINGGIR JALAN — SORE

Mawar keluar dari bangunan tempat ia bekerja, ia berjalan ke pinggir jalan.

Ia membuka kontak handphonenya, mencari kontak, tertulis:

ARIFIN.

Mawar melihatnya, ia meneleponnya, nada masuk telepon terdengar, tapi tidak diangkat. Operator yang menjawabnya.

Mawar memanggilnya lagi, masih sama, nada sambung terdengar, Arifin belum mengganti nomornya yang lama.

Terdengar nada sambung...

EXT. JALAN - BERGERAK — MALAM

Arifin mengendarai motornya. Lengkap dengan Jaket Ojek Online. Dibelakangnya, ada penumpang, PEREMPUAN, mereka tidak saling bicara, tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing.

Arifin mempercepat laju motornya.

EXT. JALAN - BERGERAK — MALAM

Suasana malam perkotaan, lampu-lampu jalan yang bercahaya kuning.

Kendaraan yang melintas di jalan-jalan. Bunyi klakson kendaraan. Lampu lalu lintas yang berdiri di pinggir jalan. Para pedagang kaki lima yang berjualan di pinggir jalan, semuanya bercampur menjadi satu malam ini.

Arifin mengendarai motornya, dengan ciri khasnya, dengan pandangan lurus ke depan, datar. Sesekali ia melihat sekitar melalui kaca spionnya.

Kemudian ia melihat kedepan lagi, datar.

FADE OUT

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar